4.4 Analisis Keseluruhan Iklan Torpedo
Berdasarkan analisis data di atas, iklan Torpedo versi “Gigi Palsu” sarat akan muatan representasi eksploitasi bagian tubuh pada perempuan.
Representasi eksploitasi tubuh perempuan ini divisualisasikan dengan penggunaan pakaian yang dipakai model perempuan, dengan potongan
busana yang minim. Dengan demikian ditunjukkan bagian-bagian tubuh yang menjadi daya tarik sensual perempuan, seperti bagian lengan, dada,
paha, betis, pantat dan lekuk tubuh yang menonjol yang menjadikannya tereksploitasi. Penggunaan pakaian minim ini untuk mengidentifikasi
bahwa perempuan tersebut menunjukkan sensualitas yang ada dalam dirinya. Gerakan tubuh atau gesture yang dilakukan perempuan dalam
iklan juga mencerminkan tindakan atau usaha untuk menarik perhatian dengan efek sensual yang ditimbulkan. Dan gerak tubuh serta ekspresi
tersebut didukung dengan teknik pengambilan gambar yang semakin menonjolkan eksploitasi pada bagian-bagian tubuh perempuan dalam
iklan. Pakaian yang minim dan sedikit terbuka dibagian tertentu dalam
sebuah iklan juga menunjukkan pornografi dan kerusakan moral bagi masyarakat khususnya remaja yang masih dalam tahap pendidikan dan
memerlukan arahan dari sumber yang tepat. Jika ada pendidikan ini, pelecehan seksual bisa terjadi dalam diri perempuan terkait dengan iklan
ini yang menggunakan pakaian minim dan sedikit terbuka dalam adegan
iklan tersebut. Eksploitasi tubuh perempuan dapat menimbulkan kerusakan moral dan kriminalitas.
Dari segi tata suara tidak terlalu berpengaruh dalam pengeksploitasian, tata suara hanya menjadi pendukung dari adegan-
adegan yang dilakukan oleh model. Demikian pula dengan dialog dalam iklan ini. Namun terdapat tagline iklan yang menjadikan representasi
eksploitasi terhadap perempuan ini semakin kuat, yakni dengan tagline iklan “Tancep Langsung ..Grr”. Tagline iklan tersebut menggambarkan
perempuan dinilai sebagai obyek laki-laki dalam iklan ini. Dalam iklan Torpedo ini sendiri, sebenarnya tidak ada keterkaitan
antara produk, yakni minuman energi, dengan model perempuan yang memperlihatkan segala lekuk tubuhnya. Pembuat iklan hanya menjadikan
perempuan sebagai daya tarik iklan ini dengan mengeksploitasi bagian- bagian tubuh perempuan tersebut. Karena konsumen laki-laki tentu saja
akan tertarik dengan iklan yang menampilkan perempuan sebagai modelnya, terlebih model tersebut menonjolkan lekuk tubuhnya dalam
iklan.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap iklan Torpedo versi “Gigi Palsu” di media televisi mengenai representasi eksploitasi
tubuh perempuan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa iklan ini sarat akan muatan representasi eksploitasi pada diri seorang perempuan yang
dapat dilihat dari ciri-ciri fisik, gerak tubuh, ekspresi untuk dapat menarik minat penonton iklan Torpedo.
Dalam iklan ditunjukkan seorang perempuan cantik dengan tubuh proposional memiki daya tarik seksual yang memberikan kesan sensual.
Melakukan kegiatan atau adegan yang memicu adanya sensualitas didalamnya, representasi eksploitasi tubuh terhadap perempuan ini
semakin kuat dilengkapi dengan tagline iklan “Tancep Langsung ..Grr”. Tagline
iklan tersebut semakin memperjelas perempuan dinilai sebagai obyek laki-laki dalam iklan ini.
Eksploitasi perempuan ini setelah dikaji oleh peneliti dengan melakukan representasi mendalam mengenai makna pesan komunikasi
yang disampaikan dalam iklan tersebut yang dilakukan dengan pendekatan
analisis semiotik John Fiske yang membagi film iklan menjadi beberapa level utama yaitu pada realitas, level representasi dan level ideologi.
Dan mengesampingakan norma-norma yang ada dan melanggar peraturan yang telah dibuat KPI Komisi Penyiaran Indonesia tentang
Standar Program Penyiaran, Bagian Kedua tentang Pelarangan Adegan Seksual dalam Pasal 17 a. mengekspoitasi bagian-bagian tubuh yang lazim
dianggap dapat membangkitkan birahi, seperti: paha, bokong, payudara, danatau alat kelamin.
5.2 Saran
Berdasarkan representasi eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan Torpedo versi “Gigi Palsu” di media televisi yang dikaji dalam penelitian
ini, peneliti menyarankan sebaiknya pembuat iklan tidak mengembangkan konsep iklan yang memuat unsur sensualitas dalam tampilannya. Iklan ini
juga memberikan ruang berpikir bagi khalayaknya untuk dapat memahami makna yang disampaikan oleh iklan ini melalui ekspresi wajah dan
aktivitas model yang ditonjolkan melalui beberapa scene yang diambil dengan berbagai jenis shoot. Bagi pembuat iklan sebaiknya lebih bijaksana
lagi dalam memuat unsur-unsur dalam sebuah iklan, karena muatan- muatan yang tidak seharusnya dimasukkan dalam sebuah iklan sudah
diatur jelas dalam peraturan yang dibuat KPI Komisi Penyiaran Indonesia tentang Standar Program Penyiaran dalam Pasal 17 a.