RUMUSAN MASALAH : TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN Kiprah PDI Perjuangan di Era Reformasi

commit to user ADA. Dalam Pemilukada yang digelar 19 Maret 2011 lalu, pasangan Agus Facturrahman-Daryanto ADA yang membawa Jargon Kampanye “PERUBAHAN “ berhasil menjadi pemenang dan mengalahkan Pasangan YUDA dengan menguasai 50,6 suara pemilih.

B. RUMUSAN MASALAH :

Dari paparan yang telah disampaikan di atas dapat diketahui bahwa sekalipun Pasangan YUDA memiliki kelebihan daripada calon yang lain yakni dari segi dukungan partai politik, popularitas, strategi politik maupun dana yang sangat besar, namun Pasangan YUDA Yuni-Darmawan hanya bisa meraih 44,2 suara dan harus menerima kekalahan dari Pasangan ADA Agus-Daryanto dengan menguasai 50,6 suara pemilih. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1. Bagaimana kegiatan kampanye politik yang dilakukan Pasangan YUDA dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2011 ? 2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kekalahan Pasangan YUDA dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2011 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan kampanye politik Pasangan YUDA dalam mencari massa dan dukungan dalam Pemilukada Sragen 2011. commit to user 2. Untuk mengetahui berbagai kendala atau faktor-fator yang menyebabkan kekalahan Pasangan YUDA dalam Pemilukada Sragen 2011. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pemikiran, serta dapat bermanfaat dalam mempraktekan ilmu dan teori tentang ilmu politik yang telah dipelajari.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan memperkaya khazanah pengetahuan di bidang komunikasi, khususnya kajian tentang komunikasi politik. 2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang kegiatan kampanye politik, khususnya tentang kegiatan kampanye politik calon kepala daerah dalam Pilkada secara langsung.

E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi Politik

Komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat terpisahkan dalam keseharian manusia di berbagai bidang. Di dalam setiap realitas kehidupan politik pasti terjadi komunikasi. Komunikasi tidak hanya tampil dalam bentuk aksi-aksi protes menuntut hak yang terampas maupun menyuarakan aspirasi tetapi kehidupan politik meniscayakan adanya rapat, pidato, kampanye, kontak antar lembaga, debat dalam sidang parlemen, perundingan ataupun negoisasi. commit to user Secara etimologis Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Untuk pengertian secara definitif komunikasi dinyatakan oleh Carl I. Hoveland sebagai berikut : “Communication is the proces by which an individual transmit stimuli usually verbal symbols to modify the behaviour of another individuals.” Komunikasi adalah sebuah proses dimana seorang individu mengirim atau mentransfer stimulan yang biasanya berupa lambang-lambang verbal - untuk mengubah perilaku individu lain. Menurut Littlejohn di dalam komunikasi terdapat level atau tingkatan komunikasi yakni Komunikasi Antar Personal, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Organisasi dan Komunikasi Massa. Komunikasi Antar Personal adalah komunikasi yang melibatkan antar sesama orang atau individu dan biasanya face to face. Komunikasi Kelompok adalah komunikasi atau hubungan antara individu di dalam kelompok kecil, dan biasanya dilakukan dalam merencanakan pengambilan keputus. Komunikasi organisasi lebih kompleks lagi, karena hubungannya tidak hanya melibatkan antar individu akan tetapi juga antara individu dengan kelompok-kelompok. Sedangkan Komunikasi Massa adalah komunikasi yang melibatkan ranah publik, dan memuat banyak hubungan, yakni hubungan antarpersonal, kelompok, dan organisasi. 3 Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect Siapa Mengatakan Apa, Melalui Saluran Apa, Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa. Jawaban dari pertanyaan tersebut 3 Stephen W.Littlejohn,1998.Theories of Human Communication, Wadworths Publishing Company, USA, hal. 17 commit to user menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan, yakni : - Komunikator communicator, source, sender - Pesan Message - Media channel,media - Komunikan communicant, communicare, receiver, recipient - Efek effect, impact, influence Lebih lanjut lagi Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi meliputi 3 hal, yakni : 1. The surveillance of the environment pengamatan lingkungan. Fungsi ini merupakan kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa dalam suatu lingkungan, seperti penggarapan dan penyampaian berita. 2. The correlation of the parts of society in responding to the environment korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan. Fungsi ini merupakan kegiatan interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan, seperti propaganda-propaganda atau tajuk rencana. 3. The transmission of the social heritage from one generation to the next transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Fungsi ini merupakan kegiatan pengkomunikasian informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari commit to user anggota suatu kelompok kepada pendatang baru, seperti kegiatan pendidikanpembelajaran. 4 Source-Message-Channel-Receiver Theory. S-M-C-R merupakan singkatan dari Source sumber - Message pesan - Channel saluranmedia - Receiver penerimakomunikan. Pada rumus S - M - C - R, khusus mengenai C channel yang berarti saluran atau media dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Saluran primer adalah media yang merupakan lambang, misalnya bahasa, gambar atau warna yang digunakan dalam komunikasi tatap muka face to face communication, sedangkan saluran sekunder adalah media berwujud, baik media massa misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media non massa, misalnya surat, telepon atau poster. Untuk masyarakat perkotaan atau kelas menengah atas, komunikasi politik melalui media massa sangat efektif karena pola hidup mereka yang sibuk tidak memberi mereka peluang untuk melakukan komunikasi langsung dengan orang lain. Apalagi kalau mereka tidak punya kepentingan langsung dengan sang komunikator. Bagi mereka, media massa cetak dan elektronik merupakan sarana paling efektif untuk mengetahui dan menyampaikan umpan balik setiap pesan politik yang ada. Sementara untuk masyarakat pedesaan, apalagi masyarakat pedalaman yang secara literal tidak memiliki tradisi membaca, pesan politik hanya bisa disampaikan oleh sistem komunikasi tradisional. Dalam konteks ini, komunikasi yang paling efektif adalah dengan menggunakan sistem komunikasi lokal yang 4 Onong Uchana.Efendi,1993. “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi”, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 253. commit to user sesuai dengan budaya masyarakat. Pendekatan-pendekatan interpersonal dengan tokoh-tokoh lokal yang menjadi pengatur lalu lintas opini menjadi kunci keberhasilan dalam sistem komunikasi tradisional ini. 5 Menurut McQuail 1992: 472-243 menyatakan bahwa“ Political Communication all processes of information including facts,opinions, belieffs, etc. transmission, exchange and search angaged in by participants in the course of institutionalized political activities” Komunikasi Politik adalah semua proses penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga. 6 “ Political Communication is a sub-field of political science and communication that deals with the production, dissemination, procession and effects of information, both through media and interpersonally, within a political context. This includes the study of the media, the analysis of speeches by politicians and those that are trying to influence the political process, and formal and informal conversations among members of the public, among other aspects. “ Menurut Jurnal International dalam wikipedia dijelaskan bahwa Komunikasi Politik adalah sub-bidang ilmu politik dan komunikasi yang berhubungan dengan penyebaran proses, produksi, dan efek informasi. Baik melalui media dan interpersonal dalam konteks politik. Konteks ini mencakup studi terhadap media, analisis pidato oleh para politisi dan orang-orang yang 5 M.Rizwan Haji Ali. 2007. Strategi Politik Memenangkan Pilkada Damai, Tulisan opini di dalam www.acehinstitute.org. 6 Pawito, 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta: Jalasutra, hal .2 commit to user mencoba untuk mempengaruhi proses politik, percakapan formal dan informal di antara anggota masyarakat dan di antara aspek-aspek lainnya. 7 Sedangkan pengertian Komunikasi politik menurut Lord Windlesham seperti yang dikutip oleh Dan Nimmo adalah sebagai berikut : “Political communication is the deliberate passing of a political message by a sender to a receiver behave in a way might not oyherwise have done. “ Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk membuat komunikan berperilaku tertentu. Jadi yang menjadi inti permasalahan dan pembahasan pada komunikasi politik adalah isi pesan dan tujuannya. Dari definisi tentang komunikasi politik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi politik, maka politik adalah isi pesan dan atau tujuan dari sebuah komunikasi politik. Dalam studi komunikasi politik terdapat tiga elemen penting yang saling berhubungan erat dalam menciptakan proses komunikasi politik. Pertama adalah organisasi politik seperti partai politik, organisasi masyarakat, kelompok penekan, organisasi ‘peneror’, dan pemerintahan. Sedang yang kedua adalah media dan ketiga adalah warga negara. Di dalam kehidupan kehidupan berdemokrasi, maka kegiatan komunikasi politik sangat lazim dilakukan, terlebih lagi ketika memasuki proses menjelang pemilu 7 James L. Bonville, jimbonville.Political Communication. International Journal of Communication 2 2008, http:en.wikipedia.orgwikiCommunication. diposting tanggal 15 Mei 2011. commit to user maupun pilkada. Pada saat proses tersebut berlangsung, maka aktivitas komunikasi politik terlihat dimana mana dan sangat tinggi sekali intensitasnya. Di dalam iklim politik yang penuh dengan persaingan terbuka dan transparan, maka setiap kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilittasi mereka dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin dan program kerja partai kepada masyarakat. Dengan metode dan strategi yang tepat, maka diharapkan segala sesuatu yang menjadi cita-cita dan harapan partai politik dapat tercapai. Jadi untuk dapat memenangkan sebuah pemilihan kepala daerah Pilkada maka pendekatan dan komunikasi politik harus dijalankan secara optimal oleh para kontestan. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk mengidentifikasi besaran size pendukungnya, massa mengambang dan pendukung kontestan lainnya.

2. Kampanye Politik

Telah banyak sekali diadakan penelitian tentang studi Kampanye Politik yang relevan, di antaranya adalah : Penelitian tentang Kampanye Politik yang dilakukan oleh Dwi Wulansari 2005. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini mengambil studi tentang Strategi Kampanye PKS Kota Surakarta dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2004. Dari penelitian tersebut didapatkan suatu kesimpulan bahwa, PKS menggunakan gaya political publicrelation dalam mengkomunikasikan pesan kepada khalayak. Selain itu, commit to user Strategi yang dipakai oleh PKS adalah melakukan pencitraan partai untuk meraih simpati dan dukungan dari publik. 8 Penelitian tentang Kampanye Politik yang lain adalah Penelitian oleh Gina Ramandha 2008, yakni mengambil studi tentang Teknik Kampanye Hubungan Masyarakat Tim Sukses Pasangan Cabup-Cawabup H.Ismet Iskandar - H.Rano Karno dalam memenangkan Pilkada di Kabupaten Tangerang Tahun 2008. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan meteode penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian tersebut, diambil kesimpulan bahwa teknik kampanye memperoleh empati sangat bermanfaat untuk mendapatkan dukungan massa dalam Pilkada Kota Tangerang 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Windhy Jayanti 2009. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini mengambil studi tentang Manajemen Tim Pemenangan Pemilu SBY-Boediono dalam Pilpres 2009. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam Penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Strategi kampanye politik yang dilakukan Tim kampanye SBY-Boediono banyak mengedepankan visi dan misi serta program kerja yang telah dibangun oleh SBY ketika menjadi Presiden periode 2004-2009. Hal ini dilakukan dengan berbagai bantuan media, yakni media cetak maupun media elektronik. Selain itu, tim kampanye juga 8 Dwi Wulansari, 2005. Strategi Kampanye PKS Kota Surakarta dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2004 . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta commit to user menerapkan Strategi Pencitraan melalui ketokohan dari calon yang diusung yakni SBY dan Boediono. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Urip Rahayu D 0204124 2009. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini mengambil studi tentang Strategi Pemasaran Politik Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari proses strategi marketing, BWC menempatkan Bibit Waluyo sebagai kandidat yang berpihak pada masyarakat kecil. Dalam strateginya BWC menggunakan alat presentasi dan tiga pendekatan pasar . Secara keseluruhan , strategi pemasaran yang dilakukan oleh BWC surakarta sudah memenuhi sembilan elemen pemasaran politik, meskipun pada beberapa aspek kurang dilaksanakan secara utuh dan adaptif. Dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu hasil atau kesimpulan yang menjelaskan bahwa Strategi Pemasaran Politik yang dilakukan oleh Tim Relawan Bibit Waluyo berpengaruh pada kemenangan pasangan tersebut. Dari beberapa penelitian tentang kampanye politik di atas, maka sangat jelas sekali bahwa Komunikasi Politik yang terjadi dalam kampanye pemilihan kepala daerah menjadi kunci dari keberhasilan menyampaikan pesan politik. Kampanye politik yang dilakukan oleh calon Kepala Daerah ditujukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang visi, misi serta berbagai program yang ditawarkan oleh calon Kepala Daerah. Selain itu, Kampanye Politik yang dibangun oleh calon kepala daerah tidak terlepas dari Tim pemenangan calon 9 Windhy Jayanti,” Manajemen kampanye Tim Pemenangan Pemilu SBY-Boediyono dalam Pilpres2009” . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user kepala daerah yang bertugas untuk merancang strategi kampanye politik yang hendak dijalankan oleh pasangan calon kepala daerah. Kampanye Politik pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari komunikasi poliltik. Untuk dapat menyusun sebuah kampanye politik yang efektif, maka kita harus dapat memahami komunikasi politik terlebih dahulu. Komunikasi politik menjadi hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh setiap elit politik. Karena komunikasi politik menjadi kunci yang utama bagi partai politik maupun kandidat dalam menyampaiakan pesan kepada massa maupun pendukungnya. Identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh pada saat pencoblosan dan juga untuk mengidentifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan maupun partai politik, karena pesaing juga secara intens melakukan upaya-upaya untuk memenangkan persaingan politik. 10 Banyak sekali definisi mengenai Kampanye yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah : Rice dan Paisley : “ Someone’s intention to influence someone else’s beliefs or behavior using communicated appeals.” Kampanye diartikan sebagai keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan atau tingkah laku orang lain dengan menggunakan daya tarik komunikasi. Sedangkan menurut Kotler dan Roberto 1989 , “ Campaign is an organized conducted by one group the change agent which intends to persuade 10 Firmanzah, 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Reaitas, Jakarta : Yayasan Obor Indonsia, hlm.123 commit to user others the target adopter, to accept, modify, or abandon certains idea, attitudes practices and behavior.” Kampaye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok agen perubahan yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu. 11 Selain definisi di atas, maka Rogers dan Storey, menjelaskan bahwa kampanye sebagai “ Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.” 12 “ A political campaign is an organized effort which seeks to influence the decision making process within a specific group. In democracies, political campaigns often refer to electoral campaigns, wherein representatives are chosen or referendums are decided.” Sebuah kampanye politik adalah usaha yang terorganisir yang berusaha untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam suatu kelompok tertentu. Dalam demokrasi , kampanye politik sering menyebut pemilu kampanye, dimana wakil-wakil dipilih atau referendum yang memutuskan. 13 Dari definisi di atas, maka setiap aktifitas kampanye konunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni : 1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu. 2. Jumlah khalayak sasaran yang besar 3. Biasanya dipusatkan pada kurun waktu tertentu 4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. 11 Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.284 12 Antar Venus, 2004.Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama Media, Bandung,2004, hal 7 13 Daniel Kreiss and Philip N. Howard. political campaign . International Journal of Communication 4 2010, 1032–1050 1932–803620101032Copyright © 2010. Licensed under the Creative Commons Attribution, diposting 20 Maret 2011. commit to user Kampanye adalah bagian dari bentuk komunikasi, yakni proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media sehingga menimbulkan efek tertentu. Dari proses komunikasi tersebut, maka yang dimaksud dengan komunuikator adalah pelaksana kampanye itu sendiri the campaigner tentang suatu kegiatan the campaign setting, yaitu isi pesan yang disampaikan melaluimedia tertentu the chanell dengan tujuan untuk mempengaruhi komunikan the audience, dan dengan harapan membawa dampak tertentu pada diri khalayak the effects. 14

3. Efek dan Tujuan Kampanye

Efek komunikasi dalam kampanye, merupakan bagian penting dalam pencapain tujuan kampanye. Efek yang diharapkan timbul dari proses komunikasi dalam kampanye adalah : 1. Dampak Kognitif Komunikan mengetahui atau meningkat intelektualitasnya. Pesan ditujukan kepada pikiran si komunikan. Tujuan komunikator berkisar pada upaya mengubah pikiran komunikan. 2. Dampak Afektif Komunikan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu, misalnya sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Dampak Behavioral Dampak ini dalah dampak yang paling tinggi kadarnya, timbul pada diri komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau tindakan. 14 Harsono Suwardi, dalam Strategi Pemasaran Politik Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2008, Skripsi Urip Rahayu D 0204124 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS 2009,Hal.16 commit to user Di dalam konteks antar partai maka terdapat tiga tujuan kampanye, yakni : 1. Ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu partai dan agar mereka memilih sesuai dengan kesetiaan itu. 2. Ada kegiatan untuk menjajaki warga negara yang tidak terikat pada partai dan menurut istilah Kenneth Burke untuk menciptakan pengidentifikasi di antara golongan independen. 3. Ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk mengalihkan kepercayaan dan nilai anggota partai, melainkan untuk meyakinkan rakyat bahwa keadaan lebih baik jika dalam kampanye ini mereka memilih kandidat dari partai lain. 15 Sedangkan pengertian kampanye yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kampanye di dalam dunia politik atau kampanye dalam konteks pemilihan kepala daerah, dalam hal ini adalah kampanye pemilihan bupati maupun wakil bupati. Untuk dapat membedakan perbedaan antara kampanye sosial social campaigns dengan kampanye komersial commercial campaigns ataupun perbedaannya dengan kampanye politik political campaigns, maka kita harus mengetahui jenis atau tipe kampanye, bentuk atau gaya kampanye yang dipakai serta model kampanye yang digunakan.

3.1 Jenis dan Tipe Kampanye

Berbagai jenis maupun tipe kampanye pada dasarnya ditentukan oleh motivasi yang melatar belakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Dan motivasi inilah yang akan menentukan ke arah mana kampanye ini akan 15 Dan Nimmo, Komunikasi Politik, terjemahan : Tjun Surjaman, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. hal. 192 commit to user digerakkan dan tujuan apa yang akan dicapai. Berdasarkan keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye tersebut, Charles U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni 16 : 1. Product Oriented Campaigns : Kampanye yang berorientasi pada produk. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipat gandakan penjualan, sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan commercial campaign atau coorporate campaigns. 2. Candidate Oriented Campaigns : Sebuah kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik ayng diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan political campaigns. 3. Ideologically or Cause Oriented Campaigns : Bentuk kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye ini ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melaui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan social change campaigns. 16 Antar Venus, Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama, Bandung, 2004, hal.11 commit to user Jadi untuk jenis kampanye yang sesuai dengan penelitian ini adalah kampanye yang berorientasi pada kandidat atau candidate oriented campaigns. Hal ini karena kampanye yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan maupun Tim Sukses Pasangan Yuni-Darmawan adalah kampanye yang bertujuan untuk memenangkan seoarang kandidat dalam pemilihan kepala daerah Pilkada Sragen 2011.

3.2 Media Kampanye Politik

Di dalam pustaka komunikasi politik terdapat enam media kampanye, yakni mingling, printed matter, rallies, speech, radio dan TV spot; dan joint forum or debate. 17 Mingling berarti bergaul. Kampanye dengan media ini adalah kandidat pergi menemui calon pemilih ke tempat masing-masing dan tidak mengarahkan mereka ke satu tempat. Kandidat mendatangi pemilih di suatu pasar, mall, kampus, restoran dan tempat lain,di mana rakyat yang didatangi diajak berjabat tangan menyapa dengan penuh persahabatan dan sebagainya. Kedua, printed matter adalah media kampanye berupa barang cetakan yang berupa lambang partai, foto kandidat, tanda anggota, brosur-brosur yang berisi program partai kandidat, stiker yang disebarluaskan pada rakyat pemilih, sehingga mereka mengenal kandidat dan partai yang mengusung. 17 PJ. Suwarno, “ Mengurangi Bentrokan kampanye”, dalam Strategi Pemasaran Politik Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2008, Skripsi jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS 2009,Hal.16 commit to user Ketiga, rallies merupakan media kampanye yang paling menggairahkan dan melibatkan banyak orang secara langsung seperti yang sudah dikenal di Indonesia sampai sekarang, misalnya arak-arakan atau pawai massal. Keempat, speech yakni media kampanye yang berupa pidato. Biasanya dilakukan sesudah arak-arakan massa atau pawai, berkumpul satu tempat atau di tanah lapang. Tetapi pidato yang mengikuti kampanye arak-arakan tersebut sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai bentuk kampanye pidato. Pidato itu merupakan bagian dari media rallies, sebab isinya masih bertujuan untuk menggairahkan massa. Biasanya pidato tersbut melibatkan artis celebrity endorsment. Kelima, radio dan tv Spot. Media kampanye ini di Indonesia sudah dimulai dengan istilah kampanye dialogis. Namun dapat dikemas lebih umum seperti misalnya dibuka dengan tanya jawab dengan penonton atau pendengar di rumah dengan hubungan langsung, sehingga maksud kampanye untuk memperkenalkan kandidat atau partai pada pemilih dapat benar-benar tercapai. Terakhir, adalah kampanye dengan media joint for um or debate. Dalam forum ini para kandiadat akan diuji kemampuannya dalam memaparkan visi, misi dan program programnya serta menjawab dan memberi solusi atas pertanyaan dari panelis. Dengan metode seperti ini, maka publik bisa mengetahui kecakapan dari masing masing kandidat atau calon yang bersaing.

4. Strategi dan Teknik dalam Kampanye Politik

Menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah Pilkada , maka partai politik atau kandidat calon bupati pasti selalu melakukan upaya atau strategi commit to user untuk mendapatkan suara atau massa sebanyak-banyaknya. Upaya-upaya untuk mempengaruhi pemilih tersebut dapat dilakukan melalui strategi komunikasi politik dan menerapkan strategi kampanye politik. Pemasaran politik merupakan serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. 18 Onong Uchjana Effendi 2004; 32, menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan planning dan manajenen management untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan Strategi komunikasi yang merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi yakni unuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan approach bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. 19 Agar dapat memenangkan persaingan dalam bidang politik, maka diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan politik, tanpa adanya suatu strategi yang baik maka partai politik tidak akan mampu bersaing dan memenangkan persaingan politik. 20 Perencanaan kampanye merupakan cetak biru blue print yang lengkap dari rangkaian tahap demi tahap kegiatan kampanye yang akan dilakukan oleh tim 18 Adman Nursal,2004.Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan Umum, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. hal.21 19 Onong Uchana, Effendi,2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, hal 32 20 Achmad Herry,2005. 9 Kunci Sukses Tim Sukses Dalam Pilkada Langsung,Yogyakarta: Galang Press, hal.15 commit to user kampanye dalam upaya untuk mencapai tujuan dan keberhasilan kampanye. Secara sederhana, perencanaan kampanye dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses yang bersifat terstruktur dari upaya kampanye atau pemasarn politik, Rangkaian proses ini mencakup beberapa unsur pokok, yakni a. Penelitian dan analisis mengenai kecenderungan –kecenderungan situasi dan masyarakat pemilih. b. Analisis SWOT mengenai partai atau kandidat c. Tujuan-tujuan kampaye, bersifat target dan tujuan dari kampanye dan pemasaran politik dalam konteks pemilihan untuk memenangkan pemilihan. d. Strategi-strategi kampanye atau pemasaran politik. e. Program-program kegiatan beserta segala dukungan yang dibutuhkan, termasuk dana. f. Monitoring atau kontrol terhadap implementasi perencanaan. 21

5. Faktor Penghambat dan Penunjang Keberhasilan suatu Kampanye

Di dalam suatu kegiatan kampanye politik, baik kampanye pemilu legislatif, pemilu presiden maupun pemilu kepala daerah pasti banyak terdapat faktor yang dapat menghambat dan menunjang jalannya suatu kampanye. Di bawah ini pendapat para ahli terkait faktor-faktor yang menjadi penghambat maupun penunjang jalannya suatu kampanye. a. Faktor –faktor Penghambat dalam kampanye 21 Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta, 2008. hal.219 . commit to user Menurut Kotler dan Roberto 1989, ketidakberhasilan sebagian besar kampanye biasanya disebabkan oleh 22 : 1. Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat. Mereka mengalamatkan kampanye kepada semua orang, hasilnya kampanye menjadi tidak fokus dan tidak efektif. 2. Pesan-pesan yang disampaikan dalam kampanye juga tidak mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerangkan gagasan yang diterima. 3. Pesan-pesan tersebut juga memberikan petunjuk bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan. 4. Pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya dengan komunikasi antar pribadi. 5. Anggaran untuk membiayai program kampanye tersebut tidak memadai, sehingga pelaku kampanye tidak berbuat secara total. b. Faktor-faktor Penunjang Keberhasilan dalam Kampanye Menurut Rogers dan Storey, kesuksesan dalam sebuah kampanye ditandai oleh empat hal, yakni : a. Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisis khalayak sasaran kampanye. b. Pesan-pesan dalam kampanye dirancang secara segmentatif sesuai dengan jenis khalayak yang dihadapi. c. Penetapan tujuan yang realistis 22 Antar Venus, Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama, Bandung, 2004, hal.131 commit to user d. Kampanye lewat media massa akan mendatangkan keberhasilan jika ditindaklanjuti dengan komunikasi interpersonal. Sedangkan menurut Mendelsohn terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh campaign makers jika menginginkan suatu kampanye dapat berjalan dengan sukses, yakni : a. Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai dengan situasi masalah dan sumber daya yang tersedia. b. Menyampaikan pesan kampanye hanya melalui media massa saja tidak cukup, pemanfaatan berbagai saluran komunikasi secara terpadu perlu dilakukan teruatama saluran komunikasi interpersonal. c. Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi secara memadai. Khalayak sasaran tidak boleh diperlakukan sebagai monolithic mass massa yang seragam melainkan sebagai sasaran yang beragam. Dalam suatu persaingan di dunia politik, suatu partai politik atau kontestan membutuhkan suara dari para pemilih agar bisa berkiprah di dunia politik. Untuk itu, maka kontestan politik harus bisa memahami pemilih mereka. Tanpa adanya pemahaman ini, maka mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, sehingga akan gagal untuk menyelenggarakan tujuan mereka di dunia politik. 23 Selain beberapa hal di atas terdapat hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan seorang kandidat atau calon untuk dapat menjadi pemenang dalam event Pilkada, yakni : 23 Firmansyah, Marketing Politik. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007 hal.101 commit to user a. Popularitas Di dalam event Pemilihan Kepala Daerah secara langsung popularitas figur memainkan peran yang sangat significant dalam mendulang perolehan suara. Dalam ranah kajian voting behavior sendiri, popularitas adalah key success factor yang tak dapat ditawar-tawar bagi seorang politisi untuk merintis jalan menuju kekuasaan. Popularitas adalah modal dasar bagi seoarang kandidat untuk terpilih elektabilitas. Seorang calon atau kandidat yang memiliki popularitas yang tinggi pasti akan memilki peluang terpilih yang tinggi bila dibandingkan dengan calon atau kandidat yang tidak populer terkenal di mata publik. b. Akseptabilitas : Selain faktor popularitas maka faktor lain yang harus diperhatikan oleh seorang kandidat atau tim sukses adalah dengan mengukur akseptabilitas dari calon yang hendak maju dalam sebuah pertarungan Pilkada. Saat ini popularitas bukan satu-satunya faktor yang membuat seseorang bisa menjadi pemenang dalam event pemilihan kepala daerah. Karena dalam era sekarang masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilih seorang calon yang dianggap memiliki kompetensi, integritas, kredibilitas, dan akseptabilitas yang tinggi. Dengan adanya penerimaan yang tinggi dari masyarakat kepada calon atau kandidat maka akan menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat untuk menentukan pilihan politiknya. c. Dana Uang : Dana atau uang adalah salah satu sumber daya yang penting dan harus dimiliki untuk kelancaran program kampanye. Jika commit to user kandidat memiliki financial besar tentu saja tim bisa membuat program pemenangan yang lebih fariatif, kreatif dan lebih banyak. d. Strategi : Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi metode, teknik dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk dapat memenangkan sebuah pertarungan dalam event Pilkada maka strategi komunikasi politik harus dikemas dengan baik. Dengan menerapkan strategi komuniksi politik yang tepat maka seorang kandidat pasti akan dapat mengalahkan pesaingnya. Namun dalam hal ini juga harus didukung dengan faktor-faktor pendukung lainnya, seperti Popularitas Kandidat, Akseptabilitas dan dibantu dengan Dana anggaran yang mencukupi.

6. Fungsi Partai Politik

Perkembangan politik di tanah air, yakni pasca tumbangnya rezim Orde Baru ternyata membuat perubahan yang sangat besar. Salah satunya adalah kembalinya sistem multi-partai yang dulu pernah dianut oleh bangsa Indonesia pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk memperoleh commit to user kekuasaan poliik dan merebut kedudukan politik, dengan cara konsitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. 24 Menurut Carl J. Friedrich, Partai Politik adalah “ Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau memperahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupaun matteriil” A political party is a group of human beings, stably organizedwith the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a government, with the further objective of giving to members of the pary, through such control ideal and material benefits and advantages 25 Di dalam negara demokratis, maka partai politik memiliki beberapa fungsi. Beberapa fungsi tersebut adalah sebagi berikut : 1. Partai Politik Sebagai Sarana Komunikasi Politik Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan pendapat dan aspirasi dari masyarakat, serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat dapa berkurang. Dalam hal ini partai politik merumuskan berbagai aspirasi atau pendapat masyarakat sebagai usul kebijaksaan. Kemudian usul kebijakksanaan tersebut dimasukkan dalam program partai unuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan sebagai kebijaksanaan umum public policy 2. Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik 24 Firmanzah, 2009.Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Ideologi Politik di Era Demokrasi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, hal. 15 25 Miriam Budiarjo,1983. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakara: PT Gramedia, hlm.161 commit to user Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat. Dalam hubungan ini, partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Untuk memenangkan persaingan politik, maka partai politik harus mendapatkan dukungan seluas mungkin dari massa. Untuk itu, partai berusaha menciptakan “ image “ bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Proses sosialisasi tersebut diselenggarakan melalui ceramah-ceramah peneranga, kursus kader, penataran kader dan sebagainya. 3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekruitmen Politik Di sini partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak setiap orang yang berbakat untuk tturut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai politycal recruitment. Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik, yakni dengan menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader sehingga di masa yang akan datang bisa mengganti pimpinan lama selection of leadership 4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur konflik conflict management Di dalam suasana demokrasi, maka persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan hal yang dianggap wajar. Namun jika sampai terjadi konflik yang idak diinginkan, maka partai politik berusaha untuk menyelesaikannya 26 26 Ibid, hlm.163 commit to user METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan, mengontrol gejala-gejala, dan mengemukakan prediksi-prediksi, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman dan memaparkan mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala komunikasi bisa terjadi.

2. Obyek Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini maka yang menjadi objek dari penelitian adalah berbagai tahapan maupun kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh Pasangan dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati – Ir. Darmawan Minto Basuki, MM, MT menjelang pilkada Sragen 2011. Penelitian ini juga dilakukan di Kantor DPC PDI-P Sragen dan Posko Tim Sukses Pasangan YUDA. Secara lebih konkrit yang menjadi objek penelitian ini adalah elemen- elemen atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan maupun kampanye politik baik yang dilakukan oleh Tim Sukses Pasangan YU-DA maupun tim sukses dan partai pendukung Pasangan YUDA dalam Pilkada Sragen 2011.

3. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis data: 1. Sumber Data Primer Adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari objek penelitian atau lapangan. Dalam penelitian ini data-data diperoleh langsung dari sumber di lokasi penelitian, diantaranya dengan mengikuti dan mengadakan pengamatan commit to user terhadap kegiatan kampanye politik Tim sukses pasangan YU-DA dalam pilkada Sragen 2011 dan melakukan wawancara dengan Tim sukses pasangan YU-DA. Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan berbagi kegiatan yang diikuti selama proses kampanye pasangan YUDA. 2. Sumber Data Sekunder Adalah data yang diperoleh peneliti dalam bentuk data yang sudah berupa publikasi terkait dengan penelitian untuk melengkapi data primer. Sumber data pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yang didapat dari buku-buku pendukung, artikel koran, majalah, jurnal, hasil dokumentasi, skripsi dan informasi yang diperoleh dari berbagai media massa. Dalam penelitian ini didapatkan data-data yang berhubungan dengan kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Pasangan YUDA. Data ini didapat dari artikel berbagai surat kabar, antara lain adalah pemberitaan tentang kegiatan Kampanye Pasangan YUDA yang didapat lewat surat kabar Solo Pos, Jawa Pos, Joglo Semar dan informasi seputar kampanye lewat media internet. Selain itu, juga didapat data berupa arsip kegiatan kampanye yang berasal dari DPC PDI Perjuangan Sragen maupun arsip data dari Tim Sukses Pasangan YUDA.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua, yakni data primer dan data sekunder. Untuk pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain adalah : commit to user a. Wawancara atau Interview Wawancara atau Interview merupakan suatu cara yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Pasangan YUDA. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada beberapa narasumber atau informan. Dalam pelaksanaan wawancara, pertanyaan pokok yang diajukan adalah mengenai bagaimana kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh Pasangan YUDA dan berbagai persiapan Pasangan YUDA dalam Pemilukada Sragen 2011. Pelaksanaan wawancara dilakukan setelah pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Sragen antara rentang waktu 26 Maret 2011 – 1 April 2011. Dalam pelaksanaan wawancara peneliti menghampiri langsung narasumber di tempat masing-masing seperti Kantor DPC dan kediaman pribadi narasumber. Dalam penelitian ini, maka jenis wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara interview guide . Jenis interview guide pada umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian. 27 Dalam metode ini, pewawancara biasanya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan singkat yang akan dikembangkan sesuai dengan konteks dan situasi wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah langkah- langkah sistemasi data yang masuk. Pedoman wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan pertanyaan yang mendetail, akan tetapi sekedar garis besar tentang data atau informasi yang ingin 27 Pawito, 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta: Jalasutra, hal 70 commit to user didapatkan dari informan. Sehingga nanti dapat dikembangkan oleh pewawancara ketika melakukan wawancara dengan narasumber. Berikut adalah daftar nama narasumber dalam wawancara : 1.BAMBANG SAMEKTO, SH : Ketua Tim Sukses YUDA 2.LAKSANA AR, SH : Wakil Ketua Bidang Hukum Advokasi 3.SIGIT PRAMONO : Wakil Ketua Bidang Saksi Penghitungan 4.SUPRIYANTO, S. Pd : Wakil Sekretaris DPC PDI P Sragen 5.WIHARTONO : Wakil Ketua Bidang Kampanye Logistik b. Observasi atau Pengamatan Penelitian dengan menggunakan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secar sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat 28 . Observasi yang dilakukan adalah bersifat non sistematis, artinya tidak menggunakan instrumen atau alat pengamatan dalam mengamati aktivitas dan pelaksanaan kegiatan kampanye politik Pasangan YUDA dalam menghadapi Pilkada Sragen 2011. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara participant observasion, namun sebatas active participant observasion, yakni peneliti ikut ambil bagian sampai tingkat tertentu dalam kegiatan kampanye pemenangan Pasangan YUDA, dan dalam hal ini peneliti tidak menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Pada tahapan observasi, peneliti mengamati segala bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh pasangan YUDA secara langsung atau 28 Pawito, 2007.Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS, hal 111 commit to user melakukan pengamatan melalui media massa. Observasi ini dilakukan dalam kurun waktu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Sebelum massa kampanye dimulai, peneliti mengamati segala bentuk kegiatan politik pasangan YUDA melalui media massa. Selain itu, peneliti juga melakukan pendekatan atau menjalin komunikasi secara langsung dengan pengurus DPC PDI-P Sragen, yakni dimulai sejak bulan Januari 2011. Pada massa kampanye peneliti juga menghadiri dan mengikuti rangkaian kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Pasangan YUDA, antara lain adalah kegiatan kampanye terbuka, kampanye dialogis maupun kegiatan kampanye debat. Selain itu penulis juga mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan konsolidasi atau rapat internal yang diadakan oleh DPC PDI P Sragen dalam memenangkan Pasangan YUDA.

5. Populasi dan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, karena teknik pengambilan sampel tersebut dapat dengan mudah disesuaikan dengan tujuan penelitian.. Prosedur yang digunakan adalah dengan mengumpulkan informasi yang memenuhi syarat keluasan dan tercakupnya rentangan informasi yang sesuai dengan elemen-elemen pokok permasalahan. Teknik logika purposive sampling di sini menetapkan informan awal untuk diwawancarai. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang secara langsung terlibat dalam Tim Sukses Pasangan YUDA. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari Ketua Tim Sukses Pasangan YUDA, yakni Bambang Samekto, SH yang juga menjabat sebagai Ketua DPC commit to user PDI P Kabupaten Sragen. Selain itu, peneliti juga mengambil empat sampel lain yakni jajaran Pengurus DPC PDI P Sragen yang juga menjadi Tim Sukses Pasangan YUDA.

6. Validitas Data

Untuk menjamin validitas atau keabsahan data, maka penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi, di mana data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang dimanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Triangulasi dibagi menjadi empat teknik, yakni triangulasi data atau sering disebut dengan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori dan triangulasi peneliti. 29 Sedangkan dalam penelitian ini, teknik Triangulasi yang digunakan adalah teknik Triangulasi Sumber. Teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data yang sama atau sejenis akan lebih mantap bila bisa digali dari berbagai sumber yang berbeda.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada prinsipnya dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan atau mentransformasikan data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Narasi ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan final. 29 Pawito, 2007.Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS, hal 99 commit to user Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisis Interaktif interactive model oleh Miles dan Huberman. Dalam analisis interaktif ini, prosesnya terdiri dari tiga bagian yaitu Reduksi Data, Sajian Data dan Verifikasi Data atau penarikan kesimpulan. Langkah Reduksi data melibatkan beberapa tahap, tahap pertama melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data. Pada tahap kedua peneliti meyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses, sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok, dan pola data. Langkah kedua yakni, penyajian data data display melibatkan langkah- langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar- benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Sedangkan pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan drawing and verifying conclutions, peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. commit to user BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian A. Sejarah Berdirinya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan - Latar Belakang Kondisi Sosial Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI P merupakan salah satu Partai Besar yang selalu ikut meramaikan pesta demokrasi di Indonesia, yakni pasca Reformasi tahun 1998. Dalam Pemilihan Umum tahun 1999 partai ini berhasil menjadi Partai pemenang yakni dengan perolehan suara terbanyak. Sedangkan pada Pemilu berikutnya, yakni Pemilu Legislatif tahun 2004 dan 2009, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga selalu masuk tiga besar dalam perolehan suara pemilu skala nasional. Untuk Wilayah Soloraya sendiri yakni di Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten, PDI Perjuangan menjadi partai politik yang memiliki basis massa dan dukungan yang sangat kuat. Hal ini terlihat dari data yang memperlihatkan bahwa sejak PDI P mengikuti Pemilu Legislatif tahun 1999, 2004, dan 2009 perolehan suara PDI P di 7 kota tersebut selalu lebih unggul jika dibandingkan dengan perolehan suara partai politik lainnya, seperti Golkar, Demokrat, PPP, PAN, dan PKB. Selain catatan tersebut, kita juga melihat bahwa Kepala Daerah yang memimpin wilayah di Soloraya didominasi oleh kader yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Di antaranya adalah Walikota Surakarta, Bupati commit to user Boyolali, Bupati Sukoharjo, Bupati Karanganyar, Bupati Sragen dan terakhir adalah Bupati Klaten. Hal inilah yang membuat wilayah Solo Raya mendapat julukan “Kandang Banteng” dalam kancah perpolitikan di tanah air. Kabupaten Sragen merupakan salah satu wilayah yang memiliki massa PDI P yang sangat kuat. Hal ini dapat terlihat, bahwa dalam kurun 10 tahun terakhir kabupaten Sragen dipimpin oleh Bupati yang merupakan Kader PDI P. Dalam Pemilu Legislatif tahun 1999, PDI P Sragen berhasil mengantarkan 21 kadernya untuk duduk di kursi DPRD II Kabupaten Sragen. Kemudian dalam Pileg 2004, PDI-P Sragen berhasil mengantarkan 22 kadernya untuk duduk di Kursi DPRD II kabupaten Sragen. Terakhir dalam Pemilu Legislatif 2009, PDI juga berhasil mengantarkan 17 kadernya untuk menduduki jabatan sebagai anggota dewan . Meskipun dalam Pemilu 2009 perolehan kursi PDI-P Kabupaten Sragen mengalami penurunan, namun PDI-P Sragen tetap menjadi partai yang perolehan suaranya paling besar di Kabupaen Sragen. Menghadapi Pemilukada Sragen 2009, maka Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sragen kembali mengusung kadernya untuk dapat bersaing dalam menduduki jabatan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Sragen. Dalam Pemilukada Sragen 2011 , PDI P Sragen mengajukan kader internal Partai, yakni dr.Kusdinar Untung Yuni S dan Ir.Darmawan Minto Basuki,MM,MT sebagai Pasangan Cabup-Cawabup yang diusung oleh partai tersebut. Di bawah ini adalah deskripsi tentang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang merupakan partai pengusung Pasangan Bupati dan Wakil Bupati commit to user dr.Kusdinar Untung Yuni Sukowati - Ir.Darmawan Minto Basuki,MM,MT dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sragen tahun 2011. • Sejarah Lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sejarah lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI P yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri tidak pernah terlepas dari kehadiran Partai Demokrasi Indonesia yang dideklarasikan pada tanggal 10 Januari 1973. Lahirnya Partai Demokrasi Indonesia PDI merupakan fusi dari lima partai politik peserta Pemilu tahun 1955. Ke lima partai politik tersebut adalah : Partai Nasional Indonesia PNI, Partai Kristen Indonesia Parkindo , Partai Katholik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia IPKI, dan terakhir adalah Partai Musyarah Rakyat Banyak MURBA. Deklarasi penggabungan ke lima partai tersebut dilaksanakan dalam Pertemuan Majelis Permusyaratan Kelompok Pusat MPKP di Kantor Sekretariat PNI di Jl. Salemba Raya 73 Jakarta. Deklarasi tersebut ditandangani oleh wakil kelima partai politik, yakni MH. Isnaeni dan Abdul Madjid yang mewakili PNI, A. Wenas dan Sabam Sirait mewakili Parkindo, Beng Mang Rey Say dan FX. Wignyosumarsono mewakili Partai Katholik, Drs. Moh.Sadri dan Achmad Sukarmadidjaja mewakili IPKI, yang terakhir adalah S.Murbantoko dan R.J Pakan mewakili Partai Murba. Awal proses fusi ke lima partai politik tersebut, sebenarnya merupakan gagasan dari Pemerintah Orde Baru yang ingin terlihat sebagai pemerintahan yang menjunjung tinggi azas demokrasi, yakni tentang pembentukan partai politik dan parlemen. Dalam pembahasan dan kesepakatan para pimpinan parpol tersebut commit to user maka terdapat tiga usulan nama untuk parpol yang baru hasil fusi. Ke tiga nama tersebut adalah : 1. Partai Demokrasi Pancasila 2. Partai Demokrasi Pembangunan 3. Partai Demokrasi Indonesia Setelah mengalami berbagai rapat dan pertemuan antar pimpinan parpol, akhirnya mereka sepakat bahwa nama baru untuk ke lima parpol hasil fusi tersebut adalah Partai Demokrasi Indonesia atau dikenal dengan istilah PDI. Sejak Partai Demokrasi Indonesia berdiri, partai ini terus menerus mengalami konflik internal di tubuh partai. Dalam perjalanan PDI, pemerintah Orde Baru terlihat sering melakukan campur tangan pada setiap kongres yang diadakan oleh PDI. Tidak dipungkiri lagi, bahwa pemerintah mempunyai calon tersendiri untuk jabatan ketua partai yang selalu bertentangan dengan kehendak partai itu sendiri. Dalam perkembangan partai yang dimulai sejak tahu 1973 – 1986 setidaknya terjadi tiga siklus di tubuh berlambang kepala banteng tersebut. Tahap pertama adalah periode antara 10 Januari 1973 sampai dengan 13 April 1976, atau disebut periode pemantapan fusi partai. Pada era tersebut, kita melihat bahwa terjadi perpecahan atau konflik awal yang terjadi di tubuh PDI. Menanggapi persoalan konflik di tubuh partai tersebut, akhirnya pemerintah turun tangan dan berupaya menyelesaikan konflik yang ada. Dalam penyelesaian konflik tersebut, akhirnya figur-figur yang bertikai dalam partai tersebut, yakni Isnaeni dan Sunawar dikeluarkan dari kepengurusan PDI. Seabagai gantinya, mereka memasukkan nama Sanusi Hardjadinata. Kehadiran Sanusi Hardjadinata di dalam kepengurusan PDI memberi harapan terwujudnya Konggres I PDI yang commit to user diselenggarakan pada tanggal 11-13 April 1976 dan berhasil menetapkan kepengurusan baru di tubuh PDI. Tahapan kedua, adalah Periode tahun 1976 sampai dengan 1981. Pada massa ini, pertikaian yang terjadi antar pengurus partai justru semakin jelas terlihat. Hal ini sempat membuat krisis kepemimpinan yang terjadi di internal PDI. Imbas dari konflik ini adalah terdapat dua kubu atau kelompok DPP yang bersaing untuk menguasai partai tersebut. Menjelang Konggres II PDI, maka pertikaian atau konflik yang terjadi terlihat semakin meluas. Salah satu pemicunya adalah pemerintah berusaha memasukkan nama figur pendukung rezim dan akan menggantikan kepemimpinan Sanusi. Konggres II PDI akhirnya berhasil dilaksanakan pada 13-17 Januari 1981. Sedangkan periode ketiga adalah Periode antara tahun 1981 sampai dengan 1986. Periode ini disebut juga sebagai periode reunifikasi atau periode pemantapan ideologis. Namun pada perkembangannya, rezim Orde Baru tidak hanya menginginkan agar PDI tunduk dan patuh pada rezim yaang berkuasa. Mereka juga berusaha untuk memperkecil posisi PDI agar tidak menjadi ancaman bagi kelangsungan Rezim Orde Baru. Puncak dari konflik ini adalah ketika diselenggarakan Konggres III, yakni pada tanggal 15-18 April 1986. Namun konggres tersebut gagal melahirkan kepengurusan yang baru, sehingga permasalahan partai diserahkan kepada Mendagri. Pasca konggres ke III yang diselenggarakan pada tahun 1986, kepengurusan PDI dipegang oleh Soerjadi. Konggres PDI ke IV akhirnya diselenggarakan di Medan pada tanggal 21- 25 Juli 1993. Namun konggres tersebut mengalami deadlock, di sini commit to user kepemimpinan PDI gagal terbentuk karena Konggres gagal memenuhi dua syarat minimal dalam pembentukannya, yakni : 1 standar prosedur teknis organisatoris dan 2 akseptabilitas di mata negara. 30 Setelah gagalnya Kongres IV PDI yang berlangsung di Medan, muncul nama Megawati Soekarno Putri yang diusung oleh warga PDI untuk tampil menjadi Ketua Umun. Megawati Soekarnoputri dianggap mampu menjadi tokoh pemersatu PDI. Para kader PDI meminta agar Megawati tampil sebagai kandidat Ketua Umum PDI melalui Kongres Luar Biasa KLB yang digelar pada tanggal 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Dalam KLB tersebut akhirnya Megawati Soekarnoputri dinyatakan sebagai Ketua Umum PDI periode 1993-1998. Untuk menyelesaikan konflik di tubuh PDI, maka beberapa hari setelah KLB digelar, Mendagri Yogie S Memed bertemu dengan Megawati, jajaran DPD, dan juga caretaker untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional Munas, dalam rangka membentuk formatur dan menyusun kepengurusan DPP PDI. Akhirnya dalam Munas PDI yang dilaksanakan tanggal 22-23 Desember 1993 di Jakarta, secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI dan sekaligus menghasilkan kepengurusan DPP Partai Demokrasi Indonesia periode 1993 – 1998. Dengan adanya dua peristiwa besar di atas, setidaknya mengkonfirmasikan tumbuhnya beberapa harapan sebagai berikut: Pertama, Megawati berada dalam 30 Eep Saefulloh Fatah. 1998. Catatan atas Gagalnya Politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 35 commit to user titik relatif netral dalam struktur konflik PDI, baik struktur pra maupun pasca Konggres Medan. Dilihat dari sudut unsur, maka Megawati tidak mewakili faksi tradisional manapun, sekalipun jika ditarik dari Soekarno semestinya Megawati adalah orang PNI. Di sini kenyataan menunjukkan bahwa Megawati adalah orang baru dalam politik dan tak memiliki latar belakang interaksi yang intensif dengan faksi PNI. Jadi, ada harapan bahwa Megawati akan mampu mengelola konflik di tubuh partai mengingat netralitasnya dalam Partai. Kedua, Megawati berada dalam posisi yang menguntungkan di dalam tarik-menarik antara dua titik aspirasi, yakni pencarian payung pemerintah dan pemandirian partai. Megawati memiliki jarak politik, bahakan ideologis dengan pemerintah. Oleh karena itu, sangat mustahil membayangkan Megawati sebagai ‘orang pemerintah yang didrop dari atas ‘. Di sini Megawati, dapat diandalkan sebagai bumper yang efektif untuk membendung intervensi eksternal dan memandirikan partai. Megawati mempersonifikasikan tumbuhnya harapan warga PDI yang realistis sekaligus romantis. Ketiga, Megawati juga memiliki karakter yang tidak meledak-ledak, lembut, tidak terlalu banyak bicara, bukan figur yang pandai menggelindingkan isu-isu kontroversial namun dibayangi oleh sosok besar dan kharismatis mendiang ayahnya, yakni mantan Presiden Soekarno. Berakhirnya Munas di Jakarta ternyata tidak mengakhiri konflik internal yang terjadi di tubuh PDI. Dalam perkembangannya, kelompok Yusuf Merukh membentuk DPP PDI Reshuffle, meskipun keberadaannya tidak diakui oleh pemerintah namun kegiatannya tidak pernah dilarang oleh pemerintah. Di commit to user samping itu, kelompok Soerjadi juga sangat gencar melakukan penggalangan kader ke daerah-daerah dengan tujuan untuk mendapat dukungan guna menggelar Kongres PDI. Hasilnya, dari 28 pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk menggelar Kongres. Akhirnya kelompok Fatimah Achmad yang didukung oleh pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres pada tanggal 20 – 23 Juni di Asrama Haji Medan. Menanggapi situasi tersebut, warga PDI yang setia mendukung Megawati demonstrasi besar-besaran pada tanggal 20 Juni 1996 memprotes Kongres Rekayasa yang diselenggarakan oleh Kelompok Fatimah Achmad. Dalam demonstrasi tersebut para pendukung Megawati akhirnya bentrok dengan aparat dan selanjutnya dikenal dengan “Peristiwa Gambir Berdarah”. Namun pemerintah tetap mengakui hasil Kongres Medan tersebut dan menyatakan legalitas kepengurusan DPP PDI yang baru serta menetapkan PDI hasil Kongres Medan sebagai peserta Pemilu tahun 1997. Pasca Kongres tersebut, massa pendukung Megawati mengadakan “Mimbar Demokrasi “ di halaman Kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro pada tanggal 27 Juli 1996, namun kantor DPP PDI tersebut diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih Kantor DPP PDI. Peristiwa berdarah ini kemudian dikenal dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli “, yang banyak menelan korban jiwa. Pada Pemilu tahun 1997, Megawati menyatakan bahwa PDI di bawah kepemimpinannya tidak ikut kampanye atas nama PDI. Akhirnya pada Pemilu 1997, PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi menjadi peserta Pemilu. Karena commit to user kuatnya dukungan kader PDI yang setia pada Megawati, maka suara yang dicapai oleh PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi menurun sangat tajam, yakni hanya memperoleh 11 kursi di DPR. Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI di bawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali. Dalam Kongres tersebut, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi. Meskipun pemerintahan sudah berganti, namun yang diakui oleh pemerintah adalah masih tetap PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea. Oleh karena itu agar dapat mengikuti Pemilu tahun 1999, Megawati mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999 kemudian dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istora Senayan Jakarta. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarnnoputri menjadi peserta dalam Pemilu Legislatif 1999. Pemilu pertama bagi PDI Perjuangan tahun 1999 menjadi ajang pembuktian bagi PDI P, dari hasil Pemilu 1999 terlihat bahwa perolehan suara PDI pimpinan Soerjadi merosot sekali. Namun bagi PDI Perjuangan hasil Pemilu 1999 menorehkan prestasi yang luara biasa, PDI Perjuangan mampu meraih suara sangat besar sekali yakni 35 suara nasional dan menjadi pemenang dalam Pemilu 1999.

B. Kiprah PDI Perjuangan di Era Reformasi

PDI Perjuangan merupakan Partai Nasionalis berbasis rakyat miskin dan kalangan minoritas. Ini merupakan core constituen bagi PDI Perjungan. Dengan commit to user jumlah core constituen yang sangat banyak, seharusnya PDI Perjuangan bisa tampil sebagai pemenang dalam setiap Pemilihan Umum. Namun kenyataannya, PDI P hanya mampu menjadi partai pemenang dalam Pemilu legislatif tahun 1999 dan harus menerima kekalahan dalam Pemilu Legislatif 2004 dan 2009. Dalam Pemilu Legislatif 1999, PDI Perjuangan mampu memimpin perolehan suara di 166 kabupaten kota dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Pasca Pemilu 1999, yakni dalam sidang Paripurna MPR, Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai wakil presiden RI mendampingi KH. Abdurrahman Wahid yang terpilih sebagai Presiden RI ke-4. Pada tahun 2000 PDI Perjuangan menyelenggarakan Kongres PDI P pertama di Pulau Bali. Dalam Kongres tersebut, Megawati Soekarnoputri kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2000-2005. Seiring dengan kemelut politik di dalam negeri, maka pada tahun 2001 Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi Presiden RI ke-5 menggantikan KH. Abdurrahman Wahid yang diturunkan dalam Sidang Istimewa MPR-RI tahun 2001. Diangkatnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke-5 membawa perubahan pada sikap politik PDI Perjuangan dan cap sebagai partai penguasa akhirnya melekat pada PDI Perjuangan. Meski berstatus sebagai partai penguasa, namun PDI Perjuangan ternyata tidak mampu meraih kemenangan dalam Pemilu Legislatif 2004 dan Pemilu Legislatif 2009. Dalam Pemilu Legislatif 2004 lalu, PDI Perjuangan hanya mampu menempati urutan kedua dengan menempatkan 109 orang kadernya di kursi DPR RI. Hasil ini memperlihatkan bahwa perolehan suara PDI Perjuangan commit to user melorot dominasinya di 94 daerah dan hanya mampu mempertahankan kemenangan di 72 kabupaten kota. Kekalahan PDI P dalam pemilu legislatif 2004 cukup menyakitkan karena pada waktu itu Ketua Umum PDI P Megawati Soekarnoputri masih menjabat sebagai Presiden RI. Dalam Pemilu Legislatif 2004, PDI P mengalami penurunan suara yang sangat significant yakni hanya mampu meraih 18 suara nasional, hal ini sangat jauh sekali bila dibandingkan dengan perolehan suara PDI P dalam Pemilu Legislatif 1999. Sedangkan dalam Pemilu Legislatif 2009, PDI P kembali mengalami penurunan suara, yakni hanya mampu menempati urutan ke tiga nasional dengan mengirimkan 95 orang kadernya di DPR RI. Pasca Pemilu Legislatif 2004, maka untuk pertama kalinya digelar pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Dalam ajang pilpres 2004 Megawati Soekarnoputri mencalonkan diri sebagai calon Presiden dari PDI P berpasangan dengan Ketua Umum PKB Hasyim Muzadi. Pemilhan Presiden dan Wakil Presiden 2004 juga menjadi momentum koalisi antara PDI P dengan Partai Golkar, karena Pasangan calon presiden yang diusung Golkar yakni Wiranto dan Solahudin Wahid kalah dalam putaran pertama pilpres. Dalam Pilpres putaran kedua, pasangan Wiranto – Solahudin Wahid memutuskan untuk mendukung pasangan Mega – Hasyim dalam Pilpres putaran kedua. Namun koalisi kebangsaan tersebut tidak mampu mendongkrak perolehan suara pasangan Mega - Hasyim dalam Pilpres putaran kedua. Karena dalam pilpres putaran kedua sebagian besar rakyat Indonesia lebih memilih Pasangan SBY- Jusuf kalla sehingga pasangan ini berhasil menjadi pemenang dalam Pilpres commit to user 2004 dengan perolehan suara sebesar 60,62 . Pasca kekalahan dalam Pileg dan Pilpres 2004 maka PDI P menempatkan diri sebagai partai oposisi. Tabel 1.1 Perolehan Jumlah Kursi Parpol di DPR Hasil Pemilu Legislatif NO. Partai Politik 1999 2004 2009 Keterangan 1. Demokrat - 57 150 Ikut Pemilu 2004 2. Golkar 120 128 107 3. PDI-P 153 109 95 4. PKS 7 45 57 5. PAN 34 52 43 6. PPP 58 58 37 7. PKB 51 52 27 8. Gerindra - - 26 Ikut Pemilu 2009 9. Hanura - - 18 Ikut Pemilu 2009 10. PBB 13 11 - Tidak Lolos PT 11. PBR - 13 - Tidak Lolos PT 12. PDS 5 12 - Tidak Lolos PT 13. PPDK - 5 - Tidak Lolos PT 14. PDKB 5 2 - Tidak Lolos 2009 15. PNU 5 - - Tidak Lolos 2009 16. Lain-lain 49 6 - Jumlah 500 550 560 PT : Parlementary Tresshold Sumber : Jurnal Konstitusi Volume II Nomor 2, November 2009. commit to user Tabel 1.2 Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden 2004 Putaran Pertama No. NAMA CALON JUMLAH SUARA PROSENTASE 1. Wiranto - Solahudin Wahid 26.286.788 22,15 2. Megawati - Hasyim Muzadi 31.569.104 26,61 3. Amien Rais - Siswono Yudo Husodo 17.392.931 14,66 4. Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla 33.838.184 33,57 5. Hamzah Haz - Agum Gumelar 3.569.861 3,01 Sumber : Jurnal Konstitusi Volume II Nomor 2, November 2009 Tabel 1.3 Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden 2004 Putaran Kedua No. NAMA CALON PROSENTASE 1. Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi 39,38 2. Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla 60,62 Sumber : Jurnal Konstitusi Volume II Nomor 2, November 2009 Pasca kegagalan PDI Perjuangan dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2004 partai ini berusaha meningkatkan pamor dan dukungan dari masyarakat dengan berbagai berbagai manuver politik. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : commit to user 1. Menyelenggarakan Rakernas I PDI Perjuangan, dengan mengambil tema : Persatuan dan Demokrasi untuk Kesejahteraan Rakyat. Tujuannya adalah untuk Menjadikan PDI P sebagai “Rumah Besar Kaum Nasioanalis “. 2. Menemui Mahkamah Konstitusi untuk mengetahui cara mencegah manipulasi suara dan bagaimana bisa menang dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi. 3. Mendirikan Baitul Muslimin. Di sini dua pimpinan Ormas Islam terbesar di Indonesia juga mendukung Deklarasi Kantong Islam PDI P. Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Sayamsudin. 4. Mengadakan pertemuan massa dengan Partai Golkar di Kota Medan. sebelumnya kedua partai ini sama-sama bertemu dengan Democratic Party di Amerika Serikat . Indikasi efektinya mesin Partai PDI P berhasil ditunjukkan dalam Hasil Pilkada yang diselenggarakan kurun waktu tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2008. Hingga pertengahan Juli tahun 2008, sekitar 48 Pilkada di seluruh Indonesia berhasil dimenangkan oleh calon yang diusung oleh PDI Perjuangan. Dari seluruh kemenangan tersebut, 40 di antaranya adalalah kandidat atau calon yang diusung oleh PDI Perjuangan sendiri. Selebihnya adalah calon kepala daerah yang diusung dengan koalisi partai politik lain. Selain itu, hasil survey yang dilakukan beberapa lembaga Survey hingga akhir tahun 2008 mengindikasikan naiknya kembali popularitas Ketua Umum PDI commit to user Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Meskipun ada kecenderungan kredibilitas lembaga survey dipertanyakan oleh publik, namun hasil survey yang dipublikasikan sangat membantu institusi politik yang bersangkutan dalam memberikan gambaran dan prediksi tentang perkembangan peta politik di tanah air. Salah satunya adalah hasil survey dari Lembaga Survey Indonesia LSI yang dipublikasikan di Harian Umum Solo Pos tanggal 28 Desember 2008. Hasil survey dari LSI tersebut menunjukkan bahwa PDI Perjuangan menjadi partai politik yang paling diminati oleh masyarakat. Isu perjuangan semabako murah yang selalu diangkat oleh PDI P nampaknya berhasil mendongkrak citra partai dan menempatkan PDI P pada urutan pertama hasil survey. Namun kenyataan berkata lain, karena dalam Pemilu Legislatif 2009 PDI Perjuangan harus kembali menerima kekalahan seperti yang dialami partai ini dalam Pemilu Legislatif 2004. Dalam Pemilu Legislatif 2009 PDI P kembali mengalami penurunan suara dan hanya menempati urutan ketiga yakni dengan perolehan suara 14,3 . Sehingga dalam Pemilu Legislatif 2009 PDI hanya mampu mengantarkan 95 kadernya di DPR RI. Kekalahan PDI Perjuangan di tahun 2009 bukan hanya terjadi dalam Pemilu Legislatif, namun PDI P juga mengalami kekalahan dalam Pemilu Presiden 2009. Dalam Pemilu Presiden 2009 lalu Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan pendiri Partai Gerindra Prabowo Subiyanto. Pada pelaksanaan Pilpres 2009 Pasangan Mega-Prabowo hanya mampu mengantongi 26,79 suara nasional, jauh tertinggal dari Pasangan SBY- Boediono yang commit to user mampu memperoleh 60,80 suara. Dengan kekalahan yang dialami oleh PDI P pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2009 maka PDI P kembali menempatkan diri sebagai Partai Oposisi dalam pemerintahan SBY-Boediono. Tabel 1.4 Hasil Perolehan Suara dalam Pemilu Presiden 2009 No. NAMA CALON JUMLAH SUARA PROSENTASE 1. Megawati Soekarnoputri –Prabowo Subiyanto 32.548.105 26,79 2. Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono 73.874.562 60,80 3. Jusuf Kalla – Wiranto 15.081.814 12,41 Sumber : Jurnal Konstitusi Volume II Nomor 2, November 2009 Dalam kiprah PDI Perjuangan di tataran lokal khususnya di Kabupaten Sragen, PDI Perjuangan menjadi Partai Politik dengan perolehan suara terbanyak dalam setiap Pemilu , yakni pada Pemilu Legislatif 1999 Partai ini berhasil mengantar 21 kadernya untuk dapat menduduki kursi DPRD Tingkat II Kabupaten Sragen. Kemudian pada Pemilu Legislatif 2004, partai ini kembali mendulang kesuksesan yakni dengan mengantarkan 22 kadernya untuk kembali menduduki jabatan sebagai anggota Dewan di DPRD Tingkat II Kabupaten Sragen. Namun dalam Pemilu Legislatif 2009 , terjadi penurunan suara bagi PDI Perjuangan Kabupaten Sragen. Pada Pemilu Legilatif 2009, Partai PDI Perjuangan commit to user Sragen hanya mampu mengantarkan 17 kadernya di DPRD Tingkat II Kabupaten Sragen atau menurun 5 kursi bila dibandingkan dengan Pemilu Legislatif 2004. Meskipun mengalami penurunan suara dalam Pemilu 2009 di Sragen, namun PDI P Sragen tetap menjadi partai politik dengan perolehan suara paling banyak di Kabupaten Sragen, yakni jauh menggungguli perolehan suara partai besar lainnya, yakni Partai Demokrat dan juga Partai Golkar. Tabel 1.5 Perbandingan Perolehan Kursi dalam Pemilu Legislatif 2004 dan 2009 DPRD II Kabupaten Sragen No. Partai Politik Pemilu 2004 Pemilu 2009 1. PDI Perjuangan 22 17 2. Demokrat 4 7 3. Golkar 7 6 4. PKB 4 5 5. PKS 3 4 6. PAN 4 3 7. PPP 1 1 8. PPRN - 1 9. Gerindra - 1 10. PPDI 1 - Jumlah Kursi 45 45 Sumber : Arsip DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sragen commit to user

C. Azas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Implikatur Dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Calon Walikota Dan Wakil Walikota Medan Periode 2010 – 2015

2 32 91

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON DARI INCUMBENT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi pada Pasangan Sjahrazad Masdar dan As'at Malik sebagai Calon Incumbent Bupati dan Wakil Bupati Lumajang Periode 2013-2018)

1 6 25

KONSTRUKSI PERS TENTANG KAMPANYE PILKADA JOMBANG 2008 (Analisis Wacana Berita Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati Jombang di Harian Radar Mojokerto Periode 6-18 Juli 2008)

0 3 3

OPINI POLITIK MASYARAKAT DESA LEMPASING TERHADAP KAMPANYE CALON-CALON BUPATI PESAWARAN

0 4 118

Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye Politik dengan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006)

0 21 352

Persepsi Pemilih Pemula Pada Iklan Kampanye Politik (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Pemilih Pemula Di Kelurahan Karangmalang Pada Iklan Kampanye Politik Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Sragen Tahun 2015).

0 3 16

PENETAPAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KAB BULUKUMBA TAHUN 2015 (1)

0 0 1

PELIBATAN ANAK DI DALAM KAMPANYE POLITIK PADA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI PERIODE 2019-2024 DI KABUPATEN CIAMIS

0 0 12