4.2.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan guru kelas IV SD Frater Don Bosco Manado terhadap proses
pembelajaran IPA. Data ini diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas khususnya yang berhubungan dengan pelajaran IPA kelas IV SD Frater Don
Bosco Manado. Wawancara peneliti laksanakan pada tanggal 23 November 2016. Hasil analisis kebutuhan yang didapatkan peneliti, selanjutnya akan peneliti
gunakan sebagai bahan acuan dalam membuat RPP dengan model pendidikan emansipatoris pada pembelajaran IPA kelas IV berdasarkan semangat Santo
Yohanes Bosco. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti melihat bahwa selama ini
minat siswa terhadap pembelajaran IPA sangat baik namun belum sepenuhnya melaksanakan nilai-nilai emansipatoris dan semangat santo Yohanes Bosco itu
sendiri pada siswa baik dalam teori maupun dalam praktek. Perlu diketahui bahwa salah satu ciri khas pendidikan emansipatoris adalah berpusat pada siswa. Dalam
wawancara ini, peneliti menyiapkan enam pertanyaan yang berhubungan dengan pengembangan pendidikan emansipatoris pada pembelajaran IPA kelas IV
berdasarkan semangat Santo Yohanes Bosco.
4.2.1.1 Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama 2 minggu yaitu mulai tanggal 15-26 November 2016 di SD Frater Don Bosco Manado. Berdasarkan
hasil observasi, proses pembelajaran yang dilaksanakan terkait pembelajaran IPA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelas IV SD Frater Don Bosco Manado sudah berjalan dengan baik. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, guru menyiapkan perangkat pembelajaran berupa
silabus, RPP, dan sumber terkait mata pelajaran IPA yang sedang dipelajari. Ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung, peneliti melihat bahwa sebagian
siswa aktif untuk bertanya, sebaliknya beberapa siswa masih kurang aktif. Pada prinsipnya, perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran sudah baik, tetapi guru yang bersangkutan belum memasukkan nilai-nilai pendidikan emansipatoris dan semangat Santo Yohanes Bosco dalam
proses pembelajaran. Selain pelaksanaan observasi terkait pelaksanaan pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi di luar kelas dengan untuk
tujuan melihat bagaimana sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar khususnya dalam hal menjaga kebersihan lingkungan baik di dalam maupun di
luar kelas. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, peneliti menemukan bahwa dalam proses belajar mengajar terkait pembelajaran IPA umumnya sudah berjalan dengan baik sesuai dengan
kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut dan mengajarkan sesuai RPP yang telah dibuat oleh guru. Namun, dalam pembuatan RPP belum sepenuhnya
memasukkan model pembelajaran pendidikan emansipatoris dan semangat Santo Yohanes Don Bosco dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti, misalnya di luar kelas, sekolah ini menyediakan tempat sampah di berbagai tempat dan mengusahakan tanaman-
tanaman hijau dalam pot. Pada kenyataannya, peneliti melihat bahwa sebagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa sudah mulai memiliki kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup terutama lingkungan sekitarnya. mereka sudah mulai memahami peran mereka
dalam menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya. Sehubungan dengan hal ini, peneliti menyaksikan sendiri bahwa sebagian siswa
sudah membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, dan menanam tanaman di pot. Hal ini tentu merupakan hasil pembelajaran dan
pendidikan dari para guru, di mana para guru mendidik dan mengajarkan kepada siswa tentang perlunya melestarikan lingkungan hidup dan belajar untuk
menghargai setiap ciptaan Tuhan. Di samping hal positif ini, penulis juga melihat adanya masalah-masalah lingkungan hidup di lingkungan sekolah ini. Terutama
pada bagian belakang sekolah, penulis menemukan lingkungan yang kurang sehat, seperti: kurang tertata dengan rapi, tumbuhnya rumput-rumput liar di sekitaran
gedung sekolah, dan terutama masih ada sebagian siswa yang membuang sampah sembarangan, meskipun sekolah sudah menyediakan tempat sampah.
Selain kegiatan mengajar di kelas, ada pengalaman yang menarik terkait dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah, di SD tersebut mengganti
kegiatan Jumat bersih dengan kegiatan “BBM” Bersih-Bersih 10 Menit. Kegiatan BBM dilaksanakan oleh kelas atas yaitu kelas III-VI yang dilaksanakan
setiap hari yang didampingi oleh wali kelas. Setelah sepuluh menit, siswa akan mencuci tangan kemudian masuk kelas untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Adanya permasalahan ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran yang sudah dilaksanakan di sekolah ini perlu dikaji kembali dan terutama perlu
diadakan penyempurnaannya agar semakin kontekstual dan berdaya transformatif bagi para siswa.
