Gambaran Kecelakaan Kerja Di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008

(1)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008

SKRIPSI OLEH : 051000104 CUT NEIFA YUSTINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: 051000104 CUT NEIFA YUSTINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008 Oleh :

051000104 CUT NEIFA YUSTINI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Juni 2009

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Eka Lestari Mahyuni, SKM, MKes NIP. 132307954

Penguji I

dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS NIP. 131655401

Penguji II

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS NIP. 131803345

Penguji III

Ir. Kalsum, M.Kes NIP. 131964120 Medan, 30 Juni 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131 124 053


(4)

ABSTRAK

Kecelakaan pada hakikatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga. Kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008 yaitu sebanyak 24 kasus kecelakaan kerja.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan pekerja PT. Socfindo. Ada 23 kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada tahun 2008. Wawancara dilakukan dengan bantuan tape recorder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO dibagi menjadi empat. Pertama penyebab kecelakaan antara lain, alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain sebanyak 3 orang, penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati) sebanyak 6 orang, bahan kimia (organoclorine dan garam isopropylamine) sebanyak 5 orang, alat kerja, alat angkut dan penyebab lain sebanyak 3 orang dan alat kerja sebanyak 1 orang, kedua jenis kecelakaan antara lain tertimpa buah sawit dan terjepit kerata sorong sebanyak 18 orang dan kontak dengan bahan-bahan pestisida sebanyak 5 orang, ketiga sifat luka antara lain memar sebanyak 1 orang, luka dalam sebanyak 2 orang, luka-luka lain sebanyak 1 orang dan luka permukaan sebanyak 19 orang dan keempat bagian tubuh yang terkena antara lain kepala sebanyak 1 orang, mata sebanyak 3 orang, badan sebanyak 2 orang, tangan sebanyak 3 orang, kaki sebanyak 8 orang dan kaki dan tangan sebanyak 6 orang. Diharapkan perusahaan memberi pelatihan sebelum kerja kepada seluruh pekerja, memberi pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pekerja, dan menyediakan alat pelindung diri yang lebih lengkap kepada para pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan kecelakaan dapat diantisipasi.

Kata Kunci : kecelakaan kerja, penyebab, jenis, bentuk luka dan bagian tubuh yang terkena


(5)

ABSTRACT

Accident at work is surely something that nobody wants to have or expect to. There are 24 cases of work accident happened in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency in 2008.

The objective of the research is description of the cases of work accident in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency by using qualitative approach, the data is gotten from indepth interview with Socfindo worker. There are 23 cases accident that have ever happened in 2008. The interview is done by using tape recorder.

The result of the research shows that based on classification of ILO are divided in four types. The first cause of accident, work equipment and other causes are 8 persons, other causes (animal and other reason such as unwell relation with the supervisor) are 6 persons , chemical materials (organoclorine and isopropylamine salt) are 5 persons, work and lift equipment and other causes are 3 persons, and work equipment are 1 person, second the kind of the accident, there are hit by falling coconut and clamped by certain things are 18 persons and has contact with dangerous material are 5 persons, third the type of wound, there are bruised are 1 person, inner wound are 2 persons, other type of wound are 1 person, and outer wound are 19 persons and fourt the part of body that suffer from wound are head are 1 person, eye are 3 persons, body are 2 persons, hand are 3 persons, foot are 8 persons and hand and foot are 6 persons. Socfindo Company Seunagan was hoped to give before work-trainning to every worker, was hoped to give training about health and working safety and make available of safety equipment in good condition so that the worker can be work on safety and could anticipated from accident.

Keywords : work accident, accident cause, type, type of wound, body that suffer of wound.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : CUT NEIFA YUSTINI

Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh, 18 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang

Alamat Rumah : Jln. Abadi No. 157 Kelurahan Rundeng Meulaboh-Aceh Barat

Riwayat Pendidikan :

1. 1993-1999 : MIN Drien Rampak 2. 1999-2002 : MTsN Model I Meulaboh 3. 2002-2005 : SMA Negeri 1 Meulaboh

4. 2005-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang hanya dengan Hidayah dan karunia yang tiada terhingga yang telah diberikan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kecelakaan Kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008”.

Skripsi ini merupakan wujud persembahan penulis dari proses belajar yang diterima selama belajar di Fakultas Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dalam rangka memperoleh gelar sarjana.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II dan III. 2. Ibu Dra. Lina Tarigan , Apt, MS selaku ketua departemen K3 dan dosen

penguji I yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan pendidikan khususnya di departemen K3 dari awal hingga akhir dan memberikan masukan untuk memaksimalkan hasil dari skripsi ini.

3. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengerahkan pikiran dan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, motivasi terbaik yang tiada terhingga dengan penuh kesabaran terus diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak mengerahkan pikiran dan waktu untuk memberikan saran, bimbingan,


(8)

motivasi terbaik yang tiada terhingga dengan penuh kesabaran terus diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Kalsum selaku dosen penguji II yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan untuk memaksimalkan hasil dari skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai FKM USU khususnya Staf edukatif dan

non edukatif Departemen K3 yang telah banyak membantu, memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat serta motivasi-motivasi dalam menjalani pendidikan selama di FKM USU.

7. Bapak Hakim selaku Kepala KTU dan seluruh pegawai dan karyawan PT. Socfindo yang telah memberi kesempatan dan informasi kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat dilaksananakan.

8. Kedua orang tua tercinta Ayanda Teuku Yusnaidi dan Ibunda Cut Fatimah yang telah meberikan motivasi, semangat, doa serta selalu berada disamping penulis dalam suka dan duka, tiada kata yang dapat dilukiskan untuk semua yang telah kalian berikan.

9. Adik tercinta Teuku Reza Ferdiansyah yang selalu mendukung dan menghibur penulis. Tetap berjuang mencapai cita-cita. Juga buat seluruh keluarga besar penulis, terima kasih atas semua dukungannya.

10.Teman-teman yang selalu ada dalam suka dan duka (Nisa, Welly, Dita, Cici. Wawan, Danil, Ade, Ijal, Hendi, Dani) menemani penulis dalam menjalani kehidupan di kampus tercinta. Juga teman-teman kos sederhana (Putri “My roomate”, Meka, Nisa, Nita, Tika, Dani, Rani, Devi dan Diah) yang selalu menghibur penulis.


(9)

11.Teman-teman seangkatan K3 (Noni, Erna, Evan, Lia, Winda, Decy, Jenny,Widya, Fani, Ika, Gita dan lainnya) yang menjadi rekan penulis selama satu semester di ruang 12.

12.Teman-teman angkatan 2005 yang selama 4 tahun sama-sama belajar di kampus tercinta. Senior dan junior FKM USU yang membantu penulis selama ini, bang Budi, makasih pinjaman skripsinya.

13.Teman-teman di Kesenian IPTR (Noni “thanks tuk abstrak”, Hesty, Nadia, Nabila, K’Kiki, K’Raihan) yang masih bertahan di belantika dunia tari sampai saat ini. Juga tuk junior n senior IPTR dan pengurus IPMAB.

14.Untuk pihak-pihak yang selama ini membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Medan, Juni 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ... i

Abstrak ... ii

Abstract ...iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ...viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Kecelakaan ... 6

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan ... 7

2.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja ... 11

2.4 Kecelakaan Kerja di Perkebunan ... 15

2.5 Pencegahan kecelakaan Akibat Kerja ... 18

2.6 Kerangka Konsep ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Cara Pengambilan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional... 22

3.6 Teknik Analisa Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Socfindo ... 24


(11)

4.1.2 Lokasi Pabrik PT. Socfindo ... 26

4.1.3 Sumber Bahan Baku dan Realisasi Penerimaan... 27

4.1.4 Struktur Organisasi PT. Socfindo ... 27

4.1.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada PT. Socfindo ... 29

4.2 Proses Kerja di Lapangan PT. Socfindo ... 30

4.3 Waktu Kerja di PT. Socfindo ... 31

4.4 Karakteristik Informan ... 32

4.5 Pelatihan yang Diberikan Kepada Pekerja Kebun Seunagan ... 34

4.6 Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor ... 35

4.7 Cara dan Fasilitas Kerja Informan ... 35

4.8 Penyebab Kecelakaan... 36

4.9 Jenis Kecelakaan ... 38

4.10 Sifat Luka ... 39

4.11 Bagian Tubuh yang Terkena ... 40

4.12 Perawatan yang Diberikan Perusahaan ... 41

4.13 Jumlah Hari Tidak Bekerja ... 42

4.14 Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 43

4.15 Kepesertaan Jamsostek di PT. Socfindo Kebun Seunagan ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1 Gambaran Karakteristik Informan ... 45

5.2 Jam Kerja Informan... 46

5.3 Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan ... 47

5.4 Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor ... 49

5.5 Cara Kerja Informan ... 50

5.6 Penyebab Kecelakaan... 51

5.7 Jenis Kecelakaan ... 53

5.8 Sifat Luka ... 55

5.9 Bagian Tubuh yang Terkena ... 56

5.10 Perawatan yang Diberikan Perusahaan ... 57

5.11 Jumlah Hari Tidak Bekerja ... 58

5.12 Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 63 Daftar Pustaka


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin untuk

KHT (Karyawan Harian tetap) di PT. Socfindo Kebun Seunagan… 29 Tabel 4.2 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan

Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…. 32 Tabel 4.3 Distribusi Informan yang mengalami kecelakaan Berdasarkan

Tingkat pendidikan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008.. 33 Tabel 4.4 Distribusi Informan yang mengalami kecelakaan Berdasarkan

Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…… 33 Tabel 4.5 Distribusi Pelatihan Kerja Informan sebelum Menjadi

Karyawan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……….... 34 Tabel 4.6 Distribusi Cara Kerja Informan di PT. Socfindo Kebun

Seunagan Tahun 2008………... 35 Tabel 4.7 Distribusi Penyebab kecelakaan Informan di PT. Socfindo

Kebun Seunagan Tahun 2008………... 36 Tabel 4.8 Distribusi Jenis kecelakaan Informan di PT. Socfindo

Kebun Seunagan Tahun 2008………... 37 Tabel 4.9 Distribusi Bentuk Luka pada Informan yang Mengalami

Kecelakaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……… 38 Tabel 4.10 Distribusi Bagian Tubuh yang Terkena pada Informan yang Mengalami

Kecelakaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…….... 39 Tabel 4.11 Distribusi Perawatan yang Diberikan Perusahaan pada

Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……….... 39 Tabel 4.12 Distribusi Jumlah Hari tidak Bekerja pada Informan

di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008………. 40 Tabel 4.13 Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Informan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Untuk Pekerja Lapangan 2. Matrik Hasil Penelitian Jam Kerja Karyawan

3. Matrik Hasil Penelitian Pelatihan Sebelum Menjadi Karyawan

4. Matrik Hasil Penelitian Pelatihan Mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5. Matrik Hasil Penelitian Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor

6. Matrik Hasil Penelitian Cara Kerja Karyawan

7. Matrik Hasil Penelitian Penyebab Kecelakaan dan Jenis Kecelakaan 8. Matrik Hasil Penelitian Bentuk Luka dan Bagian Tubuh yang Terkena 9. Matrik Hasil Penelitian Perawatan yang Diberikan Perusahaan

10.Matrik Hasil Penelitian Jumlah Hari Tidak Bekerja 11.Matrik Hasil Penelitian Penggunaan Alat Pelindung Diri 12.Surat Izin Penelitian dari FKM USU


(14)

ABSTRAK

Kecelakaan pada hakikatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga. Kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008 yaitu sebanyak 24 kasus kecelakaan kerja.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan pekerja PT. Socfindo. Ada 23 kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada tahun 2008. Wawancara dilakukan dengan bantuan tape recorder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO dibagi menjadi empat. Pertama penyebab kecelakaan antara lain, alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain sebanyak 3 orang, penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati) sebanyak 6 orang, bahan kimia (organoclorine dan garam isopropylamine) sebanyak 5 orang, alat kerja, alat angkut dan penyebab lain sebanyak 3 orang dan alat kerja sebanyak 1 orang, kedua jenis kecelakaan antara lain tertimpa buah sawit dan terjepit kerata sorong sebanyak 18 orang dan kontak dengan bahan-bahan pestisida sebanyak 5 orang, ketiga sifat luka antara lain memar sebanyak 1 orang, luka dalam sebanyak 2 orang, luka-luka lain sebanyak 1 orang dan luka permukaan sebanyak 19 orang dan keempat bagian tubuh yang terkena antara lain kepala sebanyak 1 orang, mata sebanyak 3 orang, badan sebanyak 2 orang, tangan sebanyak 3 orang, kaki sebanyak 8 orang dan kaki dan tangan sebanyak 6 orang. Diharapkan perusahaan memberi pelatihan sebelum kerja kepada seluruh pekerja, memberi pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pekerja, dan menyediakan alat pelindung diri yang lebih lengkap kepada para pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan kecelakaan dapat diantisipasi.

Kata Kunci : kecelakaan kerja, penyebab, jenis, bentuk luka dan bagian tubuh yang terkena


(15)

ABSTRACT

Accident at work is surely something that nobody wants to have or expect to. There are 24 cases of work accident happened in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency in 2008.

The objective of the research is description of the cases of work accident in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency by using qualitative approach, the data is gotten from indepth interview with Socfindo worker. There are 23 cases accident that have ever happened in 2008. The interview is done by using tape recorder.

The result of the research shows that based on classification of ILO are divided in four types. The first cause of accident, work equipment and other causes are 8 persons, other causes (animal and other reason such as unwell relation with the supervisor) are 6 persons , chemical materials (organoclorine and isopropylamine salt) are 5 persons, work and lift equipment and other causes are 3 persons, and work equipment are 1 person, second the kind of the accident, there are hit by falling coconut and clamped by certain things are 18 persons and has contact with dangerous material are 5 persons, third the type of wound, there are bruised are 1 person, inner wound are 2 persons, other type of wound are 1 person, and outer wound are 19 persons and fourt the part of body that suffer from wound are head are 1 person, eye are 3 persons, body are 2 persons, hand are 3 persons, foot are 8 persons and hand and foot are 6 persons. Socfindo Company Seunagan was hoped to give before work-trainning to every worker, was hoped to give training about health and working safety and make available of safety equipment in good condition so that the worker can be work on safety and could anticipated from accident.

Keywords : work accident, accident cause, type, type of wound, body that suffer of wound.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari letak geografisnya, Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang kaya serta tanah yang subur. Oleh karena itu pemerintah menggalakkan program kerja disektor pertanian dan perkebunan. Pendapatan atau devisa negara juga berasal dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut, dan rata-rata penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Sebagai negara agraris pada mulanya pekerjaan perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu, kebun yang dibuka masih berskala kecil dengan resiko kerja yang tidak begitu diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan berskala besar, penerapan teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan alat-alat besar/mesin-mesin maupun penggunaan bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sesuai dengan komoditi yang ditanam, resiko kerja mulai dirasakan sebagai kendala keberhasilan di sektor perkebunan.1

Namun tidak selamanya penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan yang beraneka ragam dalam suatu industri diikuti dengan selaras oleh keahlian dan keterampilan pekerjanya yang mengoperasikan peralatan dan mempergunakan bahan dalam proses produksi industri tersebut. Kesalahan dalam menggunakan peralatan dan pemakaian, kemampuan serta keterampilan pekerja yang kurang memadai dapat membuka kemungkinan besar berupa kecelakaan kerja, peledakan,


(17)

pencemaran, kebakaran dan lain-lain. Manusia dalam melakukan pekerjaannya disuatu perusahaan yang menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi dituntut untuk memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang tinggi dari pekerja akan banyak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang mempekerjakannya. Produktivitas pekerja ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja .2

Melalui penggunaan teknologi yang semakin canggih, muncul resiko kerja disektor perkebunan yang bila tidak dikendalikan dengan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja akan menimbulkan kerugian baik terhadap tenaga kerja itu sendiri, maupun terhadap perusahaan/unit kerja tersebut. Resiko kerja ini dapat berupa kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kerja yang dihadapi.

Kecelakaan pada hakekatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga.3 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja diakibatkan oleh interaksi berbagai faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan dan faktor pekerja.2

Menurut laporan terbaru Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bertajuk "Safety in Numbers, sekitar dua juta orang kehilangan nyawa mereka setiap tahun akibat kecelakaan, luka-luka, atau penyakit di tempat kerja. Angka tersebut setara dengan 5.000 pekerja per hari atau tiga orang setiap menitnya.


(18)

Dari sekitar 270 juta kecelakaan kerja yang terjadi, 355 ribu di antaranya merupakan kecelakaan fatal, dan 160 juta penyakit akibat pekerjaan terjadi setiap tahun.4

Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. 5

Tabel Kasus Kecelakaan Kerja selama tahun 2003-2007 di Indonesia :

No. Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja Tahun

1 105.846 2003

2 95.418 2004

3 99.023 2005

4 95.624 2006

5 37.845 2007

Sumber : Depnakertrans tahun 2008

Dalam empat bulan terakhir pada tahun 2008, di salah satu perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara terjadi 47 kecelakaan yang tercatat oleh Kelompok Pekerja Sejahtera (KPS). Sebanyak 32 korban mengalami kecelakaan ringan, dan 11 korban lainnya cacat total terkena getah dan tertimpa kelapa sawit. Akibat terparah para korban mengalami buta, dan dua korban meninggal karena tertimpa tandan buah segar serta terkena sengatan listrik di areal perbatasan perkebunan.6

Berdasarkan survey pendahuluan, kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008 yaitu sebanyak 24 kasus kecelakaan kerja. Namun, kecelakaan juga terjadi pada tahun sebelumnya bahkan terdapat pekerja yang cacat akibat kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi yaitu di pabrik sebanyak 1 kasus dan di lapangan atau kebun sebanyak 23 kasus. Kecelakaan tersebut antara lain seperti terjepit, luka, dan robek.


(19)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana kejadian kecelakaan kerja pada PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya di tahun 2008.

1.2 Perumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana gambaran kecelakaan kerja di PT.Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan penyebab kecelakaan kerja.

2. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan jenis kecelakaan kerja.

3. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan sifat luka.


(20)

4. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan letak kelainan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja dan upaya pencegahan kecelakaan kerja.

2. Menambah wawasan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.7

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.8

Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung.9

Oleh karena itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni: a). kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, b). kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.10

Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.11

Adapun pengertian kecelakaan kerja menurut yang lazim berlaku di perusahaan-perusahaan Indonesia diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak diharapkan terjadi diperusahaan yang dapat menimbulkan penderitaan bagi pekerja.


(22)

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :11

a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

b. Faktor mekanik dan lingkungan.

Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kesalahan letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.


(23)

Menurut Benny dan Achmadi (1991) mengelompokkannya sebagai berikut2 :

1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment) a. Faktor Kimia

Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.

b. Faktor Fisik

Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya.

c. Faktor Biologi

Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun.

d. Faktor Ergonomi

Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan.

e. Faktor Psikologi

Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.


(24)

2. Faktor Pekerjaan a. Jam Kerja

Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja.

b. Pergeseran Waktu

Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.

3. Faktor Manusia (human Factor) a. Umur Pekerja

Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.

b. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai


(25)

resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

d. Lama Bekerja

Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.

e. Kelelahan

Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja.

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :3

1. Teori kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.


(26)

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.

3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut 7:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. terjatuh

b. tertimpa benda jatuh

c. tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d. terjepit oleh benda

e. gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. pengaruh suhu tinggi

g. terkena arus listrik


(27)

i. jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang dayanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab a. Mesin

1. pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik 2. mesin penyalur (transmisi)

3. mesin untuk mengerjakan logam 4. mesin pengolah kayu

5. mesin pertanian 6. mesin pertambangan

7. mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut b. alat angkut dan alat angkat

1. mesin angkat dan peralatannya 2. alat angkutan di atas rel

3. alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api 4. alat angkutan udara

5. alat angkutan air 6. alat angkutan lain c. peralatan lain

1. bejana bertekanan

2. dapur pembakar dan pemanas 3. instalasi pendingin


(28)

4. instalasi listrik, termasuk motor listrik, tidak dikecualikan alat-alat listrik (tangan)

5. alat-alat listrik (tangan)

6. alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik 7. tangga

8. perancah (steger)

9. peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut d. bahan-bahan, zat-zat dan radisai

1. bahan peledak

2. debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak 3. benda-benda melayan

4. radiasi

5. bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut e. lingkungan kerja

1. di luar bangunan 2. di dalam bangunan 3. di bawah tanah

f. penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut 1. hewan

2. penyebab lain

g. penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak memadai


(29)

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. patah tulang

b. dislokasi/keseleo c. regang otot/urat

d. memar dan luka dalam yang lain e. amputasi

f. luka-luka lain g. luka dipermukaan h. geger dan remuk i. luka bakar

j. keracunan-keracunan mendadak (akut) k. akibat cuaca

l. mati lemas

m. pengaruh arus listrik n. pengaruh radiasi

o. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya p. lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. kepala

b. leher c. badan d. anggota atas e. anggota bawah


(30)

f. banyak tempat g. kelainan umum

h. letak lainnya yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut

2.4 Kecelakaan Kerja di Perkebunan

Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).

Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan, potensi kecelakaan kerja cukup tinggi.6


(31)

Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :

1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar, dan lain-lain)

2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lain-lain)

3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain)

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.

5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.

6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).

Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut :1

1. Pembukaan Lahan

Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular.

2. Pemeliharaan Tanaman

Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat mengancam terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang kurang


(32)

hati-hati, luka oleh duri sawit juga merupakan ancaman bagi pekerja pemeliharaan tanaman sedangkan iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat pemakaian pestisida dan pupuk, malahan terjadi nekrose jaringan tubuh akibat kena tetesan pestisida yang pekat.

3. Panen

Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen.

4. Pengolahan

Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset.

5. Gudang

Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran.

6. Kabel Listrik

Kurang terpeliharanya kabel listrik (tegangan listrik) terutama dibangunan perusahaan dapat mengundang terjadinya kebakaran.


(33)

2.5 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni :8

a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya)

b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut

c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut :

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan , pengawasan, pengujian dan cara kerja


(34)

peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)

c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi

d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban

yang mengakibatkan kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

h. Pendidikan i. Latihan-latihan

j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan


(35)

2.6 Kerangka Konsep

Penyebab Kecelakaan

Jenis Kecelakaan Kerja

Sifat Luka

Letak Kelainan PT. Socfindo

Kebun Seunagan

Kasus Kecelakaan Kerja


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai kejadian kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Adapun alasan dilakukannya penelitian ini di perusahaan tersebut adalah :

1. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian ini.

2. Belum adanya penelitian yang mengangkat masalah kecelakaan kerja di perusahaan tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan Desember 2008-Juni 2009.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.


(37)

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Oleh karena itu, sampel yang diambil adalah seluruh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di bagian lapangan PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008 yaitu sebanyak 23 informan

3.4 Cara Pengambilan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui teknik wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan bantuan tape recorder dan observasi di lingkungan kerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan yaitu informasi kecelakaan kerja PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tentang jumlah kecelakaan kerja selama tahun 2008 dan profil perusahaan yang berisikan data umum PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

3.5 Definisi Operasional

1. Pekerja adalah orang yang bekerja di bagian kebun PT. Socfindo Kebun Seunagan yang mengalami kecelakaan kerja.


(38)

2. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga yang terjadi dalam hubungan kerja yang dicatat dan dilaporkan pada periode waktu tertentu di PT Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

3. Penyebab kecelakaan kerja adalah faktor lingkungan kerja, pekerjaan dan pekerja yang menyebabkan kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

4. Jenis kecelakaan kerja adalah bentuk kecelakan seperti terjatuh, terjepit dan sebagainya yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

5. Sifat luka adalah bentuk kecelakaan seperti patah tulang, memar dan sebagainya yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

6. Letak kelainan adalah bagian tubuh yang mengalami kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008.

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diolah dengan menggunakan EZ-TEST. Analisa data dilakukan dengan menggunakan penyajian data dalam bentuk maktriks terhadap variabel dimaksud. Data yang ditemukan dianlisa dengan menggunakan teori dan pustaka yang ada.


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Socfindo 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Socfindo

PT. Socfindo awal berdirinya pada tahun 1926 bernama Societe Finance Des Caucthaude Medan SA yang disingkat dengan Socfin Medan SA. Usaha ini dimulai pada tahun 1911, ketika seorang bangsa Belgia bernama M. Adrean Alfselet melaukan investasi di Indonesia dan diikuti oleh bangsa Belgia lainnya, yang kemudian sepakat untuk mendirikan suatu usaha yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) ini merupakan badan usaha milik swasta (BUMS) yang berdasarkan akta notaries William Leo No.45 tanggal 17 Desembar 1930 berkedudukan di medan dengan kebun yang dikelola yaitu di daerah Sumatera Timur, Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh selatan.

Ketika Jepang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942, seluruh perkebunan kelapa sawit Socfin Medan SA dikuasai oleh bangsa Jepang. Baru pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, Socfin dengan sendirinya beralih ke tangan pemerintah RI dan pengelolaan serta perluasan kebun mulai aktif kembali pada tahun 1950.

Pada tahun 1965, berdasarkan standar Presiden No.6 tahun 1965, keputusan Presiden Kabinet Dwikora No.A/D/58/1965, perusahaan perkebunan yang dikelola oleh Socfin Medan SA diambil oleh negara dengan ganti rugi, dan kemudian namanya diganti menjadi perkebunan Negara ex Socfin yang disingkat dengan PPN ex Socfin dan diletakkan di bawah pengawasan pemerintah. Serah terima hak milik


(40)

perusahaan oleh pimpinan Socfin Medan SA ke pemerintah RI dilakukan pada tanggal 1 Januari 1966 sesuai dengan naskah No.1/Dept.perk/66 atas dasar penjualan perkebunan serta harta milik socfin lainnya.

Keadaan ini tidak berlangsung lama, pada tanggal 29 April 1968 antara pemerintah RI yang diwakili Menteri Perkebunan dan Plantation North Sumatere sebagai pemilik saham membatalkan penjualan, dan Socfin dikembalikan ke pemilik yaitu bangsa Belgia. Pembatalan tersebut bertujuan untuk mendirikan suatu perusahaan perkebunan patungan antara pemerintah RI dengan penguasa Belgia dengan komposisi modalnya 40:60, maksudnya yaitu 40% keuntungan menjadi hak milik pemerintah RI dan 60% keuntungan menjadi hak milik penguasa Belgia. Berdasarkan keputusan pemerintah RI 13 Juni 1969 No.B.69/PRES/6/1968 dan keputusan Menteri Pertanian 17 Juni 1968 no.94/Kpts/Op.6/1968, akhirnya disetujui nama baru yaitu PT. Socfin Indonesia (PT. SOCFINDO).

PT. Socfindo melakukan perluasan area perkebunan ke berbagai daerah pada tahun 1975 mulai membuka perkebunan di daerah Seunagan, Aceh Barat dan terus melakukan perluasan di daerah tersebut hingga saat ini. Kemudian pada tahun 1993 dibangun PT. Socfindo, di daerah tersebut PT. Socfindo perkebunan Seunagan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan mengolah tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel).

Adapun legalitas PT. Socfindo adalah sebagai berikut:

1. Didirikan dengan akte notaries Chairil Bakti di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 No.23 dan akte perubahan tanggal 12 Mei 1969 No.64, merupakan perusahaan patungan antara pemerintah RI dengan penguasa Belgia.


(41)

2. Disahkan oleh menteri kehakiman yang ditetapkan tanggal 3 September 1969. 3. Didaftarkan di pengadilan negeri Medan No.68/69 tanggal 17 September 1969. 4. Diumumkan dalam T.B.N. RI No.17 tanggal 31 Oktober 1969.

5. Berkedudukan di Medan dengan perkebunan di Sumatera Utara yaitu di daerah : Malapal, Bangun Bandar, Tanjung Maria, Tanah Bersih, Lima Puluh, Tanah Gambus, Aek Loba, Aek Pamingke dan Negeri Lama. Selain itu terdapat juga di daerah Aceh, yang meliputi daerah Sungai Liput, Seunagan, Seumayam, dan Lae Butar.

6. Bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit.

4.1.2 Lokasi Pabrik PT. Socfindo

PT. Socfindo perkebunan Seunagan yang berlokasi di desa Seunagan kecamatan Kuala kabupaten Nagan Raya, terletak pada Km 25 jalan Meulaboh-Tapak Tuan. Pabriknya terletak ± 150 m dari jalan tersebut.

Tata letak pabrik PT. Socfindo perkebunan Seunagan ini yaitu: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Purwodadi

2. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kubang Gajah 3. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Leung Teuku Ben 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Padang Panjang


(42)

Sumber Bahan Baku dan Realisasi Penerimaan

Sumber bahan baku (tandan buah segar) yang masuk ke PT. Socfindo Seunagan ini berasal dari :

1. Kebun seinduk yang terdiri dari :

a. DEVISION I yang terletak di sebelah Timur dari pabrik PT. Socfindo. b. DEVISION II yang terletak di sebelah Barat dari pabrik PT. Socfindo. c. DEVISION III yang terletak di sebelah Utara dari pabrik PT. Socfindo. d. DEVISION IV yang terletak di sebelah Selatan dari pabrik PT. Socfindo. 2. Pihak ke II

a. CV. PEMUDA b. CV. PUTRA ABADI

Pihak ke II ini merupakan sumber bahan baku yang berasal dari luar perkebunan seunagan. Sumber bahan baku dapat berasal dari perkebunan milik masyarakat. Kemudian dikumpulkan dalam suatu perusahaan seperti CV. Pemuda dan CV. Putra Abadi yang merupakan mitra kerja PT. Socfindo Seunagan dalam mengumpulkan sumber bahan baku.

Struktur Organisasi PT. Socfindo

PT. Socfindo Perkebunan Seunagan, menggunakan struktur organisasi garis dan staf yaitu pucuk pimpinan adalah pengurus yang membawahi Asisten Lapangan sebagai pimpinan lapangan dan Tekniker I sebagai pimpinan pabrik.


(43)

Struktur Organisasi Perusahaan PT. Socfindo Seunagan Tahun 2008

Sumber :PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

ADM (Pengurus)

ASISTEN KEPALA

ASISTEN DEVISION I

ASISTEN DEVISION II

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

ASISTEN III

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

ASISTEN IV

T TEKNIK

II

MANDOR KEBUN

MANDOR Bengkel arus/Listrik

MANDOR Pengolah

TEKNIK I

KARYAWAN


(44)

4.1.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kebun Seunagan Pekerja Kebun Seunagan dibagi dalam beberapa afdelling (posko untuk mengawasi perkebunan Socfindo). Pekerja bagian Kebun Seunagan di bagi menjadi dua bagian yaitu Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Tetap (pegawai). Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin untuk KHT dan Pegawai

di PT. Socfindo Kebun Seunagan NO Pekerja

Jenis Kelamin

Jumlah Karyawan

Harian Tetap

Karyawan Tetap Pria Wanita Pria Wanita

1. Afdelling I 161 46 15 - 222

2. Afdelling II 161 59 13 1 233

3. Afdelling III 184 59 17 1 261

4. Afdelling IV 99 23 11 - 133

5. Afdelling V 82 26 9 - 117

Jumlah 687 213 65 2 967

Sumber :PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pekerja PT. Socfindo Kebun Seunagan berdasarkan jenis kelamin untuk KHT yang paling banyak adalah pria sebanyak 687 orang dan untuk pegawai sebanyak 65 orang pria.

Karyawan harian tetap pada PT. Socfindo Seunagan merupakan pekerja atau buruh untuk bagian lapangan (afdelling). Karyawan tetap disebut juga dengan pegawai dimana biasanya yang menjadi pegawai adalah para mandor, asisten devision,dan asisten kepala. Untuk karyawan tetap jabatannya lebih tinggi daripada karyawan harian tetap.


(45)

4.2 Proses Kerja di Pekebunan PT. Socfindo Seunagan

Tahap demi tahap proses kerja perkebunan adalah sebagai berikut: a. Pembibitan

Kecambah dibibitkan sesuai dengan kebutuhan kebun dengan teknis pembibitan sesuai pula dengan komoditi yang akan dikembangkan. Dalam pembibitan terdapat proses penyiraman bibit, menyiang atas/bawah, pengendalian hama/penyakit dan memupuk bibit kelapa sawit. Agar kecambah tumbuh dengan baik dan bebas hama serta penyakit dan ilalang, kecambah diberi pupuk dan disemprot dengan pestisida. Pekerja yang mengawasi pembibitan disebut bagian tunas.

b. Pemeliharaan atau Perawatan

Proses kerja pemeliharaan bertujuan agar lahan bersih dan tanaman subur. Proses pemeliharaan sebagai berikut:

1. Gawangan adalah lahan sekitar tanaman dibersihkan/dibabat secara rutin untuk memudahkan pelaksanaan kerja dan meningkatkan kesuburan tanah. 2. Piringan sekitar pohon dibersihkan/digaruk yang dipersiapkan untuk

pelaksanaan pemupukan.

3. Jalan kebun harus dipersiapkan dan dipelihara dengan baik, baik dengan menggunakan alat sederhana maupun dengan alat berat agar pengangkutan bibit, pupuk dan hasil panen tidak terkendala.

4. Agar pohon dapat tumbuh dengan baik dan bebas hama serta penyakit, pohon kelapa sawit disemprot dengan pestisida pembasmi hama dan ilalang serta diberi pupuk agar lebih subur. Pekerja yang bekerja dibagian ini disebut penyemprot. Pestisida yang digunakan seperti Gramoxone


(46)

(bahan pemusnah ilalang), Roundup (jenis herbisida pemusnah ilalang), dan sebagainya. Sedangkan pupuk yang digunakan seperti Urea, KCL dan SP.

c. Pemanenan

Proses kerja panen dengan menggunakan alat panen sesuai dengan komoditi yang dipanen. Alat panen yang digunakan adalah egrek untuk pohon yang panjang, dengan bantuan galah. Sedangkan untuk pohon pendek menggunakan dodos.

