Hutan-hutan Indonesia berpotensi menyimpan karbon. Menurut FAO, jumlah total vegetasi hutan Indonesia meningkat lebih dari 14 milyar ton
biomassa, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di Asia dan setara dengan 20 biomassa di seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa tersebut
menyimpan 3,5 milyar ton karbon FWI 2003 diacu dalam Bakri 2009. Salah satu hutan Indonesia yang memiliki potensi cadangan karbon adalah Hutan Pendidikan
Gunung Walat HPGW. Hal tersebut dapat dilihat dari potensi tegakan HPGW yang didominasi oleh tumbuhan berkayu dengan umur relatif tua dan terdiri dari
berbagai jenis vegetasi berbeda. Telah banyak dilakukan kajian dan penelitian di HPGW mengenai aspek
ekonomi dan ekologi. Namun masih sedikit yang mengkaji tentang manfaat HPGW sebagai penyedia jasa lingkungan seperti penyerapan dan penyimpanan
karbon. Oleh karena itu, pengukuran terhadap biomassa sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang tersimpan di HPGW dan
pengaruhnya terhadap pemanasan global serta selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung terlaksananya perdagangan
karbon carbon trading. Selain itu, untuk memastikan ketersediaan fungsi HPGW untuk jasa lingkungan guna mencapai pengelolaan hutan lestari
Sustainable Forest Management.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi volume, kandungan biomassa dan cadangan karbon yang tersimpan dalam tegakan hutan di HPGW.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi volume, kandungan biomassa dan karbon yang tersimpan dalam tegakan hutan di
HPGW. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan perencanaan, pengelolaan dan perlindungan hutan guna mencapai
pengelolaan hutan lestari Sustainable Forest Management.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Hutan Sebagai Penyerap Karbon
Hutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penurunan emisi gas rumah kaca, karena hutan mampu memfiksasi karbon dan menyimpannya di
dalam vegetasi yang dikenal sebagai rosot karbon carbon sink. Vegetasi hutan mempunyai kemampuan untuk menyerap CO
2
melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis tersebut umumnya disimpan dalam bentuk biomassa akar, batang,
cabang, dan ranting Salisbury Ross 1992 diacu dalam Salim 2005 yang menjadikan vegetasi hutan tumbuh semakin besar dan semakin tinggi. Vegetasi
hutan dengan kerapatan tinggi mampu menyerap lebih banyak CO
2
dibandingkan dengan vegetasi hutan dengan kerapatan rendah. Oleh karena itu, kegiatan
penanaman vegetasi pada lahan kosong atau merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO
2
di atmosfer. Hutan-hutan Indonesia menyimpan jumlah karbon yang sangat besar.
Seperti yang dikemukakan oleh Suhendang 2002, sumberdaya hutan di Indonesia memiliki potensi tinggi dalam keanekaragaman hayati biodiversity
dan potensi penyerapan karbon. Hasil studi ALGAS 1997 diacu dalam Retnowati dan Gintings 1997 menunjukkan bahwa hutan di Indonesia mampu
menyerap sekitar 686 mega ton CO
2
pada tahun 1990, dan akan meningkat menjadi 844 mega ton pada tahun 2020. Sedangkan menurut Suhendang 2002
hutan di Indonesia yang luasnya sekitar 120,4 juta hektar mampu menyerap dan menyimpan karbon sekitar 15,05 milyar ton karbon. Disisi lain, FAO menyatakan
bahwa jumlah total vegetasi hutan Indonesia meningkat lebih dari 14 milyar ton biomassa, jauh lebih tinggi dari pada negara-negara lain di Asia dan setara dengan
20 biomassa di seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini menyimpan 3,5 milyar ton karbon FWI 2003 diacu dalam Bakri 2009.
2.2 Biomassa dan Karbon Hutan