20 4.
Semua siswa mendapat waktu untuk berbicara yang sama sehingga tidak akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.
Dapat diambil kesimpulan bahwa metode Time Token memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran lain. Siswa menjadi
lebih inisiatif dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak hanya didominasi oleh beberapa siswa saja dimana
metode ini dapat membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat dilatih dan menumbuhkan keberanian siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya, dan juga mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat oranglain. Selain itu metode ini tidak memerlukan terlalu banyak
media pembelajaran.
D. Pembelajaran Metode Time Token dapat Meningkatkan Aktivitas
Belajar
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Time Token dapat meningkatkan aktivitas belajar. Arends 2004:41 mengungkapkan
bahwa metode Time Token menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa
selama kegiatan belajar mengajar di kelas, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata. Pernyataan Arends
didukung oleh Suyatno 2009:76 yang mengemukakan model pembelajaran
kooperatif time token dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari dua
21 pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode Time Token dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelas, metode ini membantu mendistribusikan partisipasi siswa yang lebih merata
sehingga tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
E. Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru
terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar. Knowles menjelaskan bahwa pembelajaran adalah cara
pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. sementara itu Slavin menjelaskan pembelajaran didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk
merubah tingkah laku individu untuk mencapai tujuan pendidikan. 2.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajran instructional objective adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan
22 berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional. Magner 1962 mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel 1981
mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDMI
Ilmu Pengetahuan Sosial yang seing disingkat dengan IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial
dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada
peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah Ahmad Susanto, 2013:136. Luasnya kajian IPS dasar dan keterampilan sebagai
semencakup sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik. Menurut Zuraik dalam Agus Santoso 2008:136, hakikat IPS
adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial
yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nila. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan
pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya
23 memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan- kecakapan siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.
Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dii lingkungan siswa,
sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggungjawab terhadap
bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia,
sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengmbangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya,
kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa
dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara. Menurut Banks Ahmad Susanto,2013:141,
pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan
24 siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai dalam ranga partisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS
diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.
Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Bnaks adalah definisi IPS menurut Jarolimek Ahmad Susanto, 2013:141 yang
menyatakan bahwa pada dasaarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana ia tinggal. Sedangkan menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh
1998:1 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun
melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu
Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan
ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai
dari jenjang Sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat fakta,
konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial
25 Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan
demikian, pembelajaran
IPS harus
diformulasikan pada
aspek kependidikan.
Pada intinya, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan pada tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
menengah atas yang mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Tujuan pembelajaran IPS dapat diberikan kesimpulan bahwa tujan
pembelajaran IPS adalah mendidik memberikan bekal kepada siswa untuk dapat mengembangkan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.
Melalui IPS siswa diajarkan untuk mengenal, memecahkan masalah dan memiliki keterampilan di dalam kehidupan sosialnya. Pembelajaran IPS di
SD dapat dilakukan dengan misalnya melakukan diskusi dengan pembelajaran berbentuk kelompok.salah satu model pembelajaran
kelompok adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning
F. Karakteristik Peserta didik Aktif
Seorang siswa sudah melalui proses belajar aktif jika ia mampu menunjukkan keterampilan berpikir kompleks, memroses informasi,
berkomunikasi efektif, bekerja sama, berkolaborasi, dan berdaya nalar yang
26 efektif Marzano dkk., 1994 dalam Pannen dan Sekarwinahyu 1997, 6-14
s.d. 6-17. Setiap jenjang keterampilan tersebut, mempunyai indikator- indikator secara khusus sebagai berikut.
1. Berpikir Kompleks Complex Thinking
2. Memroses informasi Information Processing
3. Berkomunikasi Efektif Effective Communication
4. Bekerja sama CooperationCollaboration
5. Berdaya nalar efektif Effective Habits of Mind
6. Berpikir Kritis Critical Thinking
7. Berfikir Kreatif Creative Thinking
Menurut Djamarah 2010:81 Ketidaksamaan keaktifan anak didik itu melahirkan kadar keaktifan belajar yang bergerak dari keaktifan belajar
yang rendah sampai pada keaktifan belajar yang tinggi. Raka joni dalam Djamarah 2010:81 merumuskan kadar keaktifan belajar sebagai berikut:
Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar
Tingkat I Rendah Tingkat II Sedang
Tingkat III Tinggi • Menyimpulkan
• membedakan • menjelaskan
• mengenal • mengingat
• meramalkan • menilai
• menyintesis • menganalisis
• menerapkan • mengambil
keputusan • memecahkan
masalah • mengumpulkan dan
mengolah data • mengajukan
hipotesa • mengkaji nilai
• merumuskan masala
27 Keaktifan belajar siswa dikatakan rendah apabila melakukan
keaktifan belajar yang sederhana hanya menggunakan panca indranya saja, keaktifan belajar dikatakan sedang apabila siswa melewati proses
meramalkan sampai menerapkan dalam tingkah laku hidupnya, sedangkan siswa dikatakan beraktifitas belajar tinggi bila siswa mampu berpikir tingkat
tinggi sesuai dengan yang ada di dalam tabel di atas. Jadi, derajat keaktifan belajar tergantung dari sederhana, sedang atau rumitkah keaktifan belajar
yang dilakukan oleh siswa. Jadi derajat keaktifan belajar memiliki tiga tingkatan, tingkatan pertama derajat keaktifan belajar rendah, kedua derajat
keaktifan belajar sedang dan ketiga yaitu derajat keaktifan belajar tinggi. Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive
interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua,
setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat
individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga
akan memupuk social skills. Senada dengan Pannen dan Sekarwinahyu, Sanjaya mengemukakan bahwa keaktivan siswa itu ada yang secara langsung
dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati. Keaktivan yang secara langsung dapat diamati, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi
28 sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya,
sedangkan yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak 2007:141.
Keaktifan belajar dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Meliputi keaktifan dalam memperhatikan penjelasan guru,
tidak mengerjakan pekerjaan lain, spontan bekerja apabila diberi tugas, tidak terpengaruh situasi di luar kelas. Interaksi siswa dengan guru meliputi
keaktifan bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, memanfaatkan guru sebagai narasumber dan memanfaatkan guru sebagai fasilitator.
G. Penelitian Yang Relevan