sangat penting yaitu untuk mengurangi getaran dan panas yang sampai ke ruang palka depan;
d Palka ikan dua buah; palka diapit oleh alat tangkap dan gardan sehingga pada saat proses penangkapan berlangsung, proses distribusi hasil
tangkapan dapat berjalan dengan lancar; e Palka peralatan; terletak di bagian depan palka ikan, berfungsi untuk
menyimpan alat tangkap.
2.3 Paramater Desain Kapal Ikan
Fyson 1985 menjelaskan ada tiga rasio dimensi utama, yaitu: 1 LppB atau LwlB, mempengaruhi tahanan dan stabilitas kapal;
2 BD atau Bd, mempengaruhi stabilitas kapal. Jika BD besar maka stabilitas kapal baik tetapi propulsive ability memburuk;
3 LD, mempengaruhi kekuatan memanjang longitudinal kapal. Derret, 1991,
Cw
Aw L B
dimana Aw adalah luas area secara melintang pada sarat air tertentu. Cb adalah rasio antara volume displacement
dengan volume rectangular block kapal,
Cb ; Cm adalah rasio midship area
dengan perkalian lebar dan draft kapal, Cm =
Am B ×d
; Cp adalah rasio antara volume displacement dengan hasil perkalian antara panjang dengan midship area.
Cp =
L ×Am
. Midship area Am adalah luas area dibagian tengah. Iskandar dan Pasaribu 2000 menjelaskan bahwa block coefficient, Cb menunjukkan bentuk
kapal, gemuk atau langsing; prismatic coefficient, Cp menunjukkan kelangsingan bentuk kapal pada bagian depan; midship coefficient, Cm berkenaan dengan
kapasitas muatan di area tengah; dan waterplane coefficient, Cw berkenaan dengan tahanan kapal. Fyson, 1985 Cvp =
Aw ×d
.
Nilai paramater desain kapal purse seine Semangat Baru ditunjukkan pada Tabel 1. Kisaran nilai paramater desain kapal encircling gear di beberapa daerah
di Indonesia Iskandar dan Pujiati, 1995 ditunjukkan pada Tabel 2. Kisaran nilai paramater desain kapal encircling gear di beberapa daerah di Indonesia, kapal
purse seine di beberapa daerah di Indonesia, dan kisaran nilai paramater desain
kapal ikan berdasarkan wilayah pengoperasian perairan WPP di Indonesia Ramadhani, 2004 ditunjukkan pada Tabel 3, 4, dan 5.
Tabel 2 Kisaran nilai paramater desain kapal encircling gear di beberapa
daerah di Indonesia
Rasio Dimensi Utama Coeficient of fineness
GT LB
LD BD
Cb Cw
Cp Cvp
CΦ EG
2,60- 4,55-
0,56- 2,60- 0,78- 0,60- 0,68- 0,84- 0,71- 9,30
17,43 5,00
9,30 0,88
0,79 0,86
0,96 75,64
Sumber : Iskandar dan Pujiati, 1995 vide Ramadhani, 2004
Tabel 3 Kisaran nilai paramater desain kapal ikan berdasarkan metode operasi alat tangkap di beberapa daerah di Indonesia
Rasio Dimensi Utama
Coeficient of fineness GT
Σ LB
LD BD
Cb Cw
Cp Cvp
CΦ kapal
TowedDragged gear
2,72- 5,21
6,35- 12,11
1,91- 3,18
0,46- 0,51
0,78- 0,82
0,55- 0,61
0,65 0,76-
0,92 5,00-
532 2
Encircling gear 2,39-
4,67 7,08-
20,70 1,67-
6,13 0,35-
0,65 0,59-
0,86 0,55-
0,73 0,61-
0,78 0,55-
0,90 0,19-
96,14 28
Static gear 2,95-
10,55 7,78-
12,00 0,95-
2,97 0,35-
0,68 0,59-
0,82 0,55-
0,78 0,63-
0,74 0,55-
0,92 0,40-
300 21
Multipurpose 3,00
6,60 2,20
0,55 0,81
0,68 -
0,76 7,9
1
Jumlah 52
Sumber : Ramadhani, 2004
Tabel 4 Kisaran nilai paramater desain kapal purse seine di beberapa daerah di Indonesia
No Jenis kapal
Lokasi LOA
LPP B
D d
Rasio dimensi Koefisien bentuk
GT LB
LD BD
Cb Cw
CФ Cp
Cvp
1 Purse seine
Sibolga 14,80-
20,55- 3,10-
0,80- 1,50-
3,07- 12,06-
3,43- 0,48-
0,74- 0,69-
0,61- 0,61-
7,05- 28,00
24,35 8,20
2,20 1,75
3,54 15,80
5,03 0,52
0,83 0,83
0,73 0,65
96,14 Medan
16,00- 20,50-
4,00- 1,20-
1,00- 3,13-
15,10- 4,57