Pengertian persepsi tentang kinerja guru bimbingan dan konseling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori 1. Persepsi tentang Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

a. Pengertian persepsi tentang kinerja guru bimbingan dan konseling

Menurut Bimo Walgito 1990:53, persepsi adalah proses yang di dahului oleh pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Sementara Gross 2012:292 mengatakan persepsi adalah organisasi dan interpretasi informasi sensorik yang masuk untuk membentuk representasi-representasi batiniah tentang dunia eksternal. Menurut Leavitt dalam Desmita 2014:117 perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Dalam pengertian ini dapat diartikan bahwa perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka 10 tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Dengan kata lain apa yang seseorang pikirkan akan mempengaruhi apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan akan mempengaruhi apa yang dilakukan. Para ahli dengan pandangan masing-masing mendefinisikan persepsi secara berbeda-beda. Berikut adalah definisi persepsi menurut beberapa ahli yang dikutip dalam Desmita 2014:117; 1 Chaplin 2002 mengartikan persepsi sebagai “ proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif melalui indera ”. 2 Morgan 1979 mengartikan persepsi sebagai “ The process of discriminating aming stimuli and of interpreting their meaning ”. 3 Matlin 1994 mendefinisikan “ Perception is a process that uses our previous knowledge to gather and interpret the stimuli that our sense register ”. 4 Matsumoto 2000 mendefinisikan “ Perception is the process of gathering information about the world trough our senses ”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses individu untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu interaksi yang ada dilingkungan sekitarnya. Melalui persepsi, seseorang terus menerus melakukan hubungan dengan lingkungan dan orang hain. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu; indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan penciuman. Persepsi tiap-tiap individu tentang sesuatu akan berbeda-beda karena persepsi seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhi pikirannya. Persepsi akan memungkinkan manusia memberi penilaian terhadap suatu kondisi tertentu karena rangsangan stimulus yang diberikan. Smith dalam E. Mulyasa, 2005:136 menyatakan bahwa kinerja adalah “…output drive from processes, human or otherwise”. Kinerja 11 merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Ismail Mohamad 2004:163 mengatakan bahwa kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu organisasi serta mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang diambil. Mitchell dalam Yusrizal 2008:1 mengemukakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari faktor kemampuan dan motivasi. Ini artinya jika ada perubahan pada fungsi dari faktor itu maka secara langsung akan mempengaruhi kinerja yang bersangkutan. Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa kinerja adalah prestasi yang diperlihatkan karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menurut ukuran yang berlaku atau yang ditetapkan untuk pekerjaan yang bersangkutan. Menurut Sardiman dalam Syaiful Bahri Djamarah 2000:1 guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Ahmad Barizi Muhammad Idris 2010:142 memberikan pengertian guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau didalam kelas. Sedangkan menurut Syafrudin Nurdin 2003:8 guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk 12 kepentingan anak didik, menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi interpersonal dengan siswanya. Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik siswa perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menyebutkan “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ”. 13 Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan tugas dan peran guru tidak hanya sebagai tenaga pengajar yang berperan dalam meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik tetapi juga sebagai pendidik, pelatih, pembimbing, dan evaluator. Pendidik berarti guru bertugas meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup yang dapat dijadikan pedoman dalam hidupnya. Guru sebagai pelatih memiliki arti bahwa guru berperan dalam mengembangkan ketrampilan kepada peserta didik. Sebagai seorang pembimbing guru memiliki tugas dan peran mengarahkan atau membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Guru sebagai evaluator berarti guru sebagai pihak untuk menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam upaya perbaikan bagi peserta didik di masa mendatang. Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03VPB2010 Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 menyebutkan ada tiga jenis guru yaitu; 1 Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di TKRABATKLB dan SDMISDLB dan yang sederajat, kecuali mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta pendidikan agama. 2 Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada satu mata pelajaran tertentu di sekolahmadrasah. 14 3 Guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah pendidik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6, “keberadaan konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasiliator, dan instruktur”. Guru bimbingan dan konseling atau yang sekarang disebut konselor merupakan pendidik yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan bimbingan dan konseling bagi peserta didiknya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03VPB2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 yang menyebutkan bahwa “Guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah pendidik”. Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional 15 bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi; a memahami secara mendalam konseli yang dilayani, b menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, c menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan d mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional Permendiknas No. 20 Tahun 2003. Seperti halnya pendidik lainnya yang menyelenggarakan tugasnya di area pendidikan dengan memberikan pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, sampai pada penilaian hasil pembelajaran, guru bimbingan dan konseling juga merupakan pendidik yang bertanggung jawab dari mulai perencanaan program, penyusunan program, pelaksanaan program bimbingan dan konseling hingga pada evaluasi program tersebut dalam pelaksanaan tugasnya. Meskipun demikian fokus pengembangan pada peserta didik yang berbeda antara guru kelasmata pelajaran dengan guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling melaksakan tugasnya berfokus pada pengembangan diri siswa sesuai dengan potensi, minat, bakat, dan tahap-tahap perkembangan melalui berbagai layanan- layanan seperti layanan orientasi, informasi, penguasaan konten, 16 penempatanpenyaluran, konseling baik kelompok maupun perseorangan, dan lain-lain. Dalam layanan-layanan tersebut digunakan materi layanan tertentu disesuaikan dengan kebutuhan dan layanan yang diberikan untuk membelajarkan siswa sehingga ia mampu mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Guru bimbingan dan konseling merupakan tenaga pendidik professional dalam bidang bimbingan dan konseling dengan tugas melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yaitu mendidik, membimbing, dan mengembangkan kemampuan peserta didik siswa dalam memecahkan permasalahan yang dialami dan segala potensi melalui layanan-layanan bimbingan dan konseling. Mekanisme pengelolaan bimbingan dan konseling ditata dan mencakup tahapan analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program Permendikbud No. 111 tahun 2014. a Analisis kebutuhan Program bimbingan dan konseling dirancang berdasar data kebutuhan peserta didik, sekolah, dan orangtua. Data kebutuhan dikumpulkan dan ditelaah untuk memperbaharui tujuan dan rencana program bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi serta ditindaklanjuti berbasis prioritas data kebutuhan yang difasilitasi pemenuhanya dalam bidang dan komponen bimbingan dan konseling. b Perencanaan 17 Perencanaan action plans sebagai alat yang berguna untuk merespon kebutuhan yang telah teridentifikasi, mengimplementasikan tahap-tahap khusus untuk memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi fihak yang bertanggungjawab terhadap setiap tahap, serta mengatur jadwal dalam program tahunan dan semesteran serta pengimplementasiannya. Dengan demikian, sejak awal telah dirancang efisiensi dan keefektivan program dan rencana pengukuran akuntabilitasnya. Program bimbingan dan konseling direncanakan sebagai program tahunan dan program semesteran. c Pelaksanaan Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memperhatikan aspek penggunaan data dan penggunaan waktu yang tersebar ke dalam kalender akademik. Aspek pertama adalah penggunaan data. Kumpulan data akan memberikan informasi penting dalam pelaksanaan program dan akan diperlukan untuk mengevaluasi program dalam kaitannya dengan kemajuan yang diraih peserta didikkonseli. Aspek kedua adalah penggunaan waktu yang tersebar dalam kalender akademik. Proporsi waktu perencanaan dan pelaksanaan setiap komponen dan bidang bimbingan dan konseling harus memperhatikan tingkat satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, jumlah konselor atau guru bimbingan dan konseling, jumlah peserta didik yang dilayani. d Evaluasi Evaluasi dalam bimbingan dan konseling merupakan proses pembuatan pertimbangan secara sistematis mengenai keefektivan dalam mencapai tujuan program bimbingan dan konseling berdasar pada 18 ukuran standar tertentu. Dengan demikian evaluasi merupakan proses sistematis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang efisiensi, keefektivan, dan dampak dari program dan layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan pribadi, sosial belajar, dan karir peserra didikkonseli. e Pelaporan Pelaporan proses dan hasil dari pelaksanaan program dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peserta didik berkembang sebagai hasil dari layanan bimbingan dan konseling. Laporan akan digunakan sebagai pendukung program lanjutan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan program selanjutnya. Laporan jangka pendek akan menfasilitasi evaluasi aktivitas program jangka pendek. Laporan jangka menengah dan jangka panjang akan merefleksikan kemajuan ke arah perubahan dalam diri semua peserta didik. Isi dan format laporan sejalan dengan kebutuhan untuk menyampaikan informasi secara efektif krpada seluruh pemangku kepentingan. Laporan juga akan menjadi informasi penting bagi pengembangan profesionalitas yang diperlukan bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling. f Tindak lanjut Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menjadi alat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program sejalan dengan yang direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani, mendukung digunakannya materi yang tepat, mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan jangka 19 panjang, atas analisis keefektivan program digunakan untuk mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, seta dihgunakan untuk mendukung perubahan- perubahan dalam sistem sekolah. Mekanisme pengelolaan bimbingan dan konseling dalam Permendikbud No 111 Tahun 2014 ini yang akan peneliti gunakan dalam menyusun kisi-kisi instrumen tentang kinerja guru bimbingan dan konseling. Persepsi terhadap kompetensi guru bimbingan dan konseling adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar. Aspek persepsi terhadap kompetensi guru bimbingan dan konseling yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu penggabungan dari aspek persepsi dan bentuk kompetensi guru bimbingan dan konseling. Aspek persepsi tersebut meliputi kognisi dan afeksi, sedangkan bentuk kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jadi pada aspek kognisi di dalamnya menyangkut penilaian tentang kompetensi guru bimbingan dan konseling di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional yang dimiliki oleh guru. Begitu juga aspek afeksi, di dalamnya meliputi perasaan individu terhadap kompetensi gurunya di bidang pedagogik, bidang kepribadian, bidang sosial, dan bidang profesional. Proses interaksi antara siswa dengan gurunya akan menghasilkan persepsi siswa mengenai sosok guru yang dikenalnya. Siswa menganggap 20 guru sebagai figur yang menarik dan menyenangkan, sehingga hal ini akan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran yang diampunya. Persepsi siswa akan menentukan sikapnya. Siswa yang mempunyai persepsi positif seringkali akan mempunyai sikap yang positif juga. Ketika siswa mempersepsikan kompetensi gurunya secara positif, maka sikap yang positif terhadap guru itu pun terbentuk. Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah belum berjalan dengan mestinya, kegiatan yang dilaksanakan belum nampak secara nyata, hanyasekedar tulisan saja. Guru pembimbingpun belum seutuhnya mengetahui ruanglingkup bimbingan konseling. Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah seharusnya berjalan sesuai yang tertera dalam program bimbingan dan konseling, dan dilaksankan dengan dukungan atau partisipasi oleh personel sekolah lainnya, misalnya Kepala Sekolah, wali kelas bahkan guru itu sendiri, tanpa dukungan personel sekolah lainnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling paati kurang terlaksana. Sejauh ini dibeberapa sekolah di Indonesia pelayanan bimbingan dan konseling berjalan dengan sangat baik namun di beberapa lokasi sekolah lainnya keberadaan pelayanan bimbingan konseling seperti mati dan dianggap sebelah mata. Ketimpangan ini bisa didasarkan dari beberapa alasan yaitu ketidaksiapan profesi konselor yang profesional disetiap daerah, kurang baiknya kepribadian konselor, dan sampai pada kurangnya fasilitas yang merata. Sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda pada setiap sisi pelayanan bimbingan dan konseling, dan setiap pandangan 21 itu akan menampilkan citra sesungguhnya dari bimbingan dan konseling dan profesi konselornya itu sendiri. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon dari persepsi yang diambil oleh siswa menjadi berbagai macam. Dari hambatan-hambatan yang telah dihadapi guru bimbingan dan konseling membuat persepsi siswa tentang kinerja guru bimbingan dan konseling kurang maksimal yang berakibat pada fungsi bimbingan dan konseling di sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

b. Faktor yang mempengaruhi persepsi tentang kinerja guru bimbingan dan konseling

Dokumen yang terkait

PERSEPSI SISWA SMA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

0 7 2

Hubungan antara persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan intensitas pemanfaatan layanan bimbingan konseling di SMA PGRI 109 Tangerang

2 15 105

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MINAT BERKONSULTASI SISWA.

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara layanan Bimbingan Konseling Sekolah dengan Interaksi Sosial pada Siswa Akselerasi.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR Hubungan Antara Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KINERJA GURU BK DENGAN MINAT MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDU PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 GONDANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 20162017

0 0 54

Hubungan Kemampuan Guru Bimbingan dan Konseling Membina Hubungan Konseling dengan Motivasi Siswa Melanjutkan Konseling

0 0 8