konsumsi makan untuk anaknya dapat terkontrol dengan baik dan semua keluarga mendapat kebutuhan gizi yang sama.
4. Pantangan Makanan
Menurut Suhardjo, pantangan makanan adalah suatu sikap negatif yang lebih kuat terhadap penggunaan makanan atau makanan yang tidak dapat diterima
Suhardjo, 1986. Dari sudut ilmu gizi, pantangan dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok pertama, termasuk haram menurut agama Islam, pantangan jenis ini jangan dipersoalkan lagi dan harus diterima tanpa perdebatan.
2. Kelompok kedua, pantangan pangan yang tidak berdasarkan agama kepercayaan, jenis pantangan ini sebaiknya dihapuskan karena jelas
merugikan kesehatan. 3. Kelompok ketiga, pantangan yang tidak jelas akibatnya terhadap kesehatan
dan kondisi gizi, sebaiknya diteliti observasi terus melihat akibatnya dalam jangka panjang. Sebagai bahan memutuskan apakah benar tidak merugikan.
Seorang individu akan memperoleh pelajaran kebudayaan mengenai makanan ini pada awalnya dalam sebuah keluarga, sebagai sebuah proses sosialisasi.
Pengetahuan yang melekat akibat proses sosialisasi yang terjadi sejak bayi tersebut boleh jadi merupakan pengetahuan lokal atau indigenous knowledge, sebagai
himpunan pengalaman yang disalurkan melalui informasi dari satu generasi ke generasi berikutnya Mundy, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh mengenai pantangan makanan menarik untuk dilihat penelitian Khomsan 2008 yang menyampaikan contoh kasus pantangan makanan di
wilayah Bogor. Masyarakat wilayah Bogor masih ada yang percaya bahwa kepada bayi dan balita laki-laki tidak boleh diberikan pisang ambon karena bisa
menyebabkan alat kelaminnya membengkak. Balita perempuan tidak dibolehkan memakan dubur ayam karena dikhawatirkan ketika mereka sudah menikah bisa
diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan gurih yang diberikan kepada bayi dianggap membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk balita
perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balita perempuan dan laki-laki juga tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisa
menyebabkan anak menjadi cadel. Mereka menganggap bahwa tekstur ketan yang lengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan benar.
Pantangan makanan sangat terkait dengan budaya dan tradisi adat istiadat masyarakat setempat. Tradisi atau adat ini sangat mempengaruhi pola pemberian
makan kepada anak karena makanan-makanan yang biasa dipantangkan atau dilarang oleh budaya pada dasarnya memilki nilai gizi yang tinggi. Maka dari itu butuh peran
seorang ibu dengan pengetahuan yang baik untuk mengatur pola konsumsi makan anak-anaknya.
5. Jumlah Anggota Keluarga