Hasil .1 Penetapan Bilangan Asam

Penentuan bilangan asam ini salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas minyak, minyak dengan kualitas tinggi memiliki bilangan asam rendah, dalam menentukan kualitas ada standar yang menjadi rujukan untuk minyak dalam negeri standar yang digunakan cukup menggunakan SNI Standar Nasional Indonesia, jika minyak akan diekspor maka menggunakan standar SPB Special Prime Bleach. Prinsip pada saat melakukan percobaan angka asam adalah sejumlah tertentu sampel yang mengandung lemak atau minyak dilarutkan dalam alkohol kemudian direfulks dipanaskan selama 10 menit, sampel yang telah larut tersebut dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya telah diketahui untuk dihitung angka asamnya Burhanuddin, 2012. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agara dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol etanol yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96, karena etanol 95 merupakan pelarut lemak yang baik Burhanuddin, 2012. Fungsi pemanasan refluks saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol etanol larut seutuhnya. Sama seperti percobaan angka penyabunan seharusnya basa alkali yang digunakan adalah KOH, namun karena keterbatasan zat, maka pereaksi yang digunakan digantikan fungsinya dengan NaOH Burhanuddin, 2012. 4.1.2 Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Hasil penetapan kadar asam lemak bebas minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Kelapa Murni No. Sampel Berat Sampel gram Volume Titrasi ml Asam Lemak Bebas Rata-rata 1 Perlakuan I 20,0248 3,5 0,3541 0.3695 2. Perlakuan II 20,0001 3.8 0,3849 Sedangkan dalam percobaan penentuan kadar asam lemak bebas sebagai laurat dalam minyak kelapa murni yang dilakukan dapat diketahui bahwa kadar asam lemak bebas sebagai laurat yang ada dalam minyak kelapa murni pada percobaan pertama sebesar 0,3541 dan pada percobaan kedua sebesar 0,3849. Sedangkan rata-rata kadar asam lemak bebasnya adalah 0,3695. Adanya asam lemak bebas akan menurunkan kualitas mutu minyak VCO. Berdasarkan standar mutu APCC kandungan asam lemak bebas dalam minyak VCO tidak boleh lebih dari 0,5. Sehingga hasil diatas memenuhi syarat APCC, namun tidak memenuhi syarat kadar asam lemak bebas menurut SNI 7381-2008 yang menetapkan kadar maksimalnya adalah 0,2. 4.1.3 Penetapan Bilangan Penyabunan Hasil penetapan bilangan penyabunan minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perhitungan Bilangan Penyabunan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 4.3 Hasil Penetapan Bilangan Penyabunan pada Minyak Kelapa Murni Berat Sampel Volume Blanko Volume Titrasi Angka Penyabunan 2,0184 gram 25,20 ml 8,0 ml 271,4952 2,0160 gram 8,0 ml 272,8196 Rata-rata Angka Penyabunan 272,6574 Dalam penentuan bilangan penyabunan minyak kelapa murni dapat diketahui bahwa kadar bilangan penyabunan pada percobaan pertama adalah 272,4952 sedangkan kadar pada percobaan kedua adalah 272,8196. Sedangkan rata-rata kadar bilangan penyabunan minyak kelapa murni adalah 272,6574. Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut Ketaren, 1986. Berdasarkan literatur di atas, dapat kita ketahui bahwa asam lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisa. Reaksi ini akan terjadi apabila di dalam minyak masih terkandung sejumlah air. Hal ini dapat merusak minyak dan dapat menimbulkan bau tengik. Untuk mencegah terjadinya hidrolisa, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin. Selain proses hidrolisa, masa penyimpanan yang terlalu lama juga dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas pada minyak. Oleh karena itu, minyak kelapa murni harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dan bebas dari pengaruh logam, oksigen, cahaya, serta temperatur tinggi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Kadar rata-rata bilangan asam pada minyak kelapa murni adalah 0,72 mg NaOHg. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan APCC 2003 yang menetapkan bilangan asam maksimal 0,5. b. Kadar rata-rata asam lemak bebas pada minyak kelapa murni tidak memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia SNI, di mana jumlah yang diperoleh adalah 0,36. Hasil ini telah melampaui batas maksimal yang ditetapkan SNI, yaitu 0,2. Namun hasil ini memenuhi persyaratan APCC 2003 yang menyatakan kadar maksimal ≤ 0,5. c. Kadar rata-rata bilangan penyabunan pada minyak kelapa murni adalah 272,6574. Hasil ini tidak memenuhi syarat APCC tahun 2003 yang menyatakan kadar bilangan penyabunan berkisar 200-250.

5.2 Saran

a. Sebaiknya dalam melakukan titrasi harus dilakukan dengan teliti agar volume titrasi yang didapat tepat. b. Sebaiknya pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa merek dagang dari minyak kelapa murni yang telah beredar di pasaran demi menjamin kesehatan para konsumen. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Halaman 278. Amang, B., Pantjar, S., dan Anas, R. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. Jakarta: IPB Press. Halaman 152-153. Anonim. 2012. Kelapa. http:www.plantamor.com. Diakses tanggal 22 April 2013. Burhanuddin, A. 2012. Penentuan Bilangan Asam Minyak Sawit dan Minyak Kelapa. Bandung: Institut Teknologi dan Sains Bandung. Halaman 2, 3. Darmoyuwono, W. 2006. Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Halaman 41, 44, 46-47, 61. Gani, Z., Harlinawati, Y,. dan Dede. 2005. Bebas Segala Penyakit dengan VCO. Jakarta: Puspa Swara. Halaman 6-10, 12-15. Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI- Press. Halaman 7, 28-29, 69, 194, 314-315. Rindengan, B., Novarianto, H. 2004. Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 33. Setiaji, B., Prayugo, S. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 113 Suhartati, M. 2013. Asam Lemak Linoleat Terkonjugasi. Purwokerto: UPT. Percetakan dan Penerbitan Universitas Jenderal Soedirman. Halaman 25. Standar Nasional Indonesia. SNI 7381-2008 ICS 67.200.10. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman 1-2, 14. Sudarmadji, S. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 93, 97, 114-116. Sutarmi., Rozaline, H. 2005. Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 16.