Analisis Warna, Metode Chromameter Hutching 1999

yang berlebih maka terjadi penyalutan yang kurang sempurna. Hal ini memiliki efek pada tingginya jumlah minyak yang tidak tersalut. Hal ini mungkin terjadi pada mikroenkapsulat MSM pada formula 3:1:1 Formula I. Tabel 3 Perbedaan karakteristik mikroenkapsulat pada tiga formula Karena mikroenkapsulat MSM Formula I tidak dapat diproduksi, maka dilakukan reformulasi dengan mengurangi jumlah minyak yang ditambahkan pada emulsi dengan kondisi proses yang sama. Formula tambahan yang diuji yaitu sebanyak dua formula. Formula II memiliki perbandingan antara minyak dan penyalut sebesar 0.8:1, dan Formula III memiliki perbandingan antara minyak dan penyalut sebesar 0.75:1. Dari kedua formula tersebut kemudian dilakukan perbandingan pada rendemen produk dan kadar air produk. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa produk yang memiliki kualitas yang baik dari segi kadar air serta memiliki rendemen akhir yang cukup besar adalah Formula III. Menurut penelitian Dian et al. 1996, ketika bahan inti dari mikroenkapsulat tidak terlalu banyak, maka material dinding mampu menyalut bahan inti MSM dengan lebih baik. Penyalutan yang baik berarti kebocoran pada dinding mikroenkapsulat tidak terlalu banyak. Hal ini yang menyebabkan minyak tidak bocor keluar mikroenkapsulat, sehingga serbuk lebih tidak lengket antara satu sama lain sehingga lebih tidak menempel pada dinding spray dryer. Berdasarkan kadar air dan rendemen maka formula III yang digunakan untuk tahap penelitian selanjutnya. Hasil formula III dapat dilihat pada Gambar 3. Formula Rendemen Kadar Air Deskripsi I Penyalut : MSM = 1 : 1 - - Tidak diperoleh produk berupa bubuk. II Penyalut : MSM = 1 : 0.8 4.24 1.84 ± 0.02 Produk berbentuk bubuk namun masih memiliki ukuran granula yang besar. III Penyalut : MSM = 1 : 0.75 33.08 1.15 ± 0.04 Produk berbentuk bubuk dengan ukuran granula kecil. Keterangan : Penyalut terdiri dari maltodekstrin : natrium kaseinat = 3 : 1 Penyalut : Air = 1 : 3.33 Gambar 3 Mikroenkapsulat minyak sawit merah MSM Formula III Karakteristik Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Setelah dilakukan produksi mikroenkapsulat minyak sawit merah dengan menggunakan Formula III, maka dilakukan analisis terhadap mikroenkapsulat MSM tersebut untuk mengetahui karakteristik kimia dan fisik dari MMSM. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kimia, meliputi kadar air, bilangan peroksida, bilangan asam lemak bebas, total karoten, kadar minyak tak terkapsulkan; dan analisis fisik, meliputi analisis warna dan kelarutan. 1. Karakteristik Kimia Mikroenkapsulat MSM Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis kadar air, bilangan peroksida, kadar asam lemak bebas, total karoten, dan kadar minyak tak terkapsulkan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia dari mikroenkapsulat yang dihasilkan sehingga dapat dipelajari untuk aplikasi selanjutnya. Analisis total karoten, asam lemak bebas, dan bilangan peroksida membutuhkan sampel berupa MSM dari mikroenkapsulat sehingga dilakukan persiapan sampel terlebih dahulu dengan metode Folch et al. 1957 pada Lampiran 2. Dengan metode Folch et al. 1957, MSM yang berada pada mikroenkapsulat diekstrak menggunakan chloroform-metanol, kemudian dipisahkan dari pelarut sehingga diperoleh MSM dari MMSM. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan perhitungan penentuan total karoten pada mikroenkapsulat MSM dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 4 Karakteristik kimia mikroenkapsulat minyak sawit merah MSM Parameter Mutu Nilai Kadar air b b 1.15 ± 0.04 Kadar minyak tak tersalut g g minyak ditambahkan 12.93 ± 0.10 Total karoten mg karoten kg bubuk 123.42 ± 29.22 Retensi karoten selama proses mikroenkapsulasi 65.00 Kadar asam lemak bebas 0.14 ± 0.01 Bilangan peroksida meq O 2 kg bubuk 11.27 ± 1.00 Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai kadar air dari bubuk mikroenkapsulat MSM adalah sebesar 1.15 ± 0.04. Berdasarkan penelitian Dian