Buah diambil dengan ditarik oleh egrek dan dodos. Bila terdapat cabang-cabang yang menghalangi, cabang-cabang tersebut harus dipotong terlebih dahulu dan diturunkan, jangan dibiarkan menggantung di pohon. Kemudian setelah buah ditarik, bila ada tangkai yang terlalu panjang dipotong terlebih dahulu dan buah dinaikkan ke kereta sorong dan diangkut keluar ke tempat penampungan sementara. Pekerja yang bekerja di bagian panen biasanya disebut potong buah.

Buah yang sudah dikumpulkan akan diambil oleh bagian pengangkutan buah dengan menggunakan truk pengangkut buah. Pada saat buah diangkut ke dalam truk, buah diambil menggunakan gancu. Kemudian buah tersebut dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.

4.3 Waktu Kerja di PT. Socfindo

Perusahaan menetapkan waktu kerja sesuai dengan Kesepakan Kerja Bersama (KKB) dan UU no. 13 tahun 2003 yaitu 7 jam kerja selama 6 hari dalam 1 minggu. Diatas 7 jam kerja dihitung lembur. Untuk hari Jumat, jam kerja hanya 5 jam, selebihnya dihitung lembur.


(47)

Untuk bagian lapangan waktu kerja sesuai yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tapi, pekerja lapangan boleh memilih untuk bekerja borongan yaitu bila pekerja dapat mengumpulkan TBS sebanyak 190 janjang sebelum 7 jam kerja, mereka boleh pulang. Untuk mandor tetap 7 jam kerja sesuai yang ditetapkan perusahaan.

Dari 23 informan yang diwawancarai, 12 orang menyatakan bahwa jam kerja setiap harinya selama 7 jam, 8 orang menjawab jam kerja 5 jam setiap harinya dan 3 orang informan menjawab jam kerjanya tergantung target, bisa selama 1 jam kerja, 2 jam kerja, 3 jam kerja atau 4 jam kerja.

4.4 Karakteristik Informan

Informan adalah karyawan yang mengalami kecelakaan di Kebun Seunagan pada tahun 2008 yang merupakan sampel dalam penelitian ini. Sampel disebut informan karena penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder.

Dari 23 informan yang diwawancarai , masing-masing memiliki perbedaan karakteristik, baik berdasarkan umur, pendidikan dan jenis pekerjaan. Perbedaan karakteristik informan tersebut tertera dalam tabel-tabel berikut ini:


(48)

Tabel 4.2 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Kelompok Umur (tahun)

Jumlah (orang)

%

1. 26-30 12 52,17

2. 31-35 3 13,04

3. 36-40 4 17,39

4. 41-45 3 13,04

5. 46-50 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa umur informan yang terbanyak mengalami kecelakaan berada pada interval umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,17%). Tabel 4.3 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

%

1. Tidak sekolah 2 8,69

2. SD 9 39,13

3. SMP 7 30,44

4. SMA 5 21,74

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 9 orang (39,13%).


(49)

Tabel 4.4 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

%

1. Potong Buah 16 69,57

2. Penyemprot 5 21,74

3. Tunas 2 8,69

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah bagian potong buah yaitu sebanyak 16 orang (69,57%).

4.5Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan Kebun Seunagan

Pekerja kebun Seunagan mendapat pelatihan sebelum bekerja. Dari hasil penelitian, 23 informan menyatakan bahwa lama pelatihan yang didapatkan berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Pelatihan Kerja Informan Sebelum Bekerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Pelatihan Kerja Jumlah Informan %

1. Pelatihan selama 3 bulan 11 47,83

2. Pelatihan selama 1 bulan 1 4,35

3. Pelatihan selama 2 minggu 6 26,09

4. Tidak mendapat pelatihan 5 21,74


(50)

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa informan yang menyatakan mendapat pelatihan selama 3 bulan sebanyak 11 orang (47,83% ). Pelatihan yang diperoleh seperti cara kerja, peraturan-peraturan selama kerja dan pengarahan-pengarahan kerja. Semua informan juga menyatakan bahwa tidak pernah mendapat pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, hanya pelatihan sebelum bekerja yang mereka dapatkan.

4.6Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor

Dari hasil penelitian, semua informan yaitu 23 orang menyatakan bahwa mendapat pengarahan dan peraturan kerja dari mandor berupa cara kerja, misalnya cara memilih buah. Juga peraturan kerja, misalnya cabang harus diturunkan dan rancak harus bersih.

4.7Cara dan Fasilitas Kerja Informan

Dari hasil penelitian mengenai bagaimana cara kerja informan menyatakan bahwa untuk bagian potong buah dan tunas, mereka bekerja menggunakan egrek dan dodos untuk menarik buah dengan sikap kerja berdiri sedikit jauh dari batang agar egrek bisa menarik buah, gancu untuk mengangkat buah dengan sikap kerja agak membungkuk untuk menancapkan gancu ke buah dan mengangkatnya ke kereta soronog, kapak untuk memotong tangkai buah yang panjang dengan sikap kerja membungkuk dan kereta sorong untuk mengeluarkan buah ke tempat pengumpulan buah. Sedangkan untuk bagian penyemprot, mereka menggunakan alat knepset dan ,


(51)

micron untuk menyemprot pestisida dengan mengendong alat penyemprot di punggung dan mangkuk untuk menaburkan pupuk dengan menggunakan tangan.

Untuk pembagian fasilitas kerja dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Distribusi Fasilitas Kerja Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan

Tahun 2008

No. Cara Kerja Jumlah Informan %

1. Menggunakan egrek, kapak, gancu, kereta sorong.

16 69,56

2. Menggunakan knepset, micron dan mangkuk 5 21,74 3 Menggunakan dodos, kapak, gancu, kereta

sorong.

2 8,70

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 16 informan (69,56%) bekerja dibagian potong buah, yang menggunakan alat kapak, gancu, kereta sorong, egrek atau dodos untuk menarik buah, mengangkat buah dan mengeluarkan buah ke tempat pengumpulan buah.

4.8Penyebab Kecelakaan

Dari hasil penelitian, penyebab kecelakaan menurut informan adalah karena bekerja secara terburu-buru, kurang hati-hati dan sudah lelah ketika bekerja. Hal ini juga mempengaruhi dalam menggunakan alat-alat kerja sehingga dapat meyebabkan kecelakaan. Selain itu, disebabkan juga oleh hewan dan hubungan yang tidak baik dengan atasan. Penyebab kecelakaan dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:


(52)

Tabel 4.7 Distribusi Penyebab Kecelakaan Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Penyebab Kecelakaan

Jumlah Informan

%

1. Potong Buah dan Tunas

a. Alat kerja dan penyebab lain

8 34,78

b. Penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati)

5 21,74

c. Alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain

2 8,70

d. Alat kerja 1 4,35

2. Penyemprot Bahan-bahan kimia. 5 21,74

3. Tunas a. Penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati)

1 4,35

b. Alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain

1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 18 orang informan yang bekerja dibagian tunas dan potong buah menyatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah alat kerja, alat angkat, penyebab-penyebab lain seperti diserang binatang, hubungan yang tidak baik dengan atasan, kurang hati-hati, capek, terburu-buru dan kena cabang dan duri dan 5 orang informan yang bekerja dibagian penyemprot menyatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah bahan-bahan zat kimia dalam pestisida.


(53)

4.9Jenis Kecelakaan

Hasil penelitian mengenai bagaimana jenis kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jenis Kecelakaan Jumlah Informan

%

Potong Buah a. Tertimpa 6 26,09

b. Jenis-jenis lain dan tertimpa

6 26,09

c. Jenis-jenis lain 3 13,04 d. Terjatuh dan tertimpa 1 4,35

e. Terjatuh 1 4,35

2. Penyemprot Jenis-jenis lain 5 21,74

3. Tunas a. Terjatuh dan tertimpa 1 4,35 b. Jenis-jenis lain dan

tertimpa

1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 18 orang informan yang bekerja dibagian tunas dan potong buah menyatakan bahwa jenis kecelakaan terjatuh, tertimpa buah sawit dan cabang, jenis-jenis lain seperti tertusuk duri dan kapak dan terjepit oleh kererta sorong dan 5 orang informan yang bekerja dibagian penyemprot menyatakan bahwa jenis-jenis lain seperti tertumpah dan terciprat pestisida seperti gramoxon.


(54)

4.10 Sifat Luka

Hasil penelitian tentang bagaimana sifat luka akibat kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Sifat Luka Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Sifat Luka Jumlah

Informan

%

1. Potong Buah a. Luka di permukaan 12 82,61

b. Luka dalam 2 8,70

c. Memar 1 4,35

d. Luka-luka lain 1 4,35

2. Penyemprot Luka di permukaan 5 21,74

3. Tunas Luka di permukaan 2 8,70

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sifat luka yang paling banyak dialami informan adalah luka di permukaan untuk bagian potong buah, tunas dan penyemprot seperti lecet, tergores, tertusuk duri, bintik-bintik merah dan gatal-gatal yaitu sebanyak 19 informan. Untuk 4 informan yang lain dibagian potong buah, sifat lukanya seperti memar, luka dalam seperti tertusuk kapak dan luka-luka lain seperti terkilir.


(55)

4.11 Bagian Tubuh yang Terkena

Hasil penelitian tentang bagian mana tubuh yang terkena akibat kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Bagian Tubuh yang Terkena pada Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Bagian Tubuh yang Terkena

Jumlah Informan

%

1. Potong Buah a. Kepala 1 4,35

b. Mata 1 4,35

c. Tangan 3 13,04

d. Kaki 7 30,43

e. Tangan dan kaki 4 17,39

2. Penyemprot a. Mata 2 8,70

b. Badan 2 8,70

c. Kaki 1 4,35

3. Tunas Tangan dan kaki 2 8,70

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kaki yaitu 8 informan untuk bagian potong buah dan penyemprot karena terkena kapak, terjepit kereta sorong, terinjak duri, terkena pestisida dan sebagainya.


(56)

4.12 Perawatan yang diberikan Perusahaan

Hasil penelitian mengenai bagaimana perawatan yang diberikan perusahaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Perawatan yang Diberikan Perusahaan pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Perawatan yang diberikan Jumlah Informan %

1. Mendapat Perawatan 22 95,65

2. Tidak mendapat perawatan 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 22 informan (95,65%) menyatakan mendapat perawatan dari perusahaan melalui poliklinik. Para informan mendapat perawatan luka dan obat-obatan sesuai dengan luka yang mereka derita seperti bethadin kemudian diperban. Obatnya Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Cat Gut, Oxysiatik dan disuntik. 1 informan (4,35%) menyatakan bahwa tidak mendapat perawatan karena malas memeriksakan dirinya ke poliklinik ketika mengalami kecelakaan.


(57)

4.13 Jumlah Hari Tidak Bekerja

Hasil penelitian mengenai berapa jumlah hari yang hilang karena tidak bekerja menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Jumlah Hari Tidak Bekerja pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jumlah hari tidak bekerja Jumlah Informan %

1. 1 hari 2 8,70

2. 2 hari 3 13,04

3. 3 hari 4 17,39

4. 4 hari 4 17,39

5. 7 hari 3 13,04

6. 14 hari 5 21,74

7. 21 hari 1 4,35

8. 30 hari 1 4,35

Jumlah = 82 hari 23 100

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa rata-rata informan tidak bekerja ketika mengalami kecelakaan sesuai dengan jenis, penyebab dan luka akibat kecelakaan. Makin besar luka, makin lama mereka kehilangan hari kerja. Jumlah hari tidak bekerja akibat kecelakaan kerja selama setahun untuk 23 informan di kebun Seunagan adalah 82 hari dan paling banyak jumlah hari tidak bekerja yaitu 14 hari sebanyak 5 informan (21,74%).


(58)

4.14 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Hasil penelitian mengenai apakah informan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13 Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Penggunaan alat pelindung diri Jumlah Informan %

1. Menggunakan alat pelindung diri 22 95,65

2. Tidak menggunakan alat pelindung diri 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 22 orang informan mengatakan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja, dimana 16 informan mengatakan alat pelindung diri berasal dari diri sendiri dan 6 orang informan mengatakan dari perusahaan. 1 orang informan mengatakan tidak menggunakan alat pelindung diri. 17 orang informan bekerja dibagian tunas dan potong buah menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu. Sedangkan 5 orang informan bekerja dibagian penyemprot menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu, celana, baju dan masker.

4.15 Kepesertaan Jamsostek di PT. Socfindo Kebun Seunagan

Semua Pekerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan masuk sebagai peserta Jamsostek. Bila pekerja mengalami kecelakaan maka pekerja tersebut mendapat santunan kecelakaan dari Jamsostek sesuai dengan kecelakaan yang mereka alami. Salah satu program Jamsostek yaitu jaminan pemeliharaan kesehatan dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, karena perusahaan telah memiliki poloklinik dan dokter perusahaan sehingga dapat memberikan perawatan kepada pekerja. Apabila


(59)

perusahaan tidak sanggup untuk memberikan perawatan yang memadai, maka perusahaan membuat rujukan kepada rumah sakit yang mampu memberikan perawatan. Semua biaya perawatan dan transportasi ditanggung oleh perusahaan.


(60)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Karakteristik Informan.

Berdasarkan umur informan yang terbanyak mengalami kecelakaan berada pada interval umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,17%). Hal ini disebabkan adanya sikap kurang hati-hati dari informan. Hal ini bertentangan dengan pendapat Benny L. Priatma dan Umar Fahmi Achmadi (1991) yang mengatakan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Dalam kasus kecelakaan di Kebun Seunagan, pekerja dengan umur muda lebih banyak mengalami kecelakaan karena disebabkan oleh pengalaman, tingkat keterampilan dan lamanya bekerja. Selain itu, pekerja dengan umur muda bekerja dengan terburu-buru.

Dari tingkat pendidikan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 9 orang (39,13%). Hal ini dikarena tingkat pendidikan mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan dan kecakapan pekerja dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Benny dan Achmadi (1991).

Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah bagian potong buah yaitu sebanyak 16 orang (69,57%). Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaaan bagian potong buah lebih banyak pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang lain dan penyebab kecelakaan kecelakaannya juga lebih banyak.


(61)

5.2 Jam kerja Informan

Pada umumnya informan mengatakan bahwa dalam 1 hari, jam kerja informan adalah 7 jam yaitu dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang, sesuai dengan pernyataan informan:

“Kerja sebenarnya diharuskan mulai jam 7 pagi sampe jam 2 siang. Tapi, kalau kami bisa mencapai borong, borongan kami bisa sampai 190. misalnya siap jam 11 atau 12 boleh pulang”

Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2 yang berbunyi “Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.”

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan, karena pakerja lapangan di Socfindo bekerja sesuai dengan borongan. Sesuai dengan pernyataan informan:

“…..kami kerja 5 jam karena dah dapat target”.

Jadi, apabila pekerjaan mereka telah mencapai borongan atau target, pekerja boleh pulang walaupun jam kerja mereka kurang dari 7 jam. Jam kerja yang ditentukan oleh PT. Socfindo tidak melebihi batas sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan akibat jam kerja yang berlebihan. Studi bertajuk “Working Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a Global Comparative Perspective”mengingatkan bahwa jam kerja yang lebih pendek bisa mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif, seperti meningkatkan kesehatan hidup karyawan dan keluarganya, mengurangi kecelakaan di tempat kerja dan mempertinggi produktivitas.


(62)

5.3 Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan

Umumnya informan mengatakan bahwa pekerja mendapat pelatihan sebelum bekerja selama 3 bulan atau 2 minggu, sesuai dengan pernyataan informan:

“Waktu masuk kita training dulu dalam jangka waktu 3 bulan. Selama training kita dikasih pengarahan-pengarahan kerja dan peraturan-paraturan waktu kerja”

Beberapa informan di Kebun Seunagan, mendapat pelatihan sebelum bekerja. Selama pelatihan, mereka mendapat pengarahan-pengarahan tentang cara kerja dan peraturan kerja.

Ada juga yang informan yang mengatakan tidak mendapat pelatihan, mereka mengetahui cara kerja dengan melihat temannnya bekerja, seperti pernyataan informan berikut:

“Ga ada training, langsung kerja. Saya tau dari temen dan lihat-lihat orang kerja”

Pelatihan sebelum bekerja sangat diperlukan. Karena pekerja belum pernah bekerja dan menggunakan alat-alat kerja yang dapat membahayakan pekerja bila tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Walaupun pekerja dapat belajar dari teman atau melihat cara kerja pekerja yang lain, namun lebih baik mendapat pelatihan langsung dari perusahaan sehingga pekerja mengetahui cara kerja yang benar yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Banyak kecelakaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi, tetapi bisa terjadi dan sangat merugikan. Karena itu diperlukan pengetahuan untuk mencegahnya agar kerugian dapat dihindarkan. Salah satu cara mencegah Kecelakaan Kerja yaitu dengan menerapkan kaidah-kaidah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja,


(1)

8) Perawatan yang diberikan Perusahaan

Matrik 8

Distribusi perawatan yang diberikan perusahaan

Informan Jawaban

1 Ada perawatan yang diberikan, diobatin di poliklinik. Waktu kena

cabang atau dodos dibawa poliklinik, dikasih obat kayak bethadin kemudian diperban. Obatnya antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Cat Gut.

2 Ada, sekedarnya saja. Perawatan diberikan di poliklinik. Lukanya

dijahitlah. Dikasih bethadin trus diperban, dikasih antalgin juga, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain.

3 Adalah, dikasih obat di poloklinik. Kalau kita kecelakaan, pasti

ditanggung ma Socfin. Dikasih bethadin, antalgin, CTM, amoxan, B com C, Oxysiatik, Cat Gut.

4 Ada dikasih obat, disuntik. Dipoliklinik.

5 Di poliklinik, dikasih Antalgin, CTM, Amoxan, B com C,

Pehacain, Oxysiatik.

6 Saya diopname 3 hari di rumah sakit di poliklinik. 1 bulan sekali

dikasih telor ma susu. Kadang-kadang 1 bulan badan ga enak bisa juga mangkir kerja 1 atau 2 hari. 1 bulan sekali disuntik, disuntik apa namanya, B complek.

7 Ada, periksa di poliklinik. Di kasih obat biar ga gatal. 1 bulan

sekali kami dikasih telor ma susu. Terus 1 bulan sekali disuntik B com.

8 Ada, waktu kena racun di periksa di poliklinik, trus dikasih obat

ma disuntik. Kalau kena ulat gatal, diperiksa trus dikasih obat. Kami dikasih telor ma susu juga disuntik 1 bulan sekali.

9 Untuk mata, dikasih obat tetes mata sama perusahaan. Kalau kena

tawon dikasih obat.

10 Waktu kena cabang dibawa ke rumah sakit kemudian diobati.

Setelah diobati hm… setelah itu, kami dikasih prei (libur). Perawatan luka, pertama dibedah diambil durinya kemudian dijahit kalau besar lukanya, kalau ga cuma dicabut langsung diobati. Obat yang dikasih bethadin, diperban trus Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain, Oxysiatik, Cat Gut.

11 Mata udah kabur terus merah, hari itu perusahaan bilang ga papa

tapi matanya kabur. Kalau yang kena cabang, cuma dikasih betadin di poliklinik, trus diperban. Waktu kena duri, masih bekerja. Ni durinya baru bisa keluar.

12 Kalau ketimpa cabang, cuma dikasih obat bethadin aja, ga dijahit.

Saya disuruh opname ma orang itu, tapi saya ga mau. Kalau kena sengat tawon langsung disuntik di poliklinik, jadi besok dah sembuh, bisa kerja.


(2)

13 Langsung dikasih obat di Poliklinik. Setiap 1 bulan sekali diperiksa di dada, disuntik B-compleks. Kita juga dikasih puding satu bulan sekali.

14 Di kasih obat di poliklinik, dijahit lukanya. Trus diopneme di

rumah sakit. Dikasih Bethadin, diperban, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain, Oxysiatik.

15 Ga, saya ga periksa ke poliklinik, saya malas dibawa ke poliklnik.

Soalnya pulangnya paling malas. Kalau kita kerja pulangnya paling lambat jam 12. tapi, kalau di poliklinik bisa sampe jam 2. Dicabut durinya sendiri kalau dibiarin bisa sakit. Bengkak sih, tapi saya tetap kerja. Kalau disengat tawon saya obat sendiri, saya beli obat antalgin.

16 Diobatin di klinik, dicabut durinya tapi ga dijahit. Kalau disengat

tawon diobatin juga diklinik, terus disuntik. Dikasih obat Bethadin trus diperban, Antalgin, CTM, Amoxan, Bcom C, Pehacain.

17 Perawatan yang diberikan kita mangkir tapi gaji tetap jalan sampe

kita sembuh dirawat. Waktu dirawat dikasih makan siang, obat-obatan dan suntikan. Waktu kena dodos dijahit 3 jahitan. Kalau kena duri, kan cuma dibelah terus dikeluarin, dijahit. Kalau ulat gatal kita melapor ke klinik, terus dilihat apa mesti diopname apa ga, kita juga dikasih obat ma dokter. Obat yang dikasih Bethadin, Amoxan, CTM, Antalgin, B com C, Pehacain, Oxysiatik, Cat Gut.

18 Waktu kena kaki Karena kapak, dibawa ma mandor ke rumah

sakit. Sampe di rumah sakit dijahit 6 jahitan. Waktu kena duri juga dirawat dirumah sakit, dikasih obat terus disuntik. Disengat tawon ma lipan juga dibawa rumah sakit. Obat yang dikasih Bethadin, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain.

19 Di bawa dipoliklinik, dijahit terus dikasih obat. Obat yang dikasih

Bethadin, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain.

20 Ada, ya..dikasih obat trus rawat inap waktu kena kapak. Kalau

karena kereta sorong ga ada, karena luka ringan. Kalau kena cabang, kita cuma ngasih laporan aja ke kepala klinik. Kalau di Socfin dalam 1 kerja ada perbasis misalnya harus 5 janjang. Jadi, kita lapor kalau hari ini kita ga bisa kerja, jadi ga cukup basisnya. Obat yang dikasih Bethadin, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain

21 Ada, dikasih obat, bethadin. Terus dijahit. Kalau kena cabang

tergantung luka, kalau besar luka bisa diopname, kalau kacil ga diopname. Obat yang dikasih Bethadin, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain, Cat Gut

22 Di kasih obat di poliklinik. Obat yang dikasih Bethadin trus

diperban, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain.

23 Dijahit, diobatin di klinik. Terus juga disuntik. Itu waktu kena


(3)

kelabang, kalau bengkak ya..diobatin. kalau ga ya ga diapa-apain. Obat yang dikasih Bethadin, Antalgin, CTM, Amoxan, B com C, Pehacain, Cat Gut.

9) Jumlah hari Tidak Bekerja

Matrik 9

Distribusi jumlah hari tidak bekerja

Informan Jawaban

1 ya..sekitar 3 hari ga kerja. Tapi,gaji tetap dikasih. Kan saya luka,

karena kena kapak, ya..tunggu lukanya kering juga. Kalau langsung kerja bisa tambah parah

2 4 hari saya ga kerja, kenanya dikaki lagi. Kalau kerja susah jalan, sakit. Tunggu sembuh juga, biar bisa jalan lagi.

3 Ya..selama sakit sampe sembuh. Sekitar 3-4 hari. Itu waktu kena

cabang ma duri. Kalau kena ulat gatal, besok bisa kerja kok. Kena di tangan ma kaki, ga bisa kerja lah. Gimana mau pegang alat kalau masih luka, setidaknya dah sembuh atau kering dulu lukanya.

4 Selama hm… masih belum sembuh, belum kerja. Kira-kira 2

minggu lah. Belum bisa jalan, gimana mau kerja. Jadi tunggu agak mendingan, namanya juga terkilir, pasti ngilu kalau dibawa jalan, ya…tunggu dah reda sakit baru kerja lagi.

5 Setengah bulan, tapi dikira kerja. Soalnya kecelakaan terjadi

dalam pekerjaan. Memang ga da luka, tapi, kata orang luka dalam. Saya bangun ja susah gimana mau kerja. Tunggu bisa gerak dulu baru kerja.

6 3 hari diopneme, trus istirahat di rumah beberapa hari. Badan

gatal-gatal kayak alergi, jadi di rumah sakit diobatin, dirumah istirahat dulu sembuhin gatal-gatal. Baru kerja lagi.

7 Kalau yang kena racun, istirahat di rumah selama 2 hari. Kalau

yang berantem ma temen ga sampe ga kerja. Jatuh ja, besok bisa kerja.

8 Kalau ketumpahan racun mangkir 1 atau 2 hari. Gara-gara gatal

itu. Kena ulat gatal juga ga kerja. Abis masih gatal-gatal, ga bisa juga kerja sambil garuk-garuk kan, hahahaha…

9 Waktu terciprat ga kerja 21 hari, tapi masih berobat mata sampe

sekarang. Waktu diserang tawon juga saya ga kerja, dah bengkak soalnya. Mana kayak ditusuk-tusuk lagi, mana bisa kerja. Tunggu reda sakti ma agak kurang bengkaknya baru kerja.

10 Saya tidak bekerja 4 hari sampe pulih. Tangan luka gara-gara

tangkis cabang, ga bisa dibawa kerja. Nanti kalau kejatuhan cabang lagi, trus ditangkis lagi makin lebarlah lukanya. Tunggu


(4)

sembuh dulu baru kerja lagi, daripada membahayakan diri sendiri. Perusahaan ja kasih prei kok buat kita.

11 Kena serbuk di mata, terus ketimpa cabang sama-sama 1 minggu

saya ga kerja. Mata dah kabur, ga bisa lihat, kalau dipaksa kerja yang ada saya bisa kena celaka lagi. Tunggu dah agak mendingan, kira-kira mata dah ga kabur lagi ya..langsung kerja.

12 Kalau ketimpa cabang 3 hari, kalau kena tawon besok bisa

langsung kerja. Paling bengkak dikit terus senut-senut gitu, masih bisalah kerja.

13 Waktu kena cairan semprot itu, 2 hari saya ga kerja. Mata saya kan

perih trus merah lagi, susah kalau saya langsung kerja. Mang ga parah-parah kali.

14 Kalau kena kapak, diopname selama 12 hari, kalau kena cabang ga

kerja 1 hari. Karena ga ada duri yang tinggal. Jadi, cepat sembuh. Kalau durinya masih tinggal mungkin lebih parah. Kan sakit tu kalau kita gerak-gerak badan, kayak ada yang nyusuk-nyusuk.

15 Kalau kena cabang ga ada libur, tetap kerja. Tapi, kalau disengat

tawon 1 hari ga kerja. Karena pas saya ketimpa cabang, walau durinya banyak dah saya cabut langsung. Paling sakit dikit, tapi biar cepat sembuh. Trus saya obatin sendiri aja.

16 Kena cabang ma disengat tawon sama-sama ga kerja selama 3

hari. Dah bengkak, mana bengkaknya besar, ya..tunggu bengkaknya kecil trus ga sakit lagi, baru kerja.

17 Waktu kena dodos, 2 minggu ga kerja. Kalau kena duri cuma 2

hari ga kerja. Tapi ga langsung kerja yang berat, dikasih kerja agak ringan. Masih susah kerja berat, jadi yang ringan dulu, kayak saya ga usah bawa buah keluar, saya cuma ambil buah yang mudah-mudah dulu.

18 Kalau kena kapak 1 minggu ga kerja. Kalau kena duri 2 hari ga

kerja, dirawat di rumah sakit. Disengat tawon ga kerja 1 hari. Mana kena di kaki, susah jalan,jadi susah juga kita kerja.

19 Mangkir selama setengah bulan. Kita kerja kan mesti jalan-jalan,

kalau kaki masih sakit, mau gimana kerja. Tunggu ga sakit lagi, baru kerja, biar kerja kita juga bagus kan.

20 Waktu kena kapak, 1 bulan rawat inap dengan istirahat. Kita kan

dah keluar dari rumah sakit, jadi kita istirahat lagi di rumah. Kalau gara-gara kereta sorong, besoknya bisa kerja. Kalau ketimpa cabang, cuma hari kena cabang itu aja kita ga kerja. Besoknya kita bisa kerja lagi.

21 Sampe sembuh, kadang-kadang diopname. 3-4 hari. Kan dijahit,

biar ga lasak ya..diopname ja. Nanti tebuka lagi jahitannya, makin lama sembuh.

22 2 hari.


(5)

hari. Dah kena di kaki, ga bisa jalan, ga bisa kerja. Dijahit lagi, tunngu kering juga. Nanti kebuka jahitan kalau kita langsung kerja

10)Penggunaan Alat Pelindung Diri

Matrik 10

Distribusi penggunaan alat pelindung diri

Informan Jawaban

1 Ga da. Susah pake alat pelindung diri. Mang disuruh, tapi malas

pakenya, jadi susah kerja. Buat lama kerja aja.

2 Ada, alat pelindung diri dari sendiri. Kalau ga pake bisa

kecelakaan. Saya pake aja, bisa tembus kapak nya ke kaki. Saya pake sepatu kerja. Mang masih bisa kecelakaan, kapak kan tajam.

3 Pake, alat pelindung dari diri sendiri kalau alat kerja baru dari

perusahaan. Saya pake sepatu, kalau ga pake bisa kecelakaan. Pake ja bisa kan kecelakaan.

4 Sebenarnya perusahaan menyediakan, tapi sementara ini dari

perusahaan sudah menyediakan untuk yang lain. Tapi, dari kami, potong buah saya rasa tidak sampe ke kami. Saya rasa kalau kita ga pake alat pelindung diri bisa kecelakaan. Saya gunain sepatu kalau kerja.

5 Kalau alat pelindung diri dari sendiri. Kami usaha sendiri. Saya

pake sepatu kalau kerja. Ya..ga susah-susah kali, cuma sepatu ja, masa kita ga mau selamat pas kerja kan.

6 Kalau di sini maskernya bikin sendiri, kalau dari Socfin dikasih

baju, celana, sepatu gitu aja. Untuk sementara masker bikin sendiri tahun 2010 baru ada.

7 Ada, kayak baju, sepatu, celana. Kalau masker disedian juga.

Ya..dipake kalau kerja semua alat itu. Kalau ga dipake, bisa kena-kena dibadan racunnya. Kan berbahaya.

8 Dikasih, sepatu..ya..dipake. Baju, celana ma masker juga dipake,

kalau kerja. Kalau kena racun, bisa gatal-gatal, ga tahan lho sama gatal-gatalnya.

9 Untuk nyemprot ada sepatu, baju, celana, masker, saya gunain

semua. Mungkin kacamata juga perlu kali ya…, biar ga kena dimata lagi, kayak saya. Kalau kena angin mau juga cairannya itu masuk-masuk ke mata.

10 Kalau perusahaan tidak pernah berikan pelindung seperti sarung

tangan/sepatu tidak pernah. Itu sediain dari sendiri. Tapi, masa dulu disediakan semua seperti sepatu, sarung tangan dan alat-alat perusahaan yang dikasih. Tapi sekarang, ga ada. Harus beli sendiri, kalau ga beli sendiri itu ga bisa kerja. Kalau dari perusahaan diutangkan. Tapi, kami mencicil biasanya.


(6)

11 Alat pelindung diri dari sendiri, saya gunain alat pelindung diri. Saya pake sepatu kalau kerja, biar ga kena duri. Durinya banyak di bawah pohon sawit.

12 Alat pelindung diri dari sendiri. Saya gunain pas kerja takut kena

duri,trus digigit lipan. Saya pake sepatu pas kerja. Biar ga kena itu tadi lah..

13 Ada, tutup mulut (masker), sepatu, baju. Saya gunain, biar saya ga

kena racun juga di badan saya. Lama-lama kan bisa bahaya kalau kena-kena terus. Sekali aja bahaya, apalagi terus-terusan.

14 Ada, sepatu jatah 6 bulan sekali dikasih perusahaan. Saya

dikasihperusahaan alat kerjanya. Saya gunain waktu kerja, dah dikasih juga.

15 Alat pelindung diri ga disedain di perusahaan, itu dari kita sendiri. Saya gunain sepatu saja kalau lagi kerja.

16 Kalau orang motong, selama ini ga ada alat pelindung diri. Sepatu

dari diri sendiri, saya gunain kalau lagi kerja.

17 Jelas pake sepatu, tapi dari sendiri. Dah saya pake juga

kecelakaan, kena dodos, giman ga pake, bisa putus mungkin kaki saya.

18 Pake, sepatu dari sendiri. Saya kena kapak juga walau dah pake

sepatu. Karena tajamnya kapak, dengan sepatu setidaknya bisa dihalangin dikit.

19 Pake, kalau motong pake sepatu. Tapi tembus juga, kan kapak

tajam. Kalau ga pake sepatu lebih parah kenanya.

20 Alat pelindung diri dari sendiri, saya gunain sepatu kalau lagi

kerja. Walau saya dah pake sepatu kena juga kapak, karena kuatnya kita ayun trus kapak kan tajam

21 Alat pelindung diri ada dari sendiri. Walau dah pake sepatu

tembus. Kalau ga pake makin parah.

22 Alat pelindung dari sendiri, sepatu. Walau dah pake tembus juga

waktu kena duri.

23 Pake sepatu, waktu kena kereta sorong ga pake, kalau lagi

ngeluarin buah ga pake sepatu, soalnya susah gerak. Jadi, saya buka sepatu tapi malah kena kereta sorong.