Berdasarkan hasil observasi ini pulalah peneliti mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, kepedulian akan
lingkungan hidup sungguh tertanam dalam diri semua siswa bukan hanya sebagian siswa sebagaimana yang peneliti dapatkan melalui observasi tetapi untuk
semua siswa.
4.2.1.2 Wawancara
Kegiatan wawancara peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV B, guru IPA kelas VI, dan 10 siswa kelas IV B SD Frater Don Bosco
Manado. Dalam proses wawancara ini peneliti melakukan wawancara terpimpin, yaitu menyiapkan pedoman pertanyaan yang akan digunakan sebagai acuan dalam
wawancara tersebut. Oleh karena responden memiliki perbedaan usia, peran, dan kemampuan yang berbeda yaitu: guru dan siswa maka peneliti menyiapkan
pedoman wawancara dengan rumusan yang berbeda, namun tetap memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu, hendak memperoleh informasi terkait dengan
pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini. Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.
Peneliti melakukan wawancara dengan 10 siswa kelas IV B Frater Don Bosco Manado pada Hari Selasa Pukul 10.00 WITA. Ada tujuh hal yang
ditanyakan kepada responden terkait dengan kerusakan lingkungan alam, pembelajaran IPA, semangat Santo Yohanes Bosco dan tiga nilai dasar yayasan
Don Bosco yaitu fides beriman, scientia berilmu dan fraternitas bersaudara dalam kehidupan mereka. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah 1 apakah
pembelajaran IPA penting bagi Anda? 2 mengapa pembelajaran IPA sangat penting bagi Anda? 3 apa yang akan Anda lakukan terhadap kerusakan
lingkungan misalnya pencemaran air, pengrusakan hutan, tanah longsor, dan banjir? 4 lingkungan seperti apa yang Anda inginkan, yang rindang, sejuk,
bersih, dan nyaman? Mengapa? 5 kegiatan-kegiatan apa saja yang Anda lakukan setelah pulang sekolah yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar rumah Anda
6 apa yang menarik bagi Anda dari Santo Yohanes Bosco pelindung sekolah? 7 sejauh mana Anda tahu tentang: Fides, Scientia, Fraternitas, dan berikanlah
contohnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 siswa kelas IV SD Frater Don
Bosco Manado maka hasil yang didapatkan adalah umumnya siswa menjawab pembelajaran IPA sangat penting, karena IPA adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk dan kehidupan alam sekitar. Melihat kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini, maka siswa yang berinisial
“A” menjawab “menanammelakukan penghijauan, membuang sampah pada tempatnya, tidak menebang pohon secara
sembarangan, dan membersihkan selokan dan sungai yang kotor ”. Selanjutnya
siswa yang berinisial “C” mengatakan lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang
“bersih, nyaman, sejuk, dan rindang. Karena ketika lingkungan bersih, nyaman, sejuk, dan rindang kita akan hidup sehat
”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah pulang sekolah untuk menjaga lingkungan sekitar rumah
adalah membersihkan kamar, membersihkan halaman, membersihkan selokan yang kotor dan menanam tanaman di rumah.
Hal-hal yang menarik dari santo Yohanes Bosco dari siswa yang berinisial “AL” adalah “Santo Yohanes Bosco sangat dekat dengan anak-anak muda,
mengajarkan kebaikan kepada orang-orang muda, mendidik anak-anak muda dengan baik agar menjadi cerdas
”. Cara menghidupi ketiga nilai: fides, scientia dan fraternitas adalah: fides:
menurut siswa yang berinisial “R” adalah “rajin berdoa, ke gereja, berdoa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas; scientia:
rajin belajar, rajin membuat PR dan rajin masuk sekolah; sedangkan fraternitas: bergaul dengan teman-teman, menyayangi teman-teman dan guru, tidak menyakiti
orang lain, tidak mengejek orang lain ”.
Kegiatan wawancara dengan guru IPA kelas IV dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 12.00 WITA terkait permasalahan tentang kerusakan lingkungan
yang terjadi dan cara mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan. Ada enam pertanyaan yang peneliti siapkan, yaitu
1
bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran IPA?
2 bagaimana sikap siswa terkait adanya banjir, tanah longsor yang sering terjadi di Manado akhir-akhir ini? 3 bagaimana cara bapakibu
mengajak siswa untuk peduli terhadap lingkungan di sekitar rumah dan di sekolah sekolah? 4 bagaimana cara bapakibu menerapkan tiga nilai yaitu fides, scientia
dan fraternitas dalam kehidupan siswa sehari-hari? 5 Sejauh mana pemahaman bapakibu tentang Santo Yohanes Bosco yang menjadi pelindung sekolah? 6,
Bagaimana peranpartisipasi siswa, guru dan orangtua dalam rangka memajukan sekolah?
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru pembelajaran IPA di SD Frater Don Bosco Manado, umumnya siswa sangat berminat dalam
pembelarajaran IPA yang diajarkan. Oleh sebab itu, peneliti mengutip pendapat dari guru mata pelajaran IPA kelas IV B SD Frater Don Bosco Manado yang
mengatakan bahwa: “Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA,
selalu menarik karena berkaitan dengan kehidupan setiap hari. Belajar IPA tidak sebatas teori, tetapi siswa mengalami sendiri alam dan mempelajarinya tergantung
topik pembelajaran ”. Mata Pelajaran IPA juga, memotivasi siswa untuk mau
belajar secara langsung dengan lingkungan. Melihat hasil yang sisampaikan oleh guru IPA di atas, maka sebagai seorang pendidik harus kreatif dalam mendesain
langkah-langkah pembelajaran yang menarik agar siswa tidak cepat merasa bosan. Sikap siswa terkait adanya banjir, tanah longsor yang sering terjadi di
Manado, menjadi sebuah refeleksi bagi semua warga di kota Manado, untuk menjaga, merawat dan melestarikan lingkungan hidup terutama bagi siswa dan
siswi diajarkan untuk menjaga mulai dari lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan sekitarnya. Hal ini yang diungkapkan guru IPA kelas IV dalam
wawancara. “Pengalaman selalu menjadi guru bagi semua orang. Ketika sudah
terjadi banjir pada tahun 2014, menjadi pelajaran besar karena dengan kejadian banjir ini, kita mau mencari solusi untuk mengatasi banjir tersebut. Khusus untuk
siswa terutama sebagai seorang guru IPA tentu mengajak, mengingatkan siswa untuk menjaga lingkungan sekitar, yaitu ketika melihat sampah mengambil dan
membuang pada tempatnya. Selebihnya bagaimana seorang guru juga mengajak siswa untuk memanfaatkan sampah itu dengan baik. Hal ini tampaknya sederhana,
namun jika kita tekun untuk melakukannya maka akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi orang banyak
”. Untuk mengatasi banjir ini juga, tidak dengan kata- kata saja tetapi harus ada tindakan yang nyata.
Melihat secara keseluruhan, para siswa telah menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar yaitu siswa sudah mulai membuang sampah pada
tempatnya, walaupun masih terdapat bebarapa siswa yang masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, salah satu cara mengajak siswa untuk
menjaga dan peduli terhadap lingkungan sekitar adalah melakukan kegiatan jumat bersih diganti dengan kegiatan BBM atau bersih-bersih sepuluh menit. Kegiatan
tersebut dilakukan setelah istirahat, di mana masing-masing kelas sudah dibagi tugas setiap hari Senin-Sabtu yang didampingi oleh wali kelas. Setelah sepuluh
menit, siswa mencuci tangan kemudian melanjutkan kegiatan belajar. Tiga kata kunci Fides, Scientia, dan et Fraternitas, merupakan ciri khas
dalam persekolahan SD Frater Don Bosco manado yang selalu dihidupi dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Untuk pneliti mengutip hasil wawancara
guru IPA kelas IV SD Frater Don Bosco Manado yang mengungkapkan bahwa, “kurikulum apapun yang dikeluarkan oleh pendidikan nasional, tidak melupakan
ketiga kata
tersebut yaitu
fidesberiman, scientiaberilmu,
et fraternitaspersaudaraan. Dalam dunia pendidikan, tentu kita tidak dapat hidup
sendiri. Kita hidup karena Tuhan. Hal ini yang perlu disadari bahwa dari manakah kita berasal. Tuhan telah memberikan akal budi kepada manusia, maka kehidupan
ini kita harus mengisi dengan ilmu pengetahuan. Jika ilmu itu tidak diisi, atau dikembangkan maka ilmu itu akan mati atau tidak ada gunanya. Manusia tidak
bisa hidup sendiri karena manusia adalah makhluk sosial maka fraternitas ini sangat penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Untuk itu, ketiga kata
ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia ”. Dengan demikian bahwa
manusia tidak hanya hidup dari dirinya sendiri, tetapi menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, yang memiliki akal budi dan mampu untuk bersaudara
dengan sesama dan terutama mampu bersaudara dengan lingkungan sekitar dengan baik.
Semangat Santo Yohanes Bosco yang dihidupi oleh persekolahan SD Frater Don Bosco Manado, dipandang sbagai salah satu tokoh yang patut
dihormati oleh semua warga sekolah. Salah satu ciri khas Yohanaes Bosco adalah mendidik orang-orang muda yang memiliki harapan masa depan yang tidak jelas
khususnya di bidang pendidikan. Hal ini juga yang disampaikan oleh guru IPA dalam wawancara yang mengatakan bahwa, Santo Yohanes Bosco selalu
memperhatikan atau memberi perhatian kepada anak-anak muda dan terutama bagi mereka yang kurang mampu dalam hal akademik. Dengan semangat ini,
maka Yohanes Bosco menjadi tokoh yang patut diteladani. Salah satunya kongregasi Frater CMM yang mengambil nama Yohanes Bosco sebagai
pelindung Yayasan dan persekolahan yang dikelola oleh para Frater CMM. Semangat Santo Yohanes Bosco ini juga, memiliki pengaruh yang besar antara
lain 1 mendorong guru khususnya keluarga besar SD Frater Don Bosco Manado, melakukan kegiatan selalu berpedoman pada semangat Yohanes Bosco. 2 Guru
dituntut untuk memperhatikan anak-anak yang kurang dalam akademik, guru tidak hanya mengajar tetapi semangat pelayanan yang tulus kepada anak-anak
serta tulus menjalankan profesi sebagai seorang guru. Semangat pelayanan yang tulus inilah, terbukti lewat prestasi-prestasi yang diraih oleh siswa-siswi SD Frater
Don Bosco Manado. Mengikuti perlombaan di tingkat kecamatan, kota, nasional maupun internasional bahkah pada bulan Agustus 2016 salah satu siswa SD Frater
Don Bosco Manado meraih juara dua lomba pidato internasional di Jepang. Perlu disadari bahwa keberhasilan sekolah dan siswa tidak terlepas dari
peran serta partisipasi dari orangtua siswa yang juga selalu memberi perhatian pada pendidikan khususnya di persekolahan SD Frater Don Bosco Manado.
Seperti yang disampaikan oleh guru IPA kelas IV mengungkapkan bahwa, prestasi-prestasi yang diraih oleh sekolah ini juga, tidak terlepas adanya
dukungan, peran dan perhatian orangtua pada pendidikan. Keberhasilan siswa- siswi di sekolah, tidak saja dari guru dan siswa, tetapi motivasi dan dukungan dari
dari orangtua. Peran guru di sekolah sangat mendukung kualitas pendidikan di sekolah. Di mana guru tidak sebatas mengajar, tetapi guru juga menjadi orangtua
di sekolah yang mampu mengayomi semua siswa di sekolah serta mengajarkan siswa menjadi lebih tahu tanpa membeda-bedakan.
Melihat permasalahan tentang kerusakan lingkungan berdasarkan observasi dan wawancara maka peneliti membuat suatu kesimpulan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Dalam konteks ini, peneliti menawarkan suatu produk yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP berintegrasi
pendidikan emansipatoris pada pembelajaran IPA, yang mampu membangkitkan semangat siswa serta mengajak siswa untuk berperan aktif dalam menjaga, dan
melestarikan lingkungan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tiga kata kunci penting dalam pendidikan emansipatoris yaitu humanisasi, kesadaran kritis dan demokratis. Secara lebih spesifik yaitu di lingkungan sekolah,
dengan memahami ketiga kata kunci: 1. fides maka manusia akan menyadari bahwa lingkungan ini merupakan ciptaan Tuhan yang patut dijaga dan
dilestarikan. Hal ini harus diajarkan kepada siswa sejak usia dini dengan demikian akan tumbuh kesadaran bahwa merusak alam berarti kita merusak ciptaan Tuhan.
2. Scientia, melalui pendidikan di sekolah, para siswa memperoleh ilmu pengetahuan yang mendalam. Namun hendaknya ilmu pengetahuan yang
didapatkan itu sungguh bermanfaat baik bagi dirinya, sesamanya, dan juga bagi alam semesta. Dengan ilmu yang diperoleh khususnya dalam pembelajaran IPA
maka manusia disadarkan bahwa merusak lingkungan akan berakibat fatal bagi lingkungan bahkan nyawa manusia sendiri. 3. Fraternitas, melalui nilai ini, siswa
diajarkan untuk mengembangkan sifat bersaudara bukan hanya dengan manusia saja melainkan juga dengan lingkungan alam. Dengan kesadaran ini, maka para
siswa akan disadarkan untuk senantiasa menghindari sikap destruktif terhadap alam semesta.
Wawancara selanjutnya, peneliti melakukan wawancara bersama guru IPA kelas VI SD Frater Don Bosco Manado pada tanggal 25 November 2016
pukul 13.00 WITA di LAB IPA. Dalam wawancara tersebut, guru IPA kelas VI mangatakan bahwa
“selama menjadi guru IPA di SD Frater Don Bosco Manado, melihat bahwa umumnya siswa sangat berminat dan antusias dalam mengikuti
mata pelajran IPA, karena siswa tidak saja belajar teori tetapi langsung praktek apa yang telah dipelajari dari teori tersebut
”. Selain itu siswa-siswa itu berminat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk belajar salah satunya adalah ruang LAB IPA yang sangat lengkap sehingga memudahkan guru dan siswa
dalam melakukan praktikum. Melihat fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini tentu
menjadi prihatin bagi semua manusia terutama bagi masyarakat Manado. Melihat kerusakan alam yang terjadi maka, tentu sebagai guru harus memberikan
pemahaman kepada siswa untuk menjaga, merawat lingkungan dengan cara yang sederhana adalah mengjarkan siswa untuk mebuang sampah pada tempatnya.
Mengajar siswa untuk menanam tanaman hal ini yang dilakukan oleh siswa yaitu menanam tanaman di pot selain sebagai bahan untuk praktek tetapi lebih dari itu
adalah bagaimana cara mengajarkan siswa untuk menanam dan merawat tanaman tersebut.
Untuk menerapkan ketiga kata yaitu fidesberiman, scientiaberilmu, et fraternitaspersaudaraan kepada siswa adalah mengajarkan kepada siswa untuk
bersyukur dengan melakukan doa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas baik di sekolah maupun di rumah. Selanjutnya terkait ilmu, guru tersebut mengatakan
bahwa “ilmu yang didapatkan di sekolah tentu akan berguna bagi siswa untuk
mencapai cita-cita yang diharapkan. Untuk itu yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah guru tidak sebatas mengajar teori tetapi juga keterampilan-
keterampilan yang dimilki oleh siswa dengan demikian antara pengetahuan dan skillnya akan seimbang
”. Et fraternitas sangat penting untuk itu “guru harus benar-benar menanamkan nilai-nilai persaudaraan itu kepada siswa untuk mampu
bersaudara dengan orang lain baik di sekolah, di rumah dan mengajarkan kepada siswa bahwa lingkungan sekitar juga merupakan sahabat yang patut dihargai
”. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang didapatkan oleh
peneliti, peneliti melihat bahwa proses kegiatan belajar sudah berjalan baik. Proses pembelajaran yang dilaksanakan tentu berdasarkan kurikulum yang
berlaku atau yang digunakan di sekolah tersebut yaitu kurikulum KTSP, menyiapkan perangkat pembelajaran, mengajarkan sesuai kegiatan pembelajaran.
Namun belum sepenuhnya memasukkan nilai-nilai dari pendidikan emansipatoris dan semangat santo Yohanes Bosco dalam perangkap pembelajran tersebut. Untuk
itu, dalam pembuatan produk ini, peneliti akan mengembangkan produk tersebut dengan memasukan nilai-nilai pendidikan emansipatoris, agar siswa mampu
menjadi pribadi yang bertanggung jawab, aktif, bebas menungkapkan pendapat, mampu belajar dari teman sebaya dan lingkungan serta menjadi pribadi yang
berpikir kritis.
4.2.2 Desain Produk