Martinus menunggu kabar di pos Prigen. Martinus berkoordinasi dengan Polisi Surabaya tentang nomor sekuter Waratinah. Nomor sekuter L4306, sekuter
milik nyonya Miniwendah, dia adalah orang yang mempunyai Toko Timun Emas ditaman hiburan rakyat, telfon terputus, tidak lama kemudian telfon itu berbunyi
lagi, dari agen polisi Sugiya mengabarkan bahwa perempuan yang menaiki sekuter itu pergi menuju ke Surabaya, perempuan cantik itu hanya memesan
makanan tidak bertemu dengan siapa-siapa. Waratinah kembali kerumah yang sedang direnovasi. Di rumah itu
Waratinah bertemu dengan seseorang yang mamakai kaos singlet, Waratinah di suruh masuk. Tidak lama kemudian Waratinah keluar dan pergi menuju ke Tretes.
Setelah Waratinah pergi Martinus datang ke Rumah itu dan bertemu dengan pemuda kurus yang memakai kaos singlet, Martinus meminta surat yang ditulis
oleh Waratinah. Tidak lama kemudian pemuda itu datang dengan membawa amplop yang berisi surat. Surat itu diserahkan kepada Martinus dan dibawa oleh
Martinus untuk dijadikan bukti. Kemudia Martinus pergi dan kembali ke hotel, dia melaporkan kejadian itu dengan Inspektur Suradenta bahwa perempuan yang
bernama Endang Waratinah itu adalah teman perampok Darmala yang dianggap sebagai mata-matanya.
Penyamaran Inspektur Suradenta dan teman-temannya sudah diketahui oleh Gambira. Kemudian Gambira menghampiri Inspektur Suradenta di
kamarnya, Gambira langsung masuk ke kamar Inspektur Suradenta di susul oleh Yusmanan. Gambira menanyakan kabar pak Kuswahartaka dan menjelaskan
bahwa Darmala menghilang tidak tau kemana perginya. Martinus tiba-tiba masuk
dengan tergesa-gesa. Inspektur Suradenta menganggap bahwa perampok itu mengetahui yang dilakukan ketiga polisi tersebut. Manajer hotel juga dianggap
sebagai sekongkolan Darmala karena dia yang sudah menyebarkan bahwa Inspektur Suradenta itu seorang polisi. Yusmanan di suruh untuk memberi tahu
Muchtarum orang kaya raya dari Jakarta itu supaya berhati-hati.
e. Keadaan di Sore Hari
Kota Tretes berada di pinggir Gunung Arjuna mulai dingin. Jam empat sore hotel Larasing Pareden terlihat sepi. Manajer hotel tidak terlihat sama sekali.
Endang Waratinah selesai mandi dengan memakai baju merah, yang diibaratkan “merah berarti berani” terlihat sendirian di kantor hotel.
Pembantu hotel sedang sakit, dan keponakannya di suruh agar membantu menjaga hotel, karena pak Mahendra berharap agar pembantu hotel tetap berada
di hotel Larasing Pareden yang sedang kedatangan banyak tamu. Waratinah berjalan mengelilingi hotel sambil melihat kamar hotel dan melihat suasana dalam
gudang. Endang Waratinah melihat Gambira yang keluar dari kamar, dia akan mandi. Endang Waratinah masuk ke kamar Gambira dan membuka alamari di
dalam almari ada dua tas travel yang berwarna coklat dan biru. Endang Waratinah mengambil tas travel yang berwarna biru tas itu berisi baju, celana, sisir, pasta
gigi, dan alat cukur. Mengambil lagi tas berwarna coklat tas itu ada buku catatan, didalam buku catatan ada kartu lisensi detektif.
Gambira masuk kamar dan marah karena melihat kamarnya sudah di buka dengan tanpa izin oleh Endang Waratinah. Endang Waratinah dianggap
pencuri karena tidak punya etika. Waratinah berusaha pergi tetapi tidak bisa,
ketika ada kesempatan pergi tiba-tiba ditarik pinggangnya oleh Gambira dan dijatuhkan di tempat tidur. Waratinah akan diperkosa, Gambira menggunakan
kesempatan itu untuk memperkosa Waratinah, kemudian Waratinah meludahi muka Gambira dan Gambira mencoba membersihkan di pipi Waratinah kemudian
Waratinah menggigit pipi Gambira kemudian Waratinah pergi sambil berlari. Hotel tetap terlihat sepi ketika sampai di kamar mandi umum Endang
Waratinah melihat Muchtarum yang terlihat pucat, berjalan dengan sempoyongan. Setelah kepulangan Muchtarum dari Gua dekat makam mbah jaga
dia terlihat lelah, karena baru saja menemui Darmala tetapi yang dia lihat hanya mayat yang ada di guwa itu. Kemudian Waratinah mengantar Muchtarum sampai
ke kamar no 5. Endang Waratinah penasaran dengan keadaan Muchtarum karena tidak seperti biasanya, kemudian Endang Waratinah mencari rokok di sakunya
tetapi di dalam saku Endang waratinah mendapatkan kertas yang intinya bahwa Muchtarum di suruh menyerahkan uang sebanyak satu setengah juta dan
perhiasan. Di suruh mengantar ke guwa dekat makam Mbah Jaga. Endang waratinah pergi ke guwa untuk mengetahui kejadian apa yang dilihat oleh
Muchtarum, setelah Waratinah sampai ke guwa itu, dia melihat ada seseorang yang memakai baju putih bersandar di tembok guwa itu, ternyata orang itu sudah
berlumuran darah dan menjadi mayat, orang itu di bunuh menggunakan
Glathi
. Tiba-tiba waratinah di pegang tangannya oleh seseorang dan di borgol.
Ketika Endang Waratinah pergi kemudian Gambira keluar dari kamar, langsung memesan minuman pada keponakan pembantu hotel. Gambira juga
berpesan kepada ponakan pembantu hotel agar disampaikan kepada manajer hotel