anak, guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, dan metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar, 2 faktor alat, ketersediaan alat yang tidak lengkap membuat penyajian
pelajaran yang tidak baik, 3 kondisi gedung,
4 kurikulum, 5 waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
c. faktor media massa dan lingkungan sosial 1 faktor media massa, meliputi bioskop, TV, surat kabar, buku komik
yang akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak menggunakan waktu untuk itu sehingga lupa akan tugas belajar,
2 lingkungan sosial, berupa teman bergaul teman bergaul memiliki pengaruh yang besar. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang
tidak sekolah, maka anak tersebut akan malas belajar sebab cara hidup anak yang bersekolah dan tidak bersekolah berlainan, lingkungan
tetangga corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak sehingga dapat menyebabkan ada atau tidaknya motivasi anak untuk
belajar, dan aktivitas dalam masyarakat terlalu banyak berorganisasi, dan kursus bermacam-macam akan menyebabkan belajar anak menjadi
terbengkalai.
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas, 2006: 5. Hakikat IPA meliputi empat unsur
utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain Depdiknas,
2006: 6. Dalam pembelajaran IPA, keempat unsur tersebut harus bersinergi untuk mempersiapkan generasi yang menyadari pentingnya IPA dan teknologi sehingga
bisa berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang
pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya diarahkan
dengan ciri-ciri sains yang ilmiah agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Karena melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama
dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMPMTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA memiliki tujuan yang berupa meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,
meningkatkan minat dan motivasi, serta beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.
Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1 kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, 2 kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, 3 dikembangkannya
sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang
akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah
dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 Galileo Galilei dan Francis Bacon yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun
hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses
penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur,
menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan
menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan
gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka,
tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang
lain. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. C.
Hasil Belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Sukmadinata, 2009:102-103
Sedangkan Sudjana 2010:22 berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a
keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita- cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan intelektual, c strategi
kognitif, d sikap, dan e keterampilan motoris. Sudjana, 2010:22
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar yang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang diperoleh ini akan
ditindak lanjuti dengan evaluasi hasil belajar. Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup: a evaluasi
mengenai tingkat peguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas, b
evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran Sudijono, 2011:30.
Menurut Sanjaya 2010:244-245 evaluasi memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. evaluasi merupakan alat penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukannya,
b. evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa
menjadi tahu bagian mana yang perlu dipelajari lagi dan bagian mana yang tidak perlu,
c. evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk
para pengembang kurikulum, khususnya untuk perbaikan program selanjutnya,
d. informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan
sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier, e. evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum, khususnya dalam
menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai, f. evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan di sekolah. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah.
D. Minat