Setelah itu, auditor internal membuat laporan kegiatan yang dilakukan selama satu bulan.
B. Analisis Data
1. Kebijakan Manajemen Atas Pemberian Tugas dan Wewenang Kepada
Auditor Internal
a.
Independensi Auditor Internal
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor internal.
Independensi adalah bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26. Auditor internal harus berperilaku jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak
memihak siapapun karena auditor internal melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum bukan semata untuk kepentingan
perusahaan atau pihak tertentu. Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha diposisikan
mandiri dan mampu melaksanakan tugasnya secara objektif yaitu tidak memihak maupun mendapat campur tangan pihak lain.
Auditor internal melaksanakan tugas dan wewenang dalam hal pengendalian dan pengawasan perkreditan sesuai dengan SOP
Standar Operasional Prosedur untuk satuan pengawas internal dan kebijakan yang ada di BPR. Aktivitas independen yang
dilakukan auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha sudah sesuai dengan ruang lingkup auditor internal dalam bidang
perkreditan yaitu melakukan pengawasan intern, dan tidak terlibat langsung dalam eksekusi transaksi. Auditor internal tidak memiliki
kewenangan eksekutif untuk merubah suatu prosedur atau suatu sistem yang telah berjalan secara langsung di satuan kerja yang di
audit yaitu di bidang perkreditan. Begitu juga dalam pelaksanaan operasional BPR seperti menghimpun dana dan memberikan
kredit, auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha tidak terlibat maupun bertanggung jawab atas kegiatan operasional
tersebut karena diluar ruang lingkup audit. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalnya yaitu memberikan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi dan melaporkan
masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam
melaksanakan auditnya. Dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksan
akan audit dengan professional Sawyer’s, 2005:35.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha mampu memberikan informasi berupa opini dan rekomendasi yang terkait
dengan masalah perkreditan dalam hal ini adalah kredit bermasalah kepada direksi dan dewan komisaris sesuai dengan fakta atau
keadaan yang sesungguhnya terjadi. Opini yang diberikan bersifat netral, tidak memihak debitur maupun BPR dan tidak mendapat
tekanan dari pihak manapun. Namun apabila terjadi penyimpangan pada kebijakan perkreditan, kewenangan auditor internal hanya
melaporkan setiap temuan audit dan merekomendasikan hasil analisis untuk pengambilan keputusan tetapi auditor internal tidak
berwenang dalam memberikan keputusan. Rekomendasi yang diberikan auditor internal kepada direktur utama maupun dewan
komisaris mudah untuk diterapkan dan sudah disesuaikan dengan kewenangan yang ditetapkan oleh manajemen BPR.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Mukiartha memiliki kewenangan untuk memeriksa aktiva, karyawan yang bersangkutan
serta bebas mengakses semua catatan dan berkas-berkas perkreditan sehingga auditor internal mampu memberikan
rekomendasi yang terkait kepada direktur utama dan dewan komisaris.
b. Kompetensi Auditor Internal
Kompetensi adalah cara setiap individu dalam memanfaatkan pengetahuan, keahlian, dan perilakunya pada saat bekerja.
Kompetensi diwujudkan dalam prosedur. Jadi, kompetensi dapat dihubungkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan jenis tugas
kontekstual tertentu yakni, apa yang harus dikerjakan dan sebaik apa pekerjaan yang dilakukan. Kriteria-kriteria untuk sebuah fungsi
auditor internal yang kompeten, dilihat dari sisi “praktik terbaik” yang berlaku secara global. Sawyer’s 2005
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Mukthiarta mampu melaksanakan tugas pengawasan dan pengendalian berdasarkan
pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan bidangnya. Auditor internal memperoleh perluasan wawasan dan
peningkatan kompetensi melalui seminar, pelatihan yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga-lembaga lain.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Mukthiarta juga mengadakan kelas intern tersendiri yang dilakukan rutin setiap hari
sabtu. Tujuan
diadakannya kelas
intern adalah
untuk pengembangan diri dan untuk melatih hard competency atau
tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan auditor internal. Dengan adanya kegiatan seperti seminar, pelatihan, maupun kelas
intern, auditor
internal menjadi
lebih terbantu
dalam mengembangkan
kemampuannya karena
mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum didapatkan.
c. Pemahaman Tugas dan Wewenang Auditor Internal di bidang
perkreditan pada PT. BPR Chandra Muktiartha Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha memiliki
standar prosedur yang dijadikan pedoman kerja sebagai seorang auditor internal. SOP Standar Operasional Prosedur menjadi
pedoman dan acuan auditor internal BPR dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan fungsi audit internal.
SOP dimiliki oleh masing-masing unit kerja dan setiap unit kerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki standar yang berbeda-beda. Standar prosedur yang dijadikan pedoman kerja oleh auditor internal adalah mengenai
sistem operasional BPR, apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana pekerjaan audit harus dilakukan.
Tidak hanya dari standar operasional prosedur, auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha juga menaati ketentuan-
ketentuan kredit yang berlaku di BPR, dimana ketentuan kredit dibuat oleh manajemen dengan mengadaptasi dari ketentuan OJK
dan Bank Indonesia. Dengan adanya SOP dan kebijakan yang ada di PT. BPR Chandra Muktiartha, alur tugas, peran, dan fungsi
auditor internal dapat semakin diperjelas karena berhubungan dengan tugas dan wewenang auditor internal.
Tugas dan wewenang auditor internal di bidang perkreditan pada
PT. BPR
Chandra Muktiartha
adalah melakukan
pengendalian dan pengawasan mulai dari pencairan kredit, sampai dengan pelunasan atau penyelesaian kredit. Jadi, auditor internal
tidak ikut serta dalam memutuskan kredit, tetapi tugas auditor internal dimulai setelah pencairan kredit.
Auditor internal
memiliki kewenangan
penuh dalam
mengawasi dan melakukan pengendalian pada semua bagian yang ada di BPR. Auditor internal harus memastikan apakah pada saat
proses pemberian kredit, para petugas yang bertanggung jawab di bagian tersebut sudah mematuhi prosedur dan kebijakan yang
berlaku sesuai dengan ketentuan internal perusahaan. Karena salah satu faktor terjadinya kredit bermasalah adalah dari pihak internal
bank yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai kebijakan, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. Maka dari itu,
peran auditor internal sangat penting dalam hal pengawasan yaitu untuk meminimalkan resiko dan mencegah sedini mungkin potensi
kredit bermasalah. Auditor internal bertugas memeriksa setiap berkas dan
dokumen kredit. Pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Auditor internal pada PT. BPR Chandra
Muktiartha berperan satu minggu setelah kredit dicairkan yaitu melakukan OTS On The Spot untuk memastikan keberadaan
usaha debitur, omzet usahanya serta untuk membandingkan data atau angka yang diberikan dengan data atau informasi yang
diperoleh dilapangan. Apabila pada saat OTS ditemukan adanya potensi kredit bermasalah, maka auditor internal harus
melaporkannya ke direktur utama maupun mengkomunikasikannya dengan dewan komisaris dan memberikan rekomendasi yang
terkait untuk dilakukan tindak lanjut. 2.
Bentuk Pengendalian dan Pengawasan di Bidang Perkreditan a.
Audit Kepatuhan Compliance Audit Menurut Hery, 2016 audit kepatuhan dilakukan untuk
menentukan sejauh mana aturan, kebijakan, hukum, perjanjian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau peraturan pemerintah telah ditaati oleh entitas yang diaudit.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha melakukan penilaian dan memastikan apakah proses kerja yang
dilakukan karyawan di bagian perkreditan sudah sesuai dengan kebijakan, standar, dan prosedur yang berlaku di perusahaan.
Auditor internal memiliki dasar atau pegangan dalam melakukan penilaian yaitu berdasarkan SOP atau standar
operasional prosedur yang dimiliki oleh masing masing bagian. Tidak hanya berlandaskan SOP, auditor internal pada PT.
BPR Chandra Muktiartha juga memiliki dasar untuk melakukan penilaian mengenai sejauh mana kebijakan, standar,
dan prosedur perusahaan ditaati oleh para karyawan di bagian perkeditan yaitu dari berkas-berkas perkreditan seperti formulir
survey on the spot, laporan aprasial kendaraan bermotor, data cek fisik kendaraan bermotor dan laporan hasil penilaian tanah
dan bangunan maupun catatan-catatan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan audit terhadap kredit bermasalah.
Pada saat auditor internal melakukan penilaian terhadap proses kerja yang dilakukan karyawan di bagian perkreditan,
auditor internal mendapati temuan bahwa bagian analis kredit tidak mematuhi kebijakan, standar, dan prosedur perusahaan.
Account officer dan bagian analis terkadang kurang cermat
dalam menganalisa
pendapatan maupun
kemampuan pengembalian pinjaman dan rata-rata, kapasitasnya di bawah
angsuran. Analisa yang kurang detail dan mendalam menjadi salah satu penyebab kredit bermasalah, seperti tidak
melaksanakan survey,dan merekayasa pendapatan agar kredit dapat dicairkan.
Dengan melakukan pengendalian dan pengawasan tersebut, auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha dapat
mendeteksi secara dini potensi kredit bermasalah yang terjadi dan meminimalkannya, dimana salah satu penyebab kredit
bermasalah adalah karena pelanggaran dan penyimpangan kebijakan perusahaan maupun kelalaian yang dilakukan
karyawan bagian perkreditan dalam melaksanakan tugasnya. b.
Keteraturan Pelaksanaan Pengawasan Perkreditan 1
Audit Reguler Regular Audit Audit reguler adalah aktivitas audit terhadap suatu atau
sejumlah audit object yang dijalankan berdasarkan rencana tahunan, secara berkala, berkesinambungan, dan berulang-
ulang dari tahun ke tahun Kumaat, 2011. Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha
memiliki jadwal atau rencana kerja audit selama satu tahun. Rencana kerja dibuat secara tertulis oleh auditor internal
dan di review oleh direktur utama. Untuk mendapatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rencana kerja audit yang matang, auditor internal memilah dan mendahulukan hal yang lebih penting sehingga
pelaksanaan audit bisa lebih terfokus. Rencana kerja tahunan yang dilaksanakan auditor internal pada PT. BPR
Chandra Muktiartha adalah melakukan stock opname pada kas, bunga deposito, jaminan, tabungan, dan melakukan
pengawasan internal yang mencangkup seluruh aspek dan
unsur kegiatan bank.
2 Audit Khusus Special Audit
Audit khusus adalah aktivitas audit terhadap suatu audit object
tertentu yang dilaksanakan secara insidentil, baik karena adanya permintaan khusus dari pemegang saham,
manajemen lain maupun masalah internal yang harus segera diselidiki. Audit khusus bisa saja tidak termasuk rencana
tahunan, tetapi dianjurkan sedapat mungkin aktivitas yang bersifat riskcontrol analysis sebaiknya sudah direncanakan
Kumaat, 2011 Auditor Internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha
melaksanakan audit khusus dengan melakukan OTS atau On The Spot
. OTS dilakukan untuk mendapat keyakinan atas berkas-berkas kredit karena dari data tersebut belum
tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. OTS dilakukan pada waktu tertentu dan jika ada kepentingan
yang sangat
mendesak sehingga
jadwal untuk
melaksanakan OTS sangat fleksibel. Namun, sebelumnya auditor
internal telah
membuat perencanaan
dan menyepakati bahwa satu minggu setelah kredit dicairkan,
auditor internal langsung melaksanakan OTS untuk megetahui apakah kredit yang diberikan fiktif atau tidak.
Kredit dikatakan fiktif apabila debitur yang tercatat sebagai peminjam dana ternyata tidak pernah meminjam dana pada
bank yang bersangkutan. Selanjutnya, jika debitur mengalami permasalahan dalam pembayaran kredit dimana
debitur sudah masuk dalam kolekbilitas kredit bermasalah maka auditor internal kembali melakukan OTS secara
insidentil tanpa sepengetahuan debitur untuk menangani kredit bermasalah.
3. Teknik Pemeriksaan Audit yang Dilakukan Auditor Internal
a. Mengamati
Mengamati berarti melihat, memerhatikan, dan tidak melewatkan hal-hal yang dianggap penting. Hal ini
mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang berhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-
barang. Hal ini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansa perbandingan dengan standar dan
suatu pandangan yang evaluatif Sawyer’s 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Auditor Internal memonitor setiap kegiatan- kegiatan perkreditan pada PT. BPR Chandra Mukthiarta. Tiga hal yang
menjadi fokus utama auditor internal dalam proses monitoring adalah karyawan yang menangani kredit, berkas-berkas kredit
dan debitur. Pertama, auditor internal melakukan pengamatan pada
proses kerja yang dilakukan karyawan di bagian perkreditan apakah sudah sesuai dengan kebijakan, standar, dan prosedur
yang berlaku di perusahaan. Kedua, auditor internal melakukan pengamatan pada berkas-berkas kredit setiap bulannya dan
melihat apakah ada debitur yang tidak membayar tepat waktu dan berapa bulan debitur tersebut tidak membayar. Ketiga,
auditor mengamati debitur dengan melakukan OTS atau On The Spot
untuk memastikan keberadaan usaha debitur, omzet usahanya dan untuk membandingkan data yang diberikan
dengan informasi yang diperoleh dilapangan.. Auditor internal tidak sendiri dalam melakukan pekerjaan lapangan namun
bersama karyawan pada bagian penagihan. b.
Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang paling
pervasif bagi auditor internal. Pertanyaan diajukan selama audit dilakukan dan bisa secara lisan maupun tertulis
Sawyer’s 2005.
Sebelum wawancara dilakukan, ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh auditor internal agar proses wawancara
sesuai dengan rencana dan memperoleh banyak informasi penting. Pertama, auditor internal mempelajari berkas-berkas
kredit untuk mengidentifikasi kendala apa yang dihadapi debitur dalam pelunasan kredit. Kedua, auditor internal
menyusun daftar pertanyaan mulai dari pertanyaan umum sampai dengan pertanyaan khusus agar dapat tercipta suasana
yang dapat mendorong debitur untuk terbuka dalam menceritakan segala kendala yang dihadapi. Ketiga, setelah
berkas-berkas kredit dipelajari dan pertanyaan wawancara disusun, auditor internal melakukan On The Spot atau
kunjungan lapangan untuk mewawancarai debitur yang bersangkutan.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha mengajukan pertanyaan secara lisan dengan cara yang santai
dan tidak terlalu kaku informal. Pada tahap awal auditor internal mulai untuk membangun hubungan komunikasi yang
baik dengan debitur seperti memperkenalkan diri, mengucap salam, dan melakukan percakapan ringan. Langkah selanjutnya,
auditor internal mulai mengemukakan tujuannya berkunjung ke tempat usaha atau rumah debitur.
Auditor internal memulai inti dari proses wawancara dengan menanyakan apa kendala yang dihadapi dalam
pelunasan kredit. Pertanyaan wawancara dapat berkembang sesuai dengan keadaan di lapangan. Selanjutnya, auditor
internal memberikan masukan dan mencari jalan keluar agar kredit dapat terselamatkan. Namun semua tergantung dari
masing-masing debitur apakah memiliki itikad yang baik untuk melakukan pelunasan pinjaman. Auditor internal pada PT. BPR
Chandra Muktiartha mendokumentasikan hasil wawancara dalam bentuk rekaman yang selanjutnya dicatat dan dijadikan
bukti tertulis berupa call report untuk direksi dan bagian remedial.
c. Menganalisis
Menganalisis berarti memeriksa secara rinci. Artinya memecah entitas yang kompleks ke dalam bagian-bagian kecil
untuk menentukan karakteristiknya yang sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas, atau
kelompok transaksi dan menentukan hubungannya masing- masing. Sawyer’s 2005
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha melakukan analisis berdasarkan berkas-berkas kredit dan hasil
dari On The Spot. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kredit bermasalah yang selanjutnya akan dijadikan dasar dan
pertimbangan BPR untuk menyelamatkan kredit serta memutuskan tindakan penyelamatan apa yang diambil. Dalam
hal ini, auditor internal harus memperdalam informasi mengenai kondisi dan kendala yang dialami debitur dengan
cara analisis. Auditor
internal melakukan
empat tahap
dalam menganalisis kredit bermasalah. Pertama, auditor internal
mempelajari hasil dari On The Spot dan berkas-berkas kredit. Kedua,
auditor internal menganalisis faktor-faktor penyebab kredit bermasalah dan kendala yang dihadapi debitur pada saat
pelunasan kredit seperti kesengajaan debitur untuk tidak
melakukan pembayaran angsuran, penyelewengan dana kredit yang tidak sesuai dengan tujuan penggunaan, kondisi ekonomi
debitur yang menurun, perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur dan bencana
alam yang menyebabkan kerugian. Ketiga,
auditor internal mengidentifikasi berapa lama debitur menunggak dan tidak melakukan pembayaran pokok
atau bunga. Dari hasil tersebut, auditor internal menggolongkan waktu tunggakan kredit dalam kolektibilitas kredit bermasalah
yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Apabila debitur yang sudah dikategorikan dalam kredit diragukan dan
kredit macet maka perlu perhatian khusus dari pihak BPR untuk dilakukan tindakan penyelamatan rescue operation.
Tahap keempat, auditor internal melakukan rekomendasi terkait tindakan penyelamatan kredit seperti rescheduling,
reconditioning, restructuring, kombinasi dan eksekusi.
Pada tahap ini, auditor internal mulai mengupayakan penyelesaian
kredit bermasalah dengan memberikan saran kepada direktur utama dan bagian remedial. Apabila debitur memiliki itikad
baik namun tidak memiliki kapasitas untuk membayar angsuran karena nilai angsuran terlalu tinggi maka bisa
dilakukan rescheduling atau penjadwalan kembali sehingga debitur memiliki perpanjangan jangka waktu kredit. Apabila
debitur keberatan dalam mengangsur pinjaman dan bunga maka dapat dilakukan reconditioning dan restructuring. Apabila
kredit sudah tidak bisa diselamatkan karena debitur tidak memiliki kapasitas namun masih memiliki agunan maka dapat
dilakukan eksekusi, dimana BPR akan menjual agunan debitur untuk melunasi semua kewajiban debitur.
Dengan dilakukannya analisis tersebut, maka auditor internal dapat memberikan gambaran dan mengarahkan debitur
agar kredit dapat terselamatkan. Namun untuk tindak lanjut, auditor menyerahkan kepada bagian remedial untuk dilakukan
pembinaan kepada debitur terkait. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Memverifikasi
Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian atau validitas sesuatu. Hal ini merupakan sarana tertua
yang dimiliki oleh auditor internal. Cara ini paling sering digunakan unuk mendapatkan kebenaran fakta atau rincian
dalam suatu akun atau suatu subjek yang diaudit Sawyer’s 2005.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha melakukan verifikasi setelah kredit diberikan karena tidak
terlibat langsung dalam kegiatan operasional BPR yaitu eksekusi transaksi. Auditor internal melakukan verifikasi
dengan memeriksa format maupun isi dari berkas-berkas yang menjadi dasar dalam pemberian kredit seperti memorandum
usulan kredit dan formulir survey on the spot. Auditor
internal juga
memeriksa kebenaran
dan kelengkapan formulir kredit dengan mengkonfirmasi Kartu
Tanda Penduduk KTP yang didukung dengan Kartu Keluarga KK, surat nikah dan tanda tangan persetujuan kredit oleh
suamiistri yang
bersangkutan. Apabila
debitur tidak
berdomisili di Yogyakarta maka harus didukung dengan surat keterangan domisili dari RT atau RW setempat. Kemudian,
auditor internal memeriksa laporan appraisal dan data cek fisik kendaraan bermotor dengan cara mencocokkan antara nomor
rangka dan nomor mesin apakah sesuai dengan STNK dan BPKB. Proses analisis kredit juga tak luput dari pemeriksaan,
auditor internal menilai apakah karakter debitur sudah layak untuk memperoleh pinjaman dari BPR. Selanjutnya, auditor
internal memeriksa perhitungan besarnya kredit apakah telah sesuai dengan jangka waktu kredit dan besarnya cicilan kredit
dan bunga. Memeriksa apakah keputusan kredit yang diberikan telah dilakukan oleh direksi yang berwenang.
Setelah berkas-berkas kredit selesai diperiksa, auditor internal melakukan checklist atau tickmark pada dokumen
kredit untuk memastikan bahwa tidak ada dokumen kredit yang terlewat diperiksa dan untuk memastikan kelengkapan,
keabsahan, kewajaran, ketepatan data, bukti transaksi dan laporan yang tersaji.
e. Menginvestigasi
Mengivestigasi merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan
fakta-fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis yang
diharapkan dapat diketahui oleh auditor internal. Cara ini mencakup namun tidak terbatas pada penyidikan yang
menyelidiki lebih dalam dengan maksud mendeteksi kesalahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan Sawyer’s 2005
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha melaksanakan On The Spot sebagai bentuk dari investigasi.
OTS dilakukan untuk mendapat keyakinan atas berkas-berkas kredit karena dari data tersebut belum tentu menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. OTS wajib dilakukan auditor internal satu minggu setelah kredit dicairkan namun dapat
dilakukan kembali sewaktu-waktu jika terjadi masalah dalam pembayaran kredit. Auditor internal memiliki kewenangan
untuk memilih dengan siapa OTS dilakukan, bisa dengan bagian remedial maupun account officer.
Pada saat On The Spot, auditor internal berkesempatan untuk melakukan cross check berkas-berkas kredit seperti
identitas debitur, tempat usaha, omzet, jaminan dan tujuan penggunaan kredit dengan keadaan yang sesungguhnya. Dari
hasil tersebut, auditor internal dapat menyimpulkan apakah data yg diberikan sudah sesuai atau ada kejanggalan dan
ketidak konsistenan data dari berkas-berkas kredit yang diberikan. Auditor internal juga menilai apakah penggunaan
kredit sudah sesuai dengan tujuan pengajuan kredit agar kredit bermasalah dapat diminimalisir sedini mungkin.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha menggali masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur seperti
masalah teknik produksi, kesulitan bahan baku atau pembantu, kesulitan pemasaran, piutang macet, maupun masalah tenaga
kerja yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Dari
informasi tersebut, selanjutnya auditor internal melakukan penilaian mengenai seberapa rumit permasalahan yang
dihadapi debitur, dan langkah yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Auditor internal juga melihat
dampak dari
permasalahan debitur
tersebut, apakah
berpengaruh terhadap kredit yang sedang berjalan. Dari On The Spot ini, auditor internal dapat mengenal lebih
jauh usaha debitur sekaligus karakter orang tersebut. Auditor internal melihat kondisi usaha debitur apakah stabil, menurun
atau bahkan mengalami peningkatan. Dari kondisi uasaha tersebut maka dapat tercermin apakah selanjutnya debitur
mampu mengangsur kredit yang diajukan dan auditor internal dapat mendeteksi sedini mungkin potensi kredit bermasalah.
f. Mengevaluasi
Mengevaluasi berarti menuju suatu pertimbangan, yang artinya menimbang apa yang telah dianalisis dan menentukan
kecukupan efisiensi dan efektivitasnya. Hal ini merupakan langkah yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi
dan opini audit di sisi lain. Hal ini mencerminkan kesimpulan yang dihasilkan auditor internal berdasarkan fakta-fakta yang
telah dikumpulkan Sawyer’s, 2005. Evaluasi berkaitan dengan penilaian secara keseluruhan
yang melewati serangkaian proses audit. Pada tahap awal pengawasan kredit, auditor internal pada PT. BPR Chandra
Muktiartha mengevaluasi hasil dari On The Spot dilihat dari segi debitur, apakah debitur yang mendapatkan pinjaman dana
dari BPR sudah memenuhi kapasitas kredit. Kapasitas yang dimaksud adalah kemampuan debitur dalam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan jangka waktu kredit. Auditor internal perlu mengetahui dengan pasti kemampuan debitur
karena jika debitur tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kredit yang diberikan oleh BPR maka BPR
akan mengalami kerugian. Disamping itu, semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka akan semakin baik
kualitas kreditnya, artinya dapat dipastikan bahwa kredit tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang
dijanjikan. Dari hasil evaluasi tersebut, auditor internal dapat menilai apakah debitur mampu melanjutkan kredit atau tidak.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha lebih menfokuskan evaluasi pada kapasitas debitur karena Account
officer dan bagian analis kurang cermat dalam menganalisa
pendapatan calon debitur. Hal ini berpengaruh pada hasil akhir analisis yang kurang akurat, dimana jumlah kredit yang
diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pengembalian pinjaman debitur sehingga menyebabkan kredit bermasalah di
kemudian hari. Oleh karena itu, auditor internal lebih berfokus pada evaluasi kapasitas kredit agar dapat mencegah secara dini
kredit bermasalah atau Non Performing Loan dimana debitur tidak mampu lagi membayar kewajibannya kepada BPR.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha melakukan evaluasi mengenai beberapa faktor penyebab
naiknya Non Performing Loan baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Salah satu faktor internal penyebab
timbulnya kredit bermasalah adalah penyimpangan dan kelalaian dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, yaitu
account officer dan bagian analis kurang cermat dalam
menganalisa pengajuan kredit sehingga hasil akhirnya tidak akurat. Hal ini sangat penting yaitu untuk mengetahui apakah
kedepannya calon debitur benar-benar mampu untuk membayar kewajibannya kepada BPR atau tidak. Kemudian, jumlah
pemberian kredit yang terlalu berlebihan dan melampaui batas yang ditentukan juga memicu timbulnya NPL. Sedangkan
faktor eksternal penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah debitur yang tidak kooperatif, perubahan kebijakan pemerintah
yang berdampak pada usaha debitur, dan bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.
Setelah auditor internal PT. BPR Chandra Muktiartha melakukan evaluasi terhadap kredit bermasalah, auditor
internal melaporkan hasil evaluasi kemudian memberikan rekomendasi pada direktur utama dan dewan komisaris untuk
pengambilan keputusan. 4.
Program Kerja Audit Lanjutan Oleh Auditor Internal Untuk Menyelesaikan Kredit Bermasalah Pada PT. BPR Chandra
Muktiartha
Setelah auditor melakukan pemeriksaan dan menemukan berbagai faktor penyebab kredit bermasalah yang ada pada PT.
BPR Chandra Muktiartha, kemudian auditor internal memberikan kesimpulan dan opini. Program kerja audit lanjutan oleh auditor
internal dalam
menyelesaikan kredit
bermasalah adalah
memberikan rekomendasi dan memantau aktivitas yang berjalan setelah diberikan rekomendasi. Setelah itu, auditor internal
membuat laporan kegiatan yang dilakukan selama satu bulan. Berikut ini adalah program audit lanjutan yang dilakukan oleh
auditor internal dalam penyelesaian kredit bermasalah :
a. Memberikan Rekomendasi
Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-
kondisi yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam system control
. Rekomendasi haruslah positif dan bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa yang
akan bertindak sawy er’s 2005
Tanggung jawab auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha
adalah mengidentifikasi
penyebab kredit
bermasalah dari informasi yang didapat melalui hasil OTS kemudian memberikan rekomendasi terkait kepada direktur
utama dan bagian remedial untuk ditindak lanjuti. Penyebab kredit bermasalah yang sering ditemui auditor internal pada PT.
BPR Chandra Muktiartha adalah dari faktor internal perusahaan yaitu adanya penyimpangan dan kelalaian dalam pelaksanaan
prosedur perkreditan. Setelah auditor internal menemukan penyebab kredit
bermasalah, kemudian auditor internal mencatat hasil temuan tersebut dalam bentuk tertulis dan membuat laporan kunjungan
harian atau Call Report. Pada tahap ini, auditor internal mulai mengupayakan penyelesaian kredit
bermasalah dengan memberikan rekomendasi untuk direktur utama dan bagian
remedial. Rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal adalah
mengenai bentuk
penyelamatan kredit
seperti rescheduling, reconditioning, restructuring
, kombinasi dan eksekusi. Apabila debitur memiliki itikad baik namun tidak
memiliki kapasitas untuk membayar angsuran karena nilai angsuran terlalu tinggi maka bisa dilakukan rescheduling atau
penjadwalan kembali sehingga debitur memiliki perpanjangan jangka waktu kredit. Apabila debitur keberatan dalam
mengangsur pinjaman dan bunga maka dapat dilakukan reconditioning dan restructuring
. Apabila kredit sudah tidak bisa diselamatkan karena debitur tidak memiliki kapasitas
namun masih memiliki agunan maka dapat dilakukan eksekusi, dimana BPR akan menjual agunan debitur untuk melunasi
semua kewajiban debitur atau jika masalahnya sudah terlalu berat maka dapat diselesaikan melalui jalur hukum. Dari
rekomendasi tersebut, maka auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha dapat memberikan gambaran dan
pengarahan kepada direktur utama dan bagian remedial sebagai upaya penyelamatan kredit.
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha mengupayakan agar direktur utama maupun bagian remedial
melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan rekomendasi hasil audit dengan memastikan bahwa informasi yang ada
dalam call report dapat dimengerti dengan benar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pemantauan Monitoring
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu pengendalian internal secara berkesinambungan berkala
oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai
dengan perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan Hery 2013.
Keberhasilan keseluruhan proses audit adalah jika laporan audit membuahkan suatu tindakan perbaikan atau perubahan.
Hasil yang diharapkan adalah suatu tindakan perubahan atau tindakan melakukan koreksi, mencegah suatu kesalahan terjadi
kembali atau mengurangi risiko. Auditor internal pada PT. BPR
Chandra Muktiartha melakukan pemantauan untuk memastikan apakah tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan telah
dilaksanakan dan telah dilakukan perbaikan. Untuk mengetahui hal tersebut, auditor internal melakukan koordinasi dengan
bagian remedial.
Koordinasi dilakukan
untuk saling
memberikan informasi mengenai debitur yang bermasalah. c.
Laporan Kegiatan Audit Laporan hasil audit adalah media formal yang disampaikan
oleh internal audit dalam menyampaikan hasil dari suatu penugasan. Laporan auditor internal merupakan saran
pertanggung jawaban internal auditor atas penugasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemeriksaan oleh direktur utama. Melalui laporan ini, auditor internal akan mengungkapkan dan menguraikan kelemahan
yang terjadi dan keberhasilan yang telah dicapai Kumaat, 2011
Auditor internal pada PT. BPR Chandra Muktiartha memberikan laporan hasil audit setiap bulannya kepada
direktur utama dan dewan komisaris. Laporan audit berisi kegiatan audit yang dilakukan auditor internal selama satu
bulan, temuan-temuan pada aktivitas kredit, komentar atau tanggapan dari direktur utama dan dewan komisaris yang sudah
dipertimbangkan, dan pernyataan auditor internal yang menjelaskan mengenai sikap akhir auditor internal atas dasar
pertimbangan yang matang terhadap informasi yang diperoleh dari kegiatan perkreditan PT. BPR Chandra Muktiartha.
C. Pembahasan