Prestasi dan Hasil belajar
b Manipulasi;
c Presisi;
d Artikulasi, dan
e Naturalisasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Di antara berbagai hal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi individu siswa yang memegang peranan paling
penting. Kondisi individu siswa dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa faktor internal dan faktor yang berasal dari luar individu siswa faktor eksternal.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor
psikologis yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan
sebagai faktor psikologis antara lain adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Adapun penjelasannya sebagai
berikut: 1
Kondisi Fisiologis. Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Siswa yang dalam
keadaan segar jasmaninya akan berbeda dari siswa yang yang dalam keadaan kelelahan. Siswa yang kekurangan gizi ternyata
kemampuan belajarnya di bawah siswa yang cukup baik gizinya. Di samping kondisi fisiologis umum itu, faktor yang tidak kalah
pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran,
maka dalam lingkungan formal orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat
peraga yang dapat dilihat dan didengarkan Audio Visual Aids. 2
Kondisi Psikologis. Semua keadaan dan fungsi psikolog tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikologis ini.
Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain: a
Motivasi. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar
adalah kondisi yang mendorong siswa untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi
belajar meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Menurut Eny Sriyanti yang dikutip dari Paul Hersey 1993: 60
bahwa motivasi akan lebih meningkat apabila kebutuhan yang ada meningkat dan kebutuhan yang paling kuat pada saat
tertentu menggerakan aktivitas. Secara tradisional orang biasa membedakan adanya dua macam motivasi, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Movitasi intrinsik adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dorongan yang timbul dari dalam individu siswa tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Misalnya siswa mau
belajar matematika karena ingin memperoleh pengetahuan matematika. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa disuruh
orang lain tetapi atas kesadaran sendiri. Motivasi intrinsik lebih efektif, terutama dalam mendorong siswa untuk giat
belajar. Motivasi ekstrensik adalah dorongan yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain. Misalnya siswa mau belajar bahasa Inggris karena disuruh orang tuanya
sendiri. b
Minat, yaitu dapat diartikan suatu kecenderungan hati individu yang menyebabkan ia merasa suka dan tidak suka, tertarik atau
tidak tertarik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek. Bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau
siswa tidak mempunyai minat untuk mempelajari ilmu matematika tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
Sebaliknya kalau siswa mempelajari ilmu matematika dengan penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya lebih baik.
Dengan demikian, minat berfungsi memperkuat motif dan perhatian individu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada masa pelajaran matematika bisa disebabkan oleh kurangnya minat. Aceng
Jarkasih mengutip pendapat Moh. Surya 1999: 29, bahwa minat individu terdiri dari: 1 Minat Volunter, yaitu minat
yang timbul secara sukarela, timbul dengan sendirinya dari individu tanpa adanya pengaruh dari luar, 2 Minat Involunter,
yaitu minat yang timbul dari individu dengan pengaruh situasi dari luar lingkungan, dan 3 Minat Nonvolunter, yaitu minat
yang timbul sengaja dipaksakan atau diharuskan. c
Perhatian. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya
menetap, sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul dan ada kalanya menghilang. Misalnya seorang siswa
yang sedang belajar diganggu temannya, maka hilanglah perhatian siswa tersebut terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Sesudah temannya menghilang, maka ia mulai memusatkan lagi perhatiannya. Apabila diperhatikan, dalam kegiatan belajar
mengajar akan dipakai 2 dua macam tipe perhatian, yakni: i Perhatian terpusat, yaitu perhatian yang hanya tertuju pada satu
objek saja. Perhatian ini sangat dibutuhkan oleh guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini
dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai alat peraga pelajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa, ii
Perhatian terbagi, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam- macam objek secara sekaligus. Perhatian ini tidak diharapkan
terjadi pada siswa ketika peristiwa belajar mengajar tetapi menjadi kewajiban bagi guru untuk memperhatikan setiap
siswa, bahan pelajarannya, dan juga ucapannya, serta memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
d Kecakapan. Secara psikologis, kecakapan ability lazimnya
diartikan sebagai dasar kemampuan atau kesanggupan individu untuk melakukan suatu tindakan yang dimanifestasikan dalam
kecepatan, ketepatan dan kemudahannya melakukan suatu pekerjaan, yakni mengenai tugas-tugas belajar yang diberikan
guru. Kecakapan dimiliki siswa bukan saja karena pembawa kelahirannya melainkan karena pengalaman yang terkait
dengan proses belajarnya. Oleh karena itu kecakapan setiap individu siswa tidak sama walaupun diberikan latihan yang
sama dan dalam waktu yang sama pula. Menurut para ahli psikologi pendidikan, kecakapan dibedakan kepada kecakapan
potensial potensial ability dan kecakapan nyata actual ablitiy. Kecakapan potensial diperoleh karena pembawaan
kelahirannya, yaitu kemampuan dasara umum intelegensi dan kemampuan dasar khusus bakat dalam bidang tertentu.
