anggaran rumah tangga serikat pekerjaserikat buruh yang bersangkutan.
Bagian Ketiga Organisasi Pengusaha
Pasal 105 1
Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha.
2 Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2.2. Penelitian Terdahulu
Muaddib 2009 melakukan penelitian dengan judul “Peranan Serikat Pekerja Dalam Membina Hubungan Industrial” Studi Kasus Serikat Pekerja Pada
BRI Kantor Cabang Martadinata Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa serikat pekerja sudah berperan dengan baik dalam proses penyusunan peraturan perusahaan melalui forum
musyawarah yang dilaksanakan di tingkat cabang, wilayah dan pusat. Peraturan perusahaan BRI sudah berfungsi dengan baik, serikat pekerja dan manajemen
sudah melaksanakan semua ketentuan yang ada termasuk hak dan kewajiban masing-masing. Peraturan perusahaan BRI merupakan pedoman bagi serikat
pekerja dan manajemen dalam melakukan kegiatan dan usaha. Sedangkan fungsi
Universitas Sumatera Utara
Lembaga kerja sama bipartit pada BRI Kantor Cabang Martadinata adalah sebagai forum komunikasi dan konsultasi bagi serikat pekerja dan manajemen.
Selain itu, fungsi lembaga biaprtit juga sebagai forum untuk menyelesaikan perselisihan dan masalah hubungan industrial. Kedua fungsi ini
berjalan dengan baik. Banyak persoalan yang berhasil diselesaikan dengan baik melalui lembaga kerja sama bipartit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas,
serikat pekerja BRI Kantor Cabang Martadinata kota Malang diharapkan lebih memberdayakan dan membina anggotanya, selain itu akan lebih efektif jika
serikat pekerja mempunyai kantor sendiri untuk mendukung operasional organisasi.
Fauzan 2007 melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Perubahan Pola Hubungan Industrial Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 2004”. Metode
penelitian adalah dengan menggunakan deskriptif secara kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi terhadap narasumber
yang dijadikan responden sedangkan data sekunder diperoleh dari perundang.- undangan, konvensi internasional dan tulisan lainnya hukum perburuhan yang
diperoleh dari studi pustaka di berbagai perpustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pola penyelesaian perselisihan
hubungan industrial berdasarkan UU No. 22 tahun 1957 dan UU No. 12 tahun 1964 dirasakan sudah tidak relevan lagi dengan keadaan perkembangan hukum
perburuhan yang ada, oleh karena itu perubahan penyelesaian perselisihan hubungan industrial kepada undang-undang No.2 Tahun 2004 merupakan
Perubahan pola penyelesaian perselisihan yang diakibatkan oleh kondisi internal
Universitas Sumatera Utara
nasional dan kondisi eksternal yang mempengaruhi perubahan pola penyelesaian perselisihan.
Pola penyelesaian perselisihan menurut UU No. 2 tahun 2004 untuk penyelesaian diluar pengadilan tidak berbeda jauh dengan pola penyelesaian
perselisihan sebelumnya, yang membedakan adalah adanya pilihan untuk menyelesaikan perselisihan melalui konsiliasi. Untuk setiap proses penyelesaian
semuanya dibatasi waktu untuk bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan kasasi selama 30 hari, sedangkan untuk di Pengadilan PHI selama 50 hari. Pola yang
ideal ialah pemerintah seharusnya mengembangkan kebijakan pengupahan lain yang dapat meningkatkan upah buruh, pola penyelesaian ke depan harus
memperkuat kelembagaan mediasi, konsiliasi dan arbitrasi. Untuk memperkuat kelembagaan tersebut harus dilakukan rekruitmen mediator, konsiliator dan
arbiter secara baik serta melakukan pendidikan sehingga dapat menjalankan pekerjaannya secara efektif.
2.3. Kerangka Konseptual