Identifikasi Tumbuhan Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu

xxxvi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Medanense MEDA Universitas Sumatera Utara adalah markisa ungu Passiflora edulis Sims. Termasuk suku passifloraceae Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 33.

4.2 Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu

Hasil penetapan kadar vitamin C dari sari markisa segar dan baku vitamin C pertama kali dilarutkan dan sesudah didiamkan selama 1 jam, 4 jam dan 8 jam, dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Diagram Batang Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu. Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan 2,6- diklorofenol indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari sari markisa segar dan baku vitamin C terlebih dahulu dilarutkan dan dibiarkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam dapat dilihat pada Tabel 2. 25.83 25.23 23.64 20.73 96.75 96.09 93.68 89.81 20 40 60 80 100 120 Segar Didiamkan Selama 1 jam Didiamkan Selama 4 jam Didiamkan Selama 8 jam sari markisa Vitamin C baku 23 Universitas Sumatera Utara xxxvii Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu. No Jam NAMA SAMPEL Kadar Vit. C mg100 g Sari markisa Kadar Vit. C baku mg100g 1 Segar 25,83 ± 0,06 96,75 ± 0,22 2 Didiamkan selama 1jam 25,23 ± 0,08 96,09 ± 0,21 3 Didiamkan selama 4 jam 23,64 ± 0,04 93,68 ± 0,25 4 Didiamkan selama 8 jam 20,73 ± 0,08 89,81 ± 0,36 Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai kadar rata-rata vitamin C sari markisa antar waktu, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui apakah variasi antar waktu sama atau berbeda menggunakan Statistical Product And Service Solution SPSS dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel di atas dapat kita lihat penurunan kadar baku vitamin C dan sari markisa pada variasi waktu tertentu, dimana kadar baku vitamin C dan sari markisa memiliki nilai penurunan yang berbeda pada tiap variasi waktu tertentu. Persen penurunan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persen Penurunan Baku Vitamin C dan Sari Markisa pada Variasi Waktu No Jam NAMA SAMPEL Kadar Vit. C Kadar Vit. C baku 1 Segar 2 Didiamkan selama 1jam 0,6 0,66 3 Didiamkan selama 4 jam 1,59 2,41 4 Didiamkan selama 8 jam 2,91 3,87 24 Universitas Sumatera Utara xxxviii Tabel 4. Uji F Kadar Vitamin C dari Sari Markisa dengan Variasi Waktu. Jumlah Kuadrat Df Rata-Rata Kuadrat F Sig. Antar Kelompok 93.509 3 31.170 7.1993 .000 Dalam Kelompok .087 20 .004 Total 93.595 23 Pada Tabel 4 di atas, diperoleh F hitung sebesar 7.1993 dan F tabel sebesar 3,10 dimana F hitung F tabel . Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C sari markisa segar yang didiamkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam, berbeda secara statistik. Karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan uji himpunan homogen dengan analisis Duncan. Tabel 5. Analisis Himpunan Homogen Kadar Vitamin C dari Sari Markisa dengan Variasi Waktu. Ducan sampel sari markisa N Kepercayaan = 0.05 1 2 3 4 Segar 6 25,8317 Didiamkan selama 1 jam 6 25,2250 Didiamkan selama 4 jam 6 23,6417 Didiamkan Selama 8 jam 6 20,7317 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa ke empat perlakuan menurut uji Duncan tidak berada dalam satu himpunan homogen, masing-masing pada himpunan yang berbeda, artinya bahwa kadar vitamin C pada buah markisa 25 Universitas Sumatera Utara xxxix yang dilakukan pendiaman dengan waktu yang berbeda pada sari markisa memberikan hasil yang berbeda, dimana pada buah segar diperoleh kadar vitamin C 25,83 mg100 g, pada pendiman 1 jam, 4 jam, dan 8 jam diperoleh kadar berturut-turut sebesar 25,23 mg100 g, 23,64 mg100 g, dan 20,73 mg100 g ini membuktikan bahwa lama pendiaman mempengaruhi kadar vitamin C pada sari markisa. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa kadar vitamin C berkurang dari sari segar dan setelah pendiaman selama 1 jam, 4 jam dan 8 jam. Hal ini karena vitamin C mudah larut dalam air, dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, pendiaman dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pada proses pemotongan, penggilingan blender dan pendiaman dalam waktu yang lama harus dihindari. Dalam “processed food”, kehilangan vitamin C banyak terjadi diakibatkan oleh degradasi kimiawi Andarwulan dan Koswara, 1989. Menurut Winarno 1984, menyatakan bahwa dalam pembuatan sari markisa biasanya terdapat sedikit kerusakan karetenoid pada proses pemanasan yang lama, dan pendiaman beberapa jam, adanya kerusakan karetenoid perlu diperhatikan karena karetenoid mudah teroksidasi. Timbulnya kerusakan pada struktur tersebut dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak stabil, misalnya dari warna kuning berubah pucat dan menjadi putih kekuningan. Proses pembuatan dan lamanya pembutan dapat mempengaruhi kadar vitamin C dalam bahan pangan seperti buah-buahan. Pada penetapan kadar vitamin C dari sari markisa, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap pengolahan seperti pemotongan dan penggilingan blender dan penimbangan 26 26 Universitas Sumatera Utara xl yang memakan waktu lebih kurang 20 menit sehingga dapat mengalami penurunan kadar vitamin C dari sari markisa. Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin tertentu tergantung cara pengolahannya. Pada umumnya, diinginkan suatu pembuatan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan menghasilkan sediaan yang aman dikonsumsi Andarwulan dan Koswara, 1989.

4.3 Uji Perolehan Kembali

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

17 163 69

Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Volumetri Menggunakan 2,6-Diklorofenol Indofenol dari Buah Nanas (Ananas comosus. Merr) yang Disimpan pada Suhu Ruang (27°C) dan Suhu Dingin (5°C)

35 158 74

Penetapan Kadar Vitamin C Dari Paprika (Capsicum annum L. var Grossum) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

22 101 72

Studi Penetapan Kadar Kandungan Vitamin C Pada Beberapa Macam Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang Beredar Di Kota Medan Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

13 123 64

Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol.

26 181 72

Penetapan Kadar Vitamin C Dari Bawang Putih (Allium sativum L.) Secara Titrasi 2,6-Diklorofenol Indofenol

37 206 67

Penetapan Kadar Vitamin C dari Jus Buah Apel (Malus domestica Borkh.) yang Berwarna Merah dan Hijau secara Titrasi dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol pada Beberapa Interval Waktu

27 207 97

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

0 2 24

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG (Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

0 0 13

Studi Penetapan Kadar Kandungan Vitamin C Pada Beberapa Macam Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang Beredar Di Kota Medan Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

0 0 20