kesehatan maka akan semakin baik pengetahuan Ibu tersebut sehingga ia dapat mengatur pola konsumsi makan terhadap anaknya.
2. Pendidikan
Pengertian pendidikan meliputi beberapa hal, yakni : a. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. b. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan
kepribadiannya dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan berlangsung seusia hidup.
c. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita tujuan pendidikan, isi maupun sistem pendidikan tersebut. Dan hal
ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.
d. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki akan lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang
memadai Berg, 1989. Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya Ibu dapat menjadi faktor yang
memengaruhi status gizi dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orangtua maka
Universitas Sumatera Utara
pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi
anak. Hal ini disebabka karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan memengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi
pendidikan ibu, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap kemampuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui media masa. Hal serupa juga
dikatakan oleh Green, Roger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan ibu, maka naik pula keadaan gizi anaknya Berg, 1986.
3. Distribusi Makanan
Menurut Khumaidi 1994 distribusi makanan sering kali dihubungkan dengan status yang terjalin antara anggota keluarga akan gizinya:
1. Anggota masyarakat pria yang lebih tua senior mendapatkan jumlah dan mutu susunan makanan yang lebih baik dari pada anak-anak kecil dan wanita-
wanita muda. 2. Anak-anak laki-laki mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dari pada anak-
anak perempuan. 3. Cara menghidangkan atau pelayanan makanan disesuaikan pula dengan
status, sehingga cara tertentu dapat memberikan penilaian terhadap suatu keadaan status tertentu yang menimbulkan suatu kegagalan dalam perbaikan
gizi yang diinginkan. Foster dan Anderson menjelaskan bahwa setiap kelompok masyarakat,
betapapun sederhananya, memiliki sistem klasifikasi makanan yang didefinisikan
Universitas Sumatera Utara
secara budaya. Setiap kebudayaan memiliki pengetahuan tentang bahan makanan yang dimakan, bagaimana makanan tersebut ditanam atau diolah, bagaimana
mendapatkan makanan, bagaimana makanan tersebut disiapkan, dihidangkan, dan dimakan. Makanan bukan saja sumber gizi, lebih dari itu makanan memainkan
beberapa peranan dalam berbagai aspek dalam kehidupan Foster dan Anderson, 1986.
Dalam pengertian di atas para ahli tersebut mencatat beberapa peranan makanan yaitu makanan sebagai ungkapan ikatan sosial, makanan sebagai ungkapan
dari kesetiakawanan kelompok, makanan dan stress dan simbolis makanan dalam bahasa. Masing-masning kebudayaan selalu memiliki suatu rangkaian aturan yang
menjelaskan siapa yang menyiapkan dan menghidangkan makanan, untuk siapa, dimana satu kelompok atau individu makan bersama, dimana dan dalam kesempatan
apa dan aturan makan, yang semuanya itu terpola secara budaya dan merupakan bagian cara-cara yang telah diterima dalam kehidupan setiap komunitas Helman,
1984. Ibu adalah orang yang menentukan dalam pengaturan pemberian makanan
untuk keluarganya. Jika Ibu memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik maka ia akan memberikan makanan yang sama untuk seluruh anggota keluarganya tanpa
mengesampingkan anaknya. Pendidikan yang baik tidak akan memengaruhi seorang ibu terhadap budaya pendistribusian makanan yaitu dengan mendahulukan kepala
rumah tangga dan membelakangkan anaknya. Sehingga dengan demikian pola
Universitas Sumatera Utara
konsumsi makan untuk anaknya dapat terkontrol dengan baik dan semua keluarga mendapat kebutuhan gizi yang sama.
4. Pantangan Makanan