Sejalan dengan proses ini, peneliti dapat meminta rujukan mengenai siapa lagi orang yang mempunyai pengalaman atau karakteristik serupa.
2. Menentukan jumlah responden Dalam metode depth interview tidak ada kriteria baku mengenai berapa
jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh. Pada penelitian ini
jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 7 responden. 3. Variasi responden
Pertimbangan dalam pemilihan sampel ini adalah bahwa sampel sebaiknya bervariasi, dilihat dari ciri demografisnya, sehingga hasil penelitian tidak
menyimpang karena faktor-faktor sosio-ekonomi, gender, atau kepribadian yang tidak relevan, akan diperkaya oleh orang-orang yang berlainan dalam
ciri-ciri tersebut. Pada penelitian ini, variasi responden diambil dari gender laki-laki maupun perempuan, pekerjaan responden baik pegawai kantoran
maupun wiraswasta, yang telah berkeluarga dan yang belum berkeluarga.
3.8.2 Pada Saat Depth Interview
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti saat melakukan depth interview, yaitu :
1. Memulai wawancara Wawancara dimulai dengan basa-basi ketimuran, namun tetap proporsional
dan secukupnya, apalagi bila responden adalah orang penting dan hanya memiliki waktu yang terbatas.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengajukan pertanyaan a. Untuk memperoleh data secermat mungkin, digunakan tape recorder.
Namun, sebelum menggunakan tape recorder, terlebih dahulu meminta izin kepada responden. Hal ini mungkin terjadi adalah responden menjadi
gugup ketika menyadari jawabannya direkam, namun biasanya hal ini tidak berlangsung lama, dan kegugupan itu mencair seiring dengan
jalannya wawancara. Keuntungan peneliti bila menggunakan tape recorder adalah 1 peneliti dapat lebih berkonsentrasi penuh terhadap
informasi yang diberikan responden karena tidak harus mencatat ataupun menulis seluruh informasi yang terucap, dan 2 data menjadi lebih
lengkap dan akurat. b. Pertanyaan dalam depth interview cenderung dimulai dengan kata tanya
bersifat terbuka, seperti ‘bagaimana’, ‘apakah’, dan ‘mengapa’. c. Peneliti harus dapat membawa wawancara ini menjadi sebuah ‘percakapan
informal’, sehingga peneliti dapat menggali apa yang responden rasakan dan pikirkan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang akrab dan
informal. Pertanyaan bahkan dapat diajukan dalam bahasa daerah, bila diyakini responden akan bersikap lebih terbuka.
3. Pedoman penyelenggaraan wawancara Beberapa pedoman yang perlu diketahui dalam menyelenggarakan
wawancara, yaitu: a. Penyusunan isi wawancara yang efektif, dengan berusaha menempatkan
pesan utama pada awal pembicaraan.
Universitas Sumatera Utara
b. Sikap dan ekspresi vokal yang tepat. c. Saling membuka diri.
d. Sesuaikan penggunaan alat peraga dengan kondisi saat wawancara. e. Memperhitungkan kepentingan dan perspektif penelitian.
4. Mengakhiri depth interview a. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi seperti tempat dan tanggal
lahir, usia, riwayat pendidikan, penghasilan, dan sebagainya diajukan pada akhir wawancara. Hal ini berkebalikan dengan pertanyaan dalam
survei yang umumnya menempatkan pertanyaan-pertanyaan pribadi ini diawal wawancara. Tujuan teknik ini adalah menghindarkan responden
dari keharusan memberikan jawaban yang bersifat pribadi, yang mungkin membuatnya malu atau tersinggung sehingga mempengaruhi jawaban atas
pertanyaan berikutnya, atau bahkan secara mendadak dan sepihak membatalkan wawancara.
b. Pada akhir wawancara, peneliti sebaiknya meminta alamat, nomor telepon, ataupun email responden. Tujuannya adalah agar memudahkan peneliti
untuk menghubungi responden bila membutuhkan data tambahan.
3.8.3 Pasca Depth Interview