2. Kuisioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data
dalam penelitian Indriantoro dan Supomo, 1999:154 3.
Observasi Yaitu proses pencatatan pola perilaku subjek, objek atau kejadian yang
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu- individu yang diteliti Indriantoro dan Supomo, 1999:157
3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling SEM yang merupakan sekumpulan teknik
statistik yang memungkinkan pengujian suatu hubungan yang rumit yaitu hubungan antara satu atau lebih variabel independent dengan satu atau
lebih variabel dependent yang diestimasi secara simultan. Metode ini ditujukan bukan untuk menghasilkan teori melainkan untuk menguji teori.
Persamaan dari SEM terbagi menjadi dua persamaan struktural structural equation dan persamaan model pengukuran measurement
model equation. Ferdinand, 2002:45
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran measurement model adalah menilai besaran Composite
Reliability serta Variance Extracted dari masing – masing konstruk. Reabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator –
indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing – masing indikator mampu mengidentifikasi sebauh konstruk atau
faktor variabel laten. Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui dasar, ide, konsep tersebut, yaitu konsistensi konsep reliabilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan konsistnsiinternal metode cronbach’s coefficinet alpha. Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,7 walaupun angka
itu bukanlah sebuah ukuran yang “ mati” artinya bila penelitian bersifat exploratori maka nilai dibawah 0,7 masih dapat diterima, sepanjang
disertai alasan – alasan yang empirik yang terlihat dalam proses explortori. Ferdinand, 2002:63.
Ukuran reliabilitas yang kedua adalah Variance Extracted, yang menunjukkan jumlah variance yang dari indikator – indikator yang
diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance Extracted yang tinggi menunjukkan bahwa indikator – indikator itu telah
mewakili secara baik konstruk laten yang telah dikembangkan. Nilai variance extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0,50.
Composite Reliability serta Variance Extracted diperoleh melelui rumus sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Construct-Reliability =
Variance – Extracted = =
Dimana :
Std.loading diperoleh langsung dari standarized loading untuk tiap- tiap indikator diambil dari perhitungan komputer, misal AMOS
€ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.
3.4.3. Uji Validitas
Validitas instrumen kuesioner adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya diukur. Uji validitas item
untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar – benar sahih atan valid. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini melakukan dengan cara
mengkorelasi masing – masing skor item dengan skor totalnya. Dalam hal ini koefisien korelasi yang dinilai tingkat signifikan
≤ 0,05. Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat, oleh karena itu
jika sinonim reliabilitas adalah konsistensi maka esensi dari validitas adalah akurasi
3.4.4. Outliers
Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi – observasi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk variabel tunggal atau variabel kombinasi Hair, et.al: 1995. Adapun outliers dapat di evaluasi
dengan cara, yaitu outliers univariate dan outliers multivariate. Sedangkan menurut Ferdinand 2002: 52 outliers adalah observasi yang muncul
dengan nilai – nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariate yatiu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya
dan terlihat sangan jauh daro observasi – onservasi lainnya.
3.4.4.1. Outliers Univariate
Deteksi terhadap outliers univariate masing – masing variable dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan
dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart devisi sebesar satu, maka perbandingan antara
besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sample besar diatas 80 observasu,pedoman evaluasi adalah bahwa nilai ambang batas dari
Zskore itu berada pada rentang 3 sampai 4 Hair dkk; 1995. Oleh karena itu kasus – kasus atau observasi yang mempunyai
≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outliers.
3.4.4.2. Outliers multivariate
Evaluasi terhadap outliers multivariate antar variable perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada
outliers pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi ouliers
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bila sudah dikombinasikan. Jarak mahalanobis the mahalonis distance untuk tiap – tiap observasi dari rata – rata semua variabel dalam suatu
ruang multidimensional Hair dkk: 1995 ; Norusis, 1994; abacnick dan fidell, 1996. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan
menggunakan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p 0,001. Jarak mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X
pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.4.5. Uji Normalitas Univariate dan Multivariate
Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas terpenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada Path
diagram. Uji normalitas perlu dilakukan baik univariat dan multivariat. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis
dengan menggunakan uji – uji statistic. Bila nilai Z lebih besar dari nilai krisis,maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal dengan
asumsi normalitas pada tingkat sigifikan ≥ 0,05.
3.4.6. Analisis Path Dengan Menggunakan Permodelan SEM
Sebuah permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement model atau
model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator – indikator empirisnya. Structural model
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
atau model mengenai structural yang membentuk atau menjelaskan kausalitas. Ferdinand, 2002: 34
Untuk membuat permodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini yang diperlukan :
a. Pengembangan model berbasis teori
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang
kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.
b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas
Pada langkah kedua,model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram
tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
c. Konversi diagram alur kedalam persamaan
Setelah teori atau model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian
persamaan. d.
Memilih matriks input dan estimasi model Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah input data yang
akan digunakan dalam permodelan dan estimasinya. SEM hanya menggunakan matriks Varians Kovarians atau matriks korelasi sebagai
data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Menilai problem identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Problem identifikasi ini dapat muncul melalui gejala – gejala beikut ini:
1. Standart error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar
2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya
disajikan. 3.
Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat
misalnya lebih dari 0,9 f.
Evaluasi model Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi melalui berbagai kriteria
goodness – of – fit. Kriteria – kriteria tersebut adalah : 1.
Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan perbandingan 5 observasi untuk tiap parameter.
2. Normalitas dan Linieritas
3. Outliers
4. Multicolinearity dan Singularity
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.4.7. Uji kausalitas
Kausalitas merupakan permodelan tersusun secara structural yang menggambarkan adanya hubungan yang dihipotesiskan antar konstruk
yang menjelaskan kausalitas termasuk didalamnya kausalitas berjenjang. Hubungan kausalitas yang dihipotesiskan berdasarkan teori yang
telah teruji dan sistematis. Deteksi kausalitas dapat diamati dari batas tingkat probabilitas yang lebih kecil
≤ 0,05. Dalam sebuah model kausalitas, kebenaran adanya suatu hubungan sebab akibat antara dua atau
lebih variabel bukannya karena menggunakan SEM, tetapi harus didasari oleh teori-teori yang mapan. Jadi SEM bukan digunakan untuk
menghasilakan kausalitas tetapi digunakan untuk mengkonfirmasikan kausalitas.
3.4.8. Evaluasi Model
Hair et al, 1998 menjelaskan bahwa pola “ confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan ‘good fit’ dengan data, maka
model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu ‘ poor fit’ dengan data.
AMOS dapat menguji apakah atau ‘ poor fit’. Jadi, “good fit” model yang di uji sangat penting dalam penggunaan structural equqtion modeling.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengujian terhadap model yang telah dikembangkan dengan berbagai uation modeling. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan
berbagai criteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMINDF. Apabila model awal tidak good fit
dengan data maka dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM. Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuain dengan cut off,
valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah model dapat diterima atau ditolak.
a. Chi-Square Statistic X2
Chi-Square ini sangat bersifat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena itu bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel,
maka statistik Chi-Aquare ini harus didampingi oleh alat lainnya Hair et al., 1995:105: Tabachnick Fidell, 1996:84. Karena tujuan analisis adalah
mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang tidak
signifikan yang menguji hipotesa nol bahwa matriks kovarian populasi tidak sama dengan kovarian sampel. Oleh karena itu X2 yang kecil dan tidak
signifikanlah yang diharapkan agar hipotesa nol sulit ditolak. b.
RMSEA Root Mean Square Error of Approximation RMSEA adalah sebuah index yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-
square statistik dalam sampel yang besar Baungarther Homburg, 1996:65. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk di
terimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degress of freedom Browne Cudeck, 1993:72
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. GFI Goodness of Fit Indexs
Indeks kesesuain fit index ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi
Bentler, 1983:12: Tanaka Huba, 1989:54. GFI adalah sebuah ukuran non- statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit sama dengan 1,0
perfect fit. Nilai yang tinggi dalam indek ini menunjukkan sebuah “ better fit”. GFI yang diharapkan adalah sebesar
≥ 0.90. d.
AGFI Adjusted Goodness of fit Index Tanaka Huda 1989:55, menyatakan bahwa GFI ini dapat diadjust terhadap
degress of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model Arbuckle, 1997:30. Indeks ini diperoleh dengan rumus.
Dimana : d = degress – of freedom
AGFI mempunyai nilai sama dengan atau yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0.90
e. CMINDF Minimum sampel disrepancy function Degress of Freedom
CMINDF dalam hal ini tidak lain adalah statistik chi-square dibagi dengan derajat bebasnya sehingga disebut
relatif. Nilai relatif kurang dari 2.0
atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptabel fit antara model dan data Arbuckle, 1997:32
AGFI = 1-1-GFI
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
f. TLI tucker Lewis Index
TFI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah baseline model Baumgarther Homburg, 1996:69. Nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan
≥ 0.95. indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
TLI
=
Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah derajat bebasnya. Sementara
dan adalah diskrepansi dan derajat
bebas dari baseline model yang dijadikan pembanding.
g. CFI Comparatif Fit Index
Keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan
sebuah model Hulland et al., 1996:35. Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
CFI = 1-
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah derajat bebasnya. Sementara
dan adalah diskrepansi dan derajat
bebas dari baseline model yang dijadikan pembanding.
GOODNEESS OF FIT INDEX
Goodness of Fit Index keterangan
Cut of Value Chi Squqre
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi
sama dengan covariance Diharapkan kecil, 1 s.d 5
atau paling baik antara 1 dan 2
probability Uji signifikan terhadap
perbedaan matrix covariance data dalam
matrix covariane yang diestimasi
Minimum 0,1 dan 0,2 atau ≥0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada sampel besar ≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi
tertimbang variance dalam matrix sampel yang
dijelaskan oleh matrix covariance populasi yang
diestimasi ≥0,90
AGFI GFI yang disesuaikan
terhadap DF 0,90
CMINOF Kesesuaian antara data dan
model ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara
model yang diuji terhadap baseline model
≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang
tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan
≥ 0,94
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kerumitan model
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. JiwaSraya Persero