sebesar 7,08 Lampiran 3 yang berarti pada kisaran pH netral yaitu 7. Derajat keasaman pH juga merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan mutu peda. Ikan peda yang bermutu baik akan mempunyai pH 6,0-6,4 Van Veen 1965 diacu dalam Suwandi 1988. Jika sampel yang
dianalisis mempunyai pH pada kisaran 6,0-6,4 maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut bermutu baik. Derajat keasaman pH yang tinggi menunjukkan
adanya amonia dalam jumlah besar dan hal ini tidak dikehendaki pada ikan peda. Karena pH sampel berada pada kisaran pH netral maka hal tersebut tidak terlalu
mempengaruhi mutu sampel. Hasil perhitungan nilai Total Plate Count TPC yang juga menunjukkan
mutu sampel ikan peda merah adalah sebesar 1,04 x 10
4
koloniml Lampiran 4. Hal ini berarti mutu sampel peda merah termasuk baik karena nilai TPC-nya tidak
melebihi standar TPC produk perikanan pada umumnya yaitu rata-rata sebesar 10
5
SPI-KAN02041983. Terlebih lagi peda ini harus diolah terlebih dahulu dengan proses pemasakan yang menggunakan panas sehingga diperkirakan nilai
TPC-nya akan turun. Uji TPC yang dilakukan biasanya untuk mengetahui mutu suatu produk.
Akan tetapi pada penelitian ini, koloni bakteri yang tumbuh dari hasil TPC juga dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri yang ada pada produk
tersebut.
4.2. Isolasi Bakteri dari Ikan Peda Merah
Sebelum dilakukan tahap karakterisasi bakteri, terlebih dahulu campuran bakteri yang diperoleh dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga
diperoleh suatu isolat bakteri. Isolat bakteri inilah yang selanjutnya dikarakterisasi sifat morfologi dan fisiologinya.
Sebelum ditumbuhkan di dalam media Nutrient Agar NA, sebanyak 10 g daging ikan peda merah yang telah mengalami proses penghalusan diencerkan
terlebih dahulu menggunakan larutan garam fisiologis sampai diperoleh pengenceran 10
-5
. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang tumbuh dalam cawan petri. Isolasi mikroorganisme yang
dilakukan pada agar cawan dengan menggunakan metode goresan kuadran, karena kebanyakan bakteri, kapang, khamir dapat membentuk koloni pada medium padat
sehingga mudah diisolasi dengan cara menyebarkan sel-sel tersebut pada agar cawan sedemikian rupa sehingga koloni-koloni akan mampu tumbuh secara
terpisah Fardiaz 1988. Hasil dari masing-masing tingkat pengenceran, kemudian dilakukan kultur
bakteri tersebut pada media NA yang telah ditambahkan NaCl sebanyak 11,4 . Penambahan NaCl pada medium NA ini bertujuan menyediakan kondisi media
pertumbuhan yang sama dengan kondisi sampel bagi bakteri yang diisolasi. Setelah koloni tumbuh, koloni bakteri yang menunjukkan penampakan berbeda
dari segi bentuk dari atas, bentuk tepi, elevasi koloni dan warna diambil untuk diinokulasikan ke dalam media agar miring NA yang juga dengan penambahan
NaCl. Berdasarkan hasil pengamatan, didapat 5 koloni bakteri yang menunjukkan penampakan berbeda dan dominan satu sama lainnya, sehingga dari kelima koloni
inilah yang dipilih untuk tahap selanjutnya. Hasil pengamatan morfologi koloni terpilih dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Morfologi koloni terpilih
Koloni Warna Bentuk Tepian
Elevasi
1 kuning krem bulat licin
timbul 2
kuning krem tidak beraturan
licin timbul
3 kuning susu
tidak beraturan licin
timbul 4 putih
susu bulat datar
timbul 5 kuning
krem bulat licin timbul
Hasil pengamatan terhadap morfologi koloni terpilih diketahui bahwa kelima koloni tersebut memiliki warna, bentuk, tepian elevasi yang hampir serupa.
Pigmen bakteri dapat diklasifikasikan atas karotenoid, antosianin, melanin, tripirilmethenes
dan phenazin. Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna merah, jingga dan kuning, sedangkan antosianin berwarna merah dan biru.
Melanin memberikan warna coklat, hitam, jingga dan merah. Tripirilmethenes adalah pigmen merah yang dihasilkan oleh Serratia marcescens dan phenazin
memberikan warna jingga-kuning, jingga tua dan merah jingga. Beberapa pigmen yang terdapat pada bakteri biasanya terbentuk dalam keadaan tersedia oksigen.
Oleh karena itu beberapa ahli menduga bahwa pigmen ini berfungsi sebagai sistem pengangkut dalam proses respirasi Salle 1961. Warna koloni bakteri
terpilih yang diperoleh adalah kuning krem, kuning susu dan putih susu. Hal ini menunjukkan bahwa kelima bakteri tersebut mengandung pigmen karotenoid.
Pada tahap selanjutnya, kultur bakteri yang tumbuh pada agar miring diamati morfologi selnya dan pengamatan tersebut dilakukan sebagai acuan awal
dalam tahap isolasi bakteri. Morfologi sel bakteri yang diamati meliputi bentuk sel, pewarnaan Gram dan spora, sedangkan untuk pengujian motilitas bakteri
dilakukan pada isolat bakteri. Data hasil pengamatan terhadap morfologi sel bakteri dari koloni terpilih dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Morfologi sel bakteri dari koloni terpilih
Koloni Bentuk sel
Pewarnaan Gram Pewarnaan spora
1 kokus
Gram positif tidak berspora
2 kokus
Gram positif tidak berspora
3 kokus
batang Gram positif
tidak berspora 4
kokus Gram positif
tidak berspora 5
kokus batang
Gram positif tidak berspora
berspora Hasil dari kultur bakteri tersebut, dapat dilihat bahwa bentuk sel dari
masing-masing koloni bakteri masih ada yang belum seragam dan hal tersebut menunjukkan bahwa koloni bakteri tersebut masih belum murni.
Untuk memurnikan koloni bakteri tersebut dapat dilakukan isolasi dengan metode goresan kuadran menggunakan media NA. Pada bagian agar tempat
dimulainya goresan, populasi mikroorganisme biasanya terlalu padat sehingga koloni akan berkumpul menjadi satu. Dengan semakin banyaknya goresan atau
penyebaran yang dilakukan akan semakin sedikit sel-sel mikroba yang terbawa oleh ose sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni-koloni terpisah. Satu
koloni mungkin berasal dari satu atau beberapa sel tergantung dari tingkat penyebaran atau kemurnian kultur. Goresan dan pembiakan diulangi beberapa
kali terhadap suatu koloni yang tumbuh terpisah pada agar cawan hingga diperoleh koloni-koloni yang berasal dari satu sel. Sebelum melakukan
penggoresan, ose harus selalu dipijarkan dan didinginkan segera sebelum melakukan goresan berikutnya yaitu untuk mengurangi jumlah inokulum yang
tertinggal pada ose.
Untuk mendapatkan isolat murni, isolasi dilakukan sampai 5 tahapan dan setiap tahapan tersebut diamati morfologi selnya hingga didapatkan hasil yang
seragam dan tidak berubah pada tahap isolasi selanjutnya. Data hasil pengamatan morfologi sel bakteri dari setiap tahapan isolasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Morfologi sel bakteri dari setiap tahapan isolasi Tahapan isolasi ke-
Koloni bakteri
1 2 3 4 5
1 kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
2 kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
3 batang, kokus,
G
ram +, berspora
batang, kokus,
G
ram +, berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
4 kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
5 batang, kokus,
G
ram +, berspora
batang, kokus,
G
ram +, berspora
batang,kokus,
G
ram +, berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
kokus,
G
ram +, tidak berspora
Pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa sebagian besar koloni koloni 1, 2 dan 4 menunjukkan sifat yang sama pada setiap tahapan isolasi walaupun pada
koloni 3 dan 5 baru diperoleh hasil yang seragam mulai tahap isolasi ke-4. Hal ini menunjukkan bahwa koloni itu masih belum murni
Pada koloni 1, 2 dan 4 telah menunjukkan sifat yang samaseragam sejak awal tahap isolasi hingga pada akhir tahap isolasi sehingga diperoleh hasil isolat
murni pada tahap isolasi ke-5. Bakteri tersebut berbentuk kokus, bersifat Gram positif dan tidak berspora. Pada koloni 3 didapatkan hasil yang seragam mulai
tahap isolasi ke-3 dan diperoleh isolat yang benar-benar murni pada tahap isolasi ke-5 yaitu bakteri yang berbentuk kokus, bersifat Gram positif dan tidak berspora.
Pada koloni 5 didapatkan hasil yang seragam mulai tahap isolasi ke-4 dan diperoleh isolat yang benar-benar murni pada tahap isolasi ke-5 yaitu bakteri yang
berbentuk kokus, bersifat Gram positif dan tidak berspora. Dalam hal ini berarti kelima isolat yang diperoleh dari tahap isolasi bakteri menunjukkan hasil yang
seragam yaitu bakteri yang berbentuk kokus, bersifat Gram positif dan tidak
berspora. Isolat bakteri tersebut, selanjutnya di karakterisasi berdasarkan sifat morfologi dan fisiologinya.
4.3. Karakterisasi Isolat Bakteri