Sedangkan kecakapan nyata adalah prestasi individu siswa yang diperolehnya melalui pengalaman yang berhubungan
dengan proses belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor manusia human dan faktor non-
manusia. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor manusia adalah lingkungan di keluarga, di sekolah dan lingkungan di masyarakat
pergaulan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor non- manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.
Hal yang sama dikemukakan oleh Sumiati 1985 bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah: 1 bahan
yang diajarkan; 2 faktor lingkungan; 3 faktor instrumental, dan 4 faktor individusiswa. Muhibbin dalam Psikologi Pendidikan 1997,
mengemukakan pendapatnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga, yaitu 1 faktor internal, yakni aspek
fisiologis dan aspek psikologis, 2 faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3 faktor pendekatan belajar approach to
learning. 4.
Pembelajaran kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan empat siswa yang berbeda beda dari segi kemampuan atau ukuran kelompok. Siswa
ditempatkan kedalam kelompok kooperatif, dan mereka dilatih ketrampilan khusus untuk membantu bekerjasam dengan baik,
memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik Suyatno, 2003:14. Burn 1996:247 mengatakan
bahwa pembelajaran
kooperatif dapat
membantu siswa
mengaktifkan schemata mereka dan belajar dari schemata taman sekelas mereka, siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar dan
mempertinggi perhatian siswa.yang lebih cepat memahami isi teks bacaan dapat membantu teman yang lain. Slavin dalam isjoni
2009: 15 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajra dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 oran dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
dalam Isjoni 2009: 15 mengemukaan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suaru cara pendekatan atau serangkaian
stategi yang khusus dirancangkan untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya
Stahl dalam Isjoni 2009:15 menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Menurut Lie 2000:17 pembelajaran kooperatif biasa
didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Sistem pembelajaran gotong royong ataucooperative
learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok Sugandi, 2002:14.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama
dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5
orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan
ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu strategi
belajar mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling
bekerjasama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan maksimal
dalam pembelajaran
koperatif, terdapat lima unsur
pembelajaran kooperatif cooperative learning yang harus diterapkan, yaitu:
1 Saling ketergantungan positif yaitu menciptakan kelompok
kerja efektif sesuai tugas untuk mencapai tujuan. 2
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci keberhasilan kelompok.
3 Tatap muka dengan kegiatan interaksi memberikan sinergi
yang menguntungkan, inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memandang kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing. 4
Komunikasi antar anggota sangat perlu digali untuk memberi semangat dan memperkaya pengalaman belajar, pembinaan
perkembangan mental dan emosional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Evaluasi proses kelompok untuk mengetahui tingkat partisipasi
dan kerjasama setiap anggota, saling membantu dan medengarkan
atau memberikan
saran satu
dan lainnya. Sudrajat Akhmad. 2008 .
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran
terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
1 TAI Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya
adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif
tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke
tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit
materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan
memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit
materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui
kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan
rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang
menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
tingkatan unit materi pelajaran yang sama. 2
STAD Student Teams Achievement Division Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa
dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran.
Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini
walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.
3 Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins Arends, 2001. Tujuan diciptakannya tipe model
pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga
belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya,
karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran
kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu 1 kelompok asal home group dan 2 kelompok ahli expert
group. Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas
untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-
anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok
asal. Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab
mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian 4
NHT Numbered Heads Together Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa
untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan
waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru
menyebut suatu angka antara 1 sampai 4 dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab
pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban
pertanyaan itu melalui diskusi. 5
TGT Team Game Tournament Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan Slavin,
1994. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen
berjalan secara adil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI