Karakteristik Pembelajaran IPA yang Efektif

merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar. Strategi dan metode belajar digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, semakin mendalam cara belajar siswa dengan menggunakan strategi dan metode belajar maka prestasi yang diperoleh siswa akan semakin baik.

D. Karakteristik Pembelajaran IPA yang Efektif

Pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan dan dengan menggunakan pendekatan atau metode apapun harus benar-benar efektif. Dalam buku Kegiatan Belajar mengajar yang Efektif Depdiknas, 2003:5-6 pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa peserta didik serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran yang efektif merupakan kegiatan belajar mengajar yang mengikutsertakan kemampuan untuk mencapai kompetensi masing-masing peeserta didik. Akan lebih baik jika guru merancang pembelajaran IPA di sekolah dasar memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran yang efektif yang memberdayakan potensi siswa. Menurut buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif Depdiknas, 2003: 7, tujuh ciri itu adalah: Pertama, berpijak pada prinsip konstruktifisme. Pembelajaran beranjak dari pemikiran guru yang memandang bahwa belajar bukanlah proses siswa menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, melainkan sebagai proses siswa membangun pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses tersebut dapat dilakukan individu maupun kelompok. Kedua, berpusat pada siswa. Siswa memiliki perbedaan dalam hal minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Sebagai contoh siswa A akan lebih mudah belajar dengan mendengar-membaca. Siswa B akan lebih mudah belajar dengan melihat. Dan siswa C belajar dengan cara langsung memperagakannya. Oleh karena itu kegiatan belajar, materi belajar, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian setiap siswa harus beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Pembelajaran perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya pembelajaran memperhatikan bakat, minat, kemampuan, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa, agar siswa mengembangkan potensinya secara optimal. Ketiga, belajar dengan mengalami. Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman inderawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba, merasa, dan mencium. Namun, beberapa topik tidak mungkin disediakan dengan pengalaman nyata sehingga guru dapat menggantikannya dengan model atau alat peraga. Keempat, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional. Membangun pemahaman siswa akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya tukar informasi maupun perbaikan dalam hal pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Pembelajaran perlu mendorong siswa mengkomunikasikan gagasan hasil temuannya terhadap siswa lain ataupun guru. Dengan demikian, pembelajaran dapat membuat siswa berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan dengan siswa lain. Kelima, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sementara, fitrah ber-Tuhan merupakan cara bertaqwa kepada Tuhan. Pembelajaran perlu memperhatikan ketiga aspek ini agar menjadi wahana untuk mengoptimalkan ketiga aspek tersebut. Keenam, belajar sepanjang hayat. Siswa memerlukan belajar sepanjang hayat agar bisa bertahan hidup dan berhasil menjalani proses kehidupan sehari- hari. Dengan demikian pembelajaran perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas. Ketujuh, perpaduan kemandirian dan kerjasama. Siswa perlu berkompetisi, bekerja sama dan mengambangkan solidaritasnya. Pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan pendekatan dan metode apapun, guru harus tetap pro aktif sebagai fasilitator, dan memonitor seberapa besar kadar pemahaman siswa, seberapa besar keterampilan dan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan , dan sejauh mana konsep IPA dikuasai dan diimplementasikan siswa. Jika semua itu tercapai secara optimal maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran yang efektif.

E. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar