BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia. Minyak goreng dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan
masyarakat. Minyak goreng juga merupakan salah satu produk kebutuhan rumah tangga yang digunakan untuk memasak. Oleh karena itu, minyak goreng
dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis. Peningkatan kebutuhan dalam mengkonsumsi makanan akan cenderung meningkatkan permintaan produk
minyak goreng. Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng ialah untuk konsumsi rumah tangga.
Pada saat ini minyak goreng kelapa sawit dipasarkan dalam dua bentuk, yaitu secara curah dan kemasan bermerek tertentu. Minyak goreng curah dan minyak
goreng bermerek merupakan hasil dari proses industri namun memiliki perbedaan dari segi kualitas. Perbedaan dari segi kualitas ini diakibatkan dari perbedaan
tahapan proses produksi dalam pembuatannya. Minyak goreng curah hanya melalui 1 kali proses penyaringan, berwarna kuning keruh, dan didistribusikan
dalam bentuk non kemasan. Sementara minyak goreng bermerek melalui 3-4 proses penyaringan, berwarna kuning jernih, dan dikemas dengan label atau
merek tertentu. Perbedaan dalam proses produksi juga mengakibatkan kandungan kadar lemak dan asam oleat pada minyak goreng curah juga lebih tinggi
dibandingkan minyak goreng bermerek yang mengakibatkan dampak yangkurang baik bagi kesehatan Anonimus, 2014.
Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng
bermerek pun semakin besar. Minyak goreng yang dikemas dalam botol atau plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak
goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri
minyak goreng bermerek, mengingat pula bahwa minyak goreng merupakan bahan pokok kebutuhan sehari-hari sehingga tentunya hampir seluruh masyarakat
mengkonsumsinya. Konsumen dalam menentukan pilihannya terhadap produk-produk tertentu terlihat
dari sikapnya terhadap produk itu sendiri. Sikap konsumen merupakan komponen penting dalam perilaku pembelian. Perilaku konsumen berhubungan dengan
alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dari barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu Hanna, 2001 .
Dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli, konsumen hanya mempunyai bekal informasi yang diberikan oleh produsen sehingga persepsi
konsumen terhadap produk sangat dikendalikan oleh produsen. Oleh karena itu, keputusan untuk mengkonsumsi minyak goreng pada saat ini, masih
mengandalkan pada kecermatan konsumen sehingga perlu diketahui bagaimana proses keputusan pembelian konsumen dalam membeli minyak goreng bermerek.
Di lain pihak, konsumen harus mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam mengkonsumsi produk.
Tabel 1. Kebutuhan, Ketersediaan, Produksi ,Dan Surplus Minyak Goreng Tahun 2010-2012
Tahun Kebutuhan
Ton Ketersediaan Ton Produksi Ton Surplus
Ton 2010
126.522 2.296.710
2.186.044 2.170.188
2011 183.828
387.704 2.281.020
203.876 2012
183.828 964.758
2.509.122 780.930
Jumlah 494.178
3.649.172 6.976.186
3.154.994
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara 2012
Tabel 1 menunjukkan besarnya permintaan terhadap minyak goreng dilihat dari jumlah konsumsi atau kebutuhan terhadap minyak goreng di Provinsi Sumatera
Utara dari tahun 2010 hingga 2012, menunjukkan terjadi peningkatan kebutuhan minyak goreng dari tahun 2010 hingga 2012 sebesar 57.306 ton .
Peningkatan kebutuhan permintaan akan minyak goreng tentunya akan mengakibatkan peningkatan dari sisi produksi. Dimana pada tahun 2010 hingga
tahun 2011 terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebesar 94.976 ton. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana terjadi
peningkatan produksi minyak goreng sebesar 228.102. Hal ini menujukkan bahwa provinsi Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi
minyak goreng sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan minyak goreng yang cenderung meningkat tiap tahunnya.
Menurut Komalasari 2010, produk yang menarik dapat diartikan sebagai produk
yang memberikan keterangan, mempengaruhi serta menyakinkan konsumen tentang adanya suatu yang menarik dari barang atau jasa dan dapat menggerakan
khalayak untuk menggunakan produk tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu produk harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian
konsumen yang melihat produk tersebut, maka dengan sendirinya ia akan berusaha untuk mengerti atau memahami produk yang dimaksud. Akan tetapi,
untuk melakukan pembelian tentu saja konsumen tidak membeli hanya karena satu atribut saja, melainkan oleh beberapa kombinasi atribut. Oleh sebab itu
produsen harus mengetahui atribut dan kombinasi atribut yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produknya.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengidentifikasi tentang preferensi konsumen terhadap minyak goreng berdasarkan atributnya. Dengan mengetahui kombinasi
atribut minyak goreng yang dipilih kosumen dapat membantu untuk mengembangkan minyak goreng kemasan yang sesuai dengan preferensi
konsumen tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah