Prestasi dan Hasil belajar

b Manipulasi; c Presisi; d Artikulasi, dan e Naturalisasi. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Di antara berbagai hal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi individu siswa yang memegang peranan paling penting. Kondisi individu siswa dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor internal dan faktor yang berasal dari luar individu siswa faktor eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor psikologis yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis antara lain adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1 Kondisi Fisiologis. Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Siswa yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda dari siswa yang yang dalam keadaan kelelahan. Siswa yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah siswa yang cukup baik gizinya. Di samping kondisi fisiologis umum itu, faktor yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran, maka dalam lingkungan formal orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengarkan Audio Visual Aids. 2 Kondisi Psikologis. Semua keadaan dan fungsi psikolog tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikologis ini. Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain: a Motivasi. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar adalah kondisi yang mendorong siswa untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Menurut Eny Sriyanti yang dikutip dari Paul Hersey 1993: 60 bahwa motivasi akan lebih meningkat apabila kebutuhan yang ada meningkat dan kebutuhan yang paling kuat pada saat tertentu menggerakan aktivitas. Secara tradisional orang biasa membedakan adanya dua macam motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Movitasi intrinsik adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dorongan yang timbul dari dalam individu siswa tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Misalnya siswa mau belajar matematika karena ingin memperoleh pengetahuan matematika. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa disuruh orang lain tetapi atas kesadaran sendiri. Motivasi intrinsik lebih efektif, terutama dalam mendorong siswa untuk giat belajar. Motivasi ekstrensik adalah dorongan yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain. Misalnya siswa mau belajar bahasa Inggris karena disuruh orang tuanya sendiri. b Minat, yaitu dapat diartikan suatu kecenderungan hati individu yang menyebabkan ia merasa suka dan tidak suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek. Bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajari ilmu matematika tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik. Sebaliknya kalau siswa mempelajari ilmu matematika dengan penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya lebih baik. Dengan demikian, minat berfungsi memperkuat motif dan perhatian individu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Rendahnya prestasi belajar siswa pada masa pelajaran matematika bisa disebabkan oleh kurangnya minat. Aceng Jarkasih mengutip pendapat Moh. Surya 1999: 29, bahwa minat individu terdiri dari: 1 Minat Volunter, yaitu minat yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya dari individu tanpa adanya pengaruh dari luar, 2 Minat Involunter, yaitu minat yang timbul dari individu dengan pengaruh situasi dari luar lingkungan, dan 3 Minat Nonvolunter, yaitu minat yang timbul sengaja dipaksakan atau diharuskan. c Perhatian. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap, sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul dan ada kalanya menghilang. Misalnya seorang siswa yang sedang belajar diganggu temannya, maka hilanglah perhatian siswa tersebut terhadap sesuatu yang dipelajarinya. Sesudah temannya menghilang, maka ia mulai memusatkan lagi perhatiannya. Apabila diperhatikan, dalam kegiatan belajar mengajar akan dipakai 2 dua macam tipe perhatian, yakni: i Perhatian terpusat, yaitu perhatian yang hanya tertuju pada satu objek saja. Perhatian ini sangat dibutuhkan oleh guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai alat peraga pelajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa, ii Perhatian terbagi, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam- macam objek secara sekaligus. Perhatian ini tidak diharapkan terjadi pada siswa ketika peristiwa belajar mengajar tetapi menjadi kewajiban bagi guru untuk memperhatikan setiap siswa, bahan pelajarannya, dan juga ucapannya, serta memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. d Kecakapan. Secara psikologis, kecakapan ability lazimnya diartikan sebagai dasar kemampuan atau kesanggupan individu untuk melakukan suatu tindakan yang dimanifestasikan dalam kecepatan, ketepatan dan kemudahannya melakukan suatu pekerjaan, yakni mengenai tugas-tugas belajar yang diberikan guru. Kecakapan dimiliki siswa bukan saja karena pembawa kelahirannya melainkan karena pengalaman yang terkait dengan proses belajarnya. Oleh karena itu kecakapan setiap individu siswa tidak sama walaupun diberikan latihan yang sama dan dalam waktu yang sama pula. Menurut para ahli psikologi pendidikan, kecakapan dibedakan kepada kecakapan potensial potensial ability dan kecakapan nyata actual ablitiy. Kecakapan potensial diperoleh karena pembawaan kelahirannya, yaitu kemampuan dasara umum intelegensi dan kemampuan dasar khusus bakat dalam bidang tertentu. Sedangkan kecakapan nyata adalah prestasi individu siswa yang diperolehnya melalui pengalaman yang berhubungan dengan proses belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor manusia human dan faktor non- manusia. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor manusia adalah lingkungan di keluarga, di sekolah dan lingkungan di masyarakat pergaulan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor non- manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik. Hal yang sama dikemukakan oleh Sumiati 1985 bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah: 1 bahan yang diajarkan; 2 faktor lingkungan; 3 faktor instrumental, dan 4 faktor individusiswa. Muhibbin dalam Psikologi Pendidikan 1997, mengemukakan pendapatnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga, yaitu 1 faktor internal, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis, 2 faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3 faktor pendekatan belajar approach to learning. 4. Pembelajaran kooperatif a. Pengertian pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan empat siswa yang berbeda beda dari segi kemampuan atau ukuran kelompok. Siswa ditempatkan kedalam kelompok kooperatif, dan mereka dilatih ketrampilan khusus untuk membantu bekerjasam dengan baik, memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik Suyatno, 2003:14. Burn 1996:247 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa mengaktifkan schemata mereka dan belajar dari schemata taman sekelas mereka, siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar dan mempertinggi perhatian siswa.yang lebih cepat memahami isi teks bacaan dapat membantu teman yang lain. Slavin dalam isjoni 2009: 15 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajra dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 oran dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni 2009: 15 mengemukaan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suaru cara pendekatan atau serangkaian stategi yang khusus dirancangkan untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni 2009:15 menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Menurut Lie 2000:17 pembelajaran kooperatif biasa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Sistem pembelajaran gotong royong ataucooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok Sugandi, 2002:14. Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal dalam pembelajaran koperatif, terdapat lima unsur pembelajaran kooperatif cooperative learning yang harus diterapkan, yaitu: 1 Saling ketergantungan positif yaitu menciptakan kelompok kerja efektif sesuai tugas untuk mencapai tujuan. 2 Tanggung jawab perorangan merupakan kunci keberhasilan kelompok. 3 Tatap muka dengan kegiatan interaksi memberikan sinergi yang menguntungkan, inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memandang kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4 Komunikasi antar anggota sangat perlu digali untuk memberi semangat dan memperkaya pengalaman belajar, pembinaan perkembangan mental dan emosional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Evaluasi proses kelompok untuk mengetahui tingkat partisipasi dan kerjasama setiap anggota, saling membantu dan medengarkan atau memberikan saran satu dan lainnya. Sudrajat Akhmad. 2008 . Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain. b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif 1 TAI Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama. 2 STAD Student Teams Achievement Division Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. 3 Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins Arends, 2001. Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu 1 kelompok asal home group dan 2 kelompok ahli expert group. Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota- anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal. Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian 4 NHT Numbered Heads Together Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka antara 1 sampai 4 dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi. 5 TGT Team Game Tournament Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan Slavin, 1994. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. STAD Student Teams-Achievement Division

a. Pengertian STAD STAD merupakan salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok untuk guru yang baru mulai pendekatann kooperatif. Selain itu STAD juga merupakan suatu metode pemebalajaran kooperatif yang efektif Slavin, 1994: 288. Ide dasar model STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompoknya agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan menyenangkan. Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, model STAD bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim juga dirinya sendiri Handayanto,2003:115. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan membuat siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok dan interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. b. Penggunaan STAD Selanjutnya berikut ini akan diuraikan bagaimana STAD digunakan dalam kegiatan pembelajaran menurut Slavin 1995: 288. 1 Pandangan umum STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, quis, skor, perkembangan individu, dan penghargaan kelompok. 2 Persiapan Persiapan dalam pembelajaran ini meliputi persiapan materi, penetapan siswa dalam kelompok berdasarkan jenis kelamin, rangking, dan sebagainya, menentukan skor awal, dan menyiapkan siswa untuk bnekerja kooperatif dengan memperkenalkan keterampilan kooperatif yang digunakan. 3 Urutan Kegiatan Urutan kegiatan dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a Pengajaran b Belajar Kelompok c Kuis d Penghargaan Kelompok c. Pengharaan kelompok Penghargaan kelompok ini didasarkan dari rata-rata nilai perkembangan individu dan sekelompok dan selanjutnya nilai perkembangan didasarkan dari nilai kuis yang diperoleh siswa.Pada Tabel 2.1 menampilkan penentuan nilai perkembangan dari Slavin dan kriterianya. Tabel 2.1 Pedoman Menentukan Nilai Perkembangan Arends 1997: 140 d. Lima komponen utama dalam model STAD Adapun menurut Slavin 1995 ada lima komponen utama dalam model STAD student teams-achiement division, yaitu: 1 Penyajian kelas class presentation. Guru menyajikan materi didepan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Nilai Kuis Dibandingkan Dengan Nilai Awal Nilai Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 10 sampai dengan 1 poin di bawah nilai awal Sama sampai dengan 10 poin diatas nilai awal Lebih dari 10 poin di atas nilai awal Nilai sempurna tidak berdasarkan nilai awal 10 20 30 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Pembentukkan kelompok belajar teams. Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya. Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai yang diperoleh oleh siswa sebelum pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun fungsi pengelompok ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 3 Pemberian tes atau kuis quizzes. Setelah belajar kelompok selesai, diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk kerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan bertanggung jawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggung jawab secara individual, siswa memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok. 4 Pemberian skor peningkatan individu Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai bila mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil yang sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut : skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok. 5 Penghargaan kelompok team recogninition. Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Pemberian penghargaan ini bukan hanya berupa hadiah, tapi juga bisa dalam bentuk pujian. 6 Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif model STAD meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari dalam kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor kelompok dan akhirnya menjadi dasar skor kelompok dan akhirnya menjadi dasar pemberian penghargaan dalam hartati 1998 : 11-12.

6. Lingkaran

Dalam “Geometri Element” karya Euclid, lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama, yang disebut jari-jari terhadap suatu titik tertentu, yang disebut titik pusat. a. Unsur-unsur pada lingkaran Ada dua unsur dalam lingkaran yaitu a jari –jari lingkaran adalah garis dari titik pusat lingkaran kelengkung lingkaran. b titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah tengah lingkaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT DITINJAU DARI AKTIVITASBELAJAR SISWA

0 21 173

EFEKRIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP PIRI SLEMAN

0 0 12

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

0 0 137