3.6. Aspek Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Spirometer tipe MICROLAB ML 3500.
Cara kerja : 1.
Pekerja diukur tinggi badan dan berat badannya 2.
Pekerja diminta bernafas dengan posisi alat dimasukkan pada mulut, dengan bibir mengulum bagian alat dengan erat
3. Pekerja menarik nafas dan kemudian menghembuskan nafas sesuai
instruksi.
3.7. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh di kelompokkan ke dalam suatu tabel kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL
4.1. Gambaran Umum PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke merupakan salah satu perusahaan swasta dibidang perkebunan karet. Luas lahan perkebunan ±3.984,40 Ha. Kebunan Aek
Pamienke terletak di kecamatan Aek Natas, kabupaten Labuhan Batu Utara ± 235 Km dari Medan dengan batas wilayah :
1. Sebelah utara
: kampung Beo, kampung Jawa dan kampung Adian Trop
2. Sebelah selatan
: kampung Padang Nabidang, kampung Pajak dan Aek Merbau
3. Sebelah Barat
: kampung Bandar Durian 4.
Sebelah Timur : kampung Tanjung Rejo dan kampung Parsiluman.
Pabrik pengolahan karet PT Socfindo Kebun Aek Pamienke memiliki beberapa unit bagian antara lain penerimaan produk lateks, pengolahan crumb rubber
lateks, pengolahan atau pembantu gudang, mekanik dan supir. Jumlah tenaga kerja di pabrik sebanyak 101 orang. Untuk bagian produksi lateks terdiri dari 27 orang
pekerja, 3 orang pencairan amoniak, 5 orang penerimaan lateks, dan 19 orang bagian pengolahan lateks.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Keberadaan Amoniak Pada Proses Produksi Lateks di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke
4.2.1. Proses Pengenceran Amoniak Larutan 2,5 Memindahkan tabung amoniak gas dari gudang ke tempat pencampuran
a. Setiap petugas harus memakai alat pelindung diri sarung tangan, apron, kacamata, masker, dan safety shoes pada saat memindahkan tabung gas amoniak
dari gudang ke tempat pencampuran bahan kimia dan sebelum melakukan pekerjaan pencairan dan pengenceran amoniak gas.
b. Tabung amoniak gas dibuka dari ikatannya dan dipindahkan keatas trolleykereta sorong dengan kemiringan 70
0.
c. Satu orang petugas memegang bagian tabung gas sambil mendorong tabung dan seorang lagi menarik trolley pada saat memindahkannya. Pastikan pada saat
pemindahan posisi tabung tetap pada kemiringan minimum 70
0.
Pencairan gas amoniak menjadi larutan 20
a. Letakkan drum kosong diatas timbangan dan timbang beratnya. b. Isikan air ke dalam drum sebanyak 160 kg.
c. Alirkan gas amoniak dari tabung amoniak ke dalam drum, dengan cara merendam ujung selang ke dalam air sampai berat larutan air + gas amoniak
dalam drum mencapai 200 kg. d. Larutan yang diperoleh adalah 20 amoniak.
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan larutan 2,5
a. Isi air ke dalam tangki pelarut sebanyak 155 liter. b. Campurkan larutan 20 amoniak sebanyak 25 liter.
c. Aduk campuran sampai merata d. Larutan yang terbentuk adalah larutan 2,5 amoniak.
4.2.2. Proses Pengankutan Lateks dari kebun ke pabrik
a. Setiap pagi hari seluruh tangki lateks yang akan dibawa mengankut lateks
produksi harian lapangan dicuci bersih termasuk sekitar mulut tangki lateks, tutup tangki lateks dan selruh saringan lateks.
b. Pada setiap tangki lateks yang akan dibawa mengangkut produksi dari
lapangan diberikan amoniak gas larutan 2,5 atau soda ash larutan 4 dengan dosis 500cc per-100 iter pada cuaca normal dan 750 cc pada cuaca
buruk dan setelah pemberian bahan kimia tersebut tutup setiap tangki lateks langsung dipasang dengan baik.
c. Pada saat akan membawa tangki lateks ke lapangan seluruh mantel tangki
harus tetap disiram dengan air sampai basah yaitu untuk membantu agar panas matahari tidak menimbulkan prakoagulasi pada lateks yang ada di
dalam tangki. d.
Setiap kendaraan yang akan berangkat mengangkut produksi dari lapangan harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapannya seperti ban serap harus
dalam keadaan baik, anti kental cadangan seperti amoniak gas larutan 2,5 atau soda ash larutan 4 minimal 25 liter.
Universitas Sumatera Utara
e. Sebelum lateks diisikan pada tangki transport seluruh permukaan lateks dari
setiap ember penderes harus tetap terlebih dahulu diserok atau disaring, sehingga jika ada koagulan tipis dapat dipisahkan.
f. Untuk lateks yang mudah mengalami prakoagulasi seperti lateks produksi
tanaman muda agar ditambahkan dilapangan anti kental amoniak sebanyak 250 cc untuk setiap 100 liter lateks yang ada di dalam tangki.
g. Apabila pengangkutan terlambat maka diberikan anti kental tambahan
amoniak di lapangan sebanyak 250 cc untuk setiap 100 liter lateks dan selanjutnya jika lateks masih belum dapat tiba dipabrik juga diberikan 250
cc100 liter lateks satu kali per-dua jam agar nantinya lateks dapat segar tiba di pabrik yaitu dengan pH 7-7,5.
20
4.2.3. Proses Pengolahan Lateks Pekat di Pabrik
Ada beberapa kegiatan pengolahan lateks pekat di pabrik, yaitu :
Penimbangan
Sesampainya Lateks Tranfort Tank LTT di pabrik, lateks terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui jumlah lateks yang diterima.
Penerimaan
a. Contoh lateks dari setiap LTT diambil sebanyak 200-300 ml dan dianalisa
kadar karet kering, amoniak serta VFA nya. Lateks kebun yang akan diolah menjadi lateks pekat harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
KKK Kadar Karet Kering 28. VFA Volatile Fatty Acid 0,050.
NH
3
Amoniak untuk High Amoniak 0,4-0,7
Universitas Sumatera Utara
Low Amoniak = 0,4-0,5 b.
Lateks dari LTT dituangdipompa ketangki penerimaan OT= Overange Tank setelah OT penuh, dilakukan analisis ulang KKK dan NH
3
guna menentukan rencana pengolahan dan spesifikasi invoorserum screw yang akan digunakan.
c. Penambahan bahan kimia di OT
1. Kedalam OT ditambahkan Diammonium Phospate DAP 10.
Ditambahkan dengan dosis = 1 ccliter latek kebun. Penambahan DAP bertujuan untuk memperbaiki Mechanical Stability Tim MST.
2. Bak dan akhir dibuang
3. Penambahan Ammonia ke dalam OT berpedoman kepada masa waktu
pengolahan lateks, yaitu: a.
NH3 : 6-7 gramliter lateks, untuk yang siap diolah selama 7 jam dari mulai penerimaan
b. NH3 : 7-8 gramliter, bila lateks siap diolah lewat dari 24 jam dari mulai
penerimaan.
Sedimentasi
1. Dari OT, lateks di kirim kesedimen bak.
2. Pengendapan dilakukan selama 2-3 jam.
3. Selama pengolahan, setiap 1 kali 4 jam dilakukan pemeriksaan mutu
lateks yang berada di sedimen bak terutama terhadap VFA dan NH
3.
4. Selanjutnya, setelah lateks mengendap selama 2-3 jam, lateks dialirkan
ke mesin centrifuge.
Universitas Sumatera Utara
Pemusingan
Pengaliran lateks ke mesin centrifuge diatur dengan kran dan fluter agar terjadi over loaded. Prinsip kerja sentrifuge dalam mengolah lateks kebun menjadi
lateks pekat, pada dasarnya adalah memisahkan lateks dengan serumnya, sehingga hasil yang diperoleh berupa lateks pekat dengan kadar karet kering sekitar 60
dan rapat jenis 0,94 dan bagian lain serum dengan KKK, 4-8 dengan rapat jenis sekitar 1,02. Untuk menjaga agar efisiensi pabrik tetap tinggi perlu
diperhatikan pemakaian lobang masuk Invoor dengan waktu jalan bowl, makin besar kecepatan masuk maka makin cepat waktu jalan dari bowl tersebut,
demikian juga sebaliknya makin kecil lobang masuk maka waktu jalannya lebih lama.
Mixing Tank
Dari centrifuge, lateks pekat dialirkan kedalam mixing tank. Di mixing tank dilakukan penambahan pengawet ammonia larutan 20 sebanyak 1,75-2 ccliter
lateks kebun.
Tangki Timbang Weight Tank
1. Dari mixing tank, lateks pekat dialirkan kedalam tangki timbang
2. Ditangki timbang dilakukan pembubuhan bahan kimia sebagai berikut
Ammonia gas yang dipergunakan adalah 5 gramliter lateks pekat, dan TZ 25 sebanyak 0,5ccliter lateks pekat. Sedangkan untuk high
ammonia gas ammonia yang dipergunakan 2,5-3 gramliter lateks pekat dan TZ yang dipergunakan adalah 0,5ccliter lateks pekat.
Universitas Sumatera Utara
3. Selama prosesing berlangsung secara periodik diambil contoh lateks
pekat dari weight tank untuk dianalisa NH3. KKK dan VFA nya. Bila VFA nya belum tercapai sesuai dengan permintaan 60 dilakukan
penukaran serum skrup lebih pendek pada beberapa mesin-mesin centrifuge yang sedang dioperasikan, sehingga diperoleh KKK yang
sesuai. Demikian sebaliknya, bila KKK nya terlalu tinggi dilakukan penukaran serum skrup lebih panjang dari centrifuge KKK selama
dalam proses agar diusahakan serendah mungkin maksimal 4-6.
Tangki TimbunStorage
Lateks pekat yang sudah memenuhi syarat NH3, TSC, KKK dan VFA disimpan dalam tangki timbun minimal 7 hari. Hal ini untuk memantapkan lateks
pekat maturing time bertujuan menaikkan MST-nya setelah itu produksi lateks pekat dapat dikirim.
19
4.3. BMI Body Mass Index Pada Pengukuran Spirometry Pekerja Bagian Produksi Lateks PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan Spirometer tipe Microlab ML 3500, sebelum melakukan pemeriksaan terlebih dahulu pekerja di ukur
tinggi badan dan berat badan untuk mendapatkan BMI Body Mess Index yang dapat dilihat pada out put Spirometry Microlab ML3500. Body Mess Index berperan untuk
menentukan prediksi dari grafik fungsi paru alat Spirometry Microlab ML 3500, karena setiap pekerja mempunyai BMI yang berbeda-beda maka prediksi alat untuk
setiap pekerja juga berbeda-beda. Jika BMI pada pekerja tinggi maka prediksi grafik
Universitas Sumatera Utara
untuk fungsi paru juga tinggi. Selain BMI, umur juga berperan dalam prediksi grafik fungsi paru Sprirometry Microlab ML 3500, semakin muda seorang pekerja maka
semakin tinggi prediksi grafik fungsi paru pada Spirometry tersebut.
4.4. Karakteristik Pekerja 4.4.1. Umur
Keadaan umur pekerja bagian produksi lateks yang terpajan amoniak di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan BatuTahun 2010 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Bagian Produksi Lateks yang Terpajan Amoniak Berdasarkan Umur di PT Socfindo Kebun Aek
Pamienke Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010
Dari tabel di atas dengan umur antara 26 – 54 tahun yang dibedakan berdasarkan nilai tengah median yaitu 40 tahun. Umur pekerja bagian produksi
lateks yang terbanyak pada umur ≥ 40 tahun sebanyak 15 orang 55,6 yaitu 2
orang 7,4 pencairan amoniak, 3 orang 11,1 penerimaan lateks, dan 10 orang 37 pengolahan lateks.
Umur Pencairan
Amoniak Penerimaan
Lateks Pengolahan
Lateks
Total Orang
Orang Orang
Orang
40 tahun
1 3,7
2 7,4
9 33,3
12 44,4
≥ 40 tahun
2 7,4
3 11,1
10 37,0
15 55,6
Jumlah 3
11,1 5
18,5 19
70,4 27
100
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Masa Kerja
Keadaan masa kerja pekerja bagian produksi lateks yang terpajan amoniak di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Pekerja Bagian Produksi Lateks yang Terpajan Amoniak Berdasarkan Masa Kerja di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke
Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dengan masa kerja antara 1 – 26 tahun yang dibedakan berdasarkan nilai tengah median yaitu 15 tahun. Masa kerja pekerja
bagian produksi lateks yang terbanyak pada masa kerja ≥ 15 tahun sebanyak 16 orang 59,3 yaitu 3 orang 11,1 pencairan amoniak, 3 orang 11,1
penerimaan lateks, dan 10 orang 37 pengolahan lateks.
Masa Pencairan
Amoniak Penerimaan
Lateks Pengolahan
Lateks
Total Kerja
Orang Orang
Orang Orang
15 tahun
2 7,4
9 33,3
11 40,7
≥ 15 tahun
3 11,1
3 11,1
10 37,0
16 59,3
Jumlah 3
11,1 5
18,5 19
70,4 27
100
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Riwayat Merokok
Keadaan riwayat merokok pekerja bagian produksi lateks yang terpajan amoniak di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu
Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Distribusi Pekerja Bagian Produksi Lateks yang Terpajan Amoniak Berdasarkan Riwayat Merokok di PT Socfindo
Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010
Merokok Pencairan
Amoniak Penerimaan
Lateks Pengolahan
Lateks
Total Orang
Orang Orang
Orang
Ya 2
7,4 5
18,5 16
59,3 23
85,2 Tidak
1 3,7
3 11,1
4 14,8
Jumlah 3
11,1 5
18,5 19
70,4 27
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja yang terbanyak adalah pekerja bagian produksi lateks yang merokok sebanyak 23 orang
85,2, yaitu 2 orang 7,4 pencairan amoniak, 5 orang 18,5 penerimaan lateks, 16 orang 59,3 pengolahan lateks.
Universitas Sumatera Utara
4.5. APD Pernapasan
Keadaan APD Pernapasan pekerja bagian produksi lateks yang terpajan amoniak di PT Socfindo Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Pekerja Bagian Produksi Lateks yang Terpajan Amoniak Berdasarkan Penggunaan APD Pernapasan di PT
Socfindo kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010
Pemakaian Pencairan
Amoniak Penerimaan
Lateks Pengolahan
Lateks
Total APD
Orang Orang
Orang Orang
Pernafasan
Selalu 1
3,7 2
7,4 3
11,1 Kadang-
2 7,4
2 7,4
6 22,2
10 37,0
Kadang Tidak
3 11,1
11 40,7
14 51,9
Jumlah 3
11.1 5
18,5 19
70,4 27
100
Berdasakan tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja yang terbanyak adalah pekerja bagian produksi lateks yang tidak menggunakan APD pernapasan
sebanyak 14 orang 51,9 yaitu 3 orang 11,1 penerimaan lateks dan 11 orang 40,7 pengolahan lateks.
Universitas Sumatera Utara
4.6. Gangguan Fungsi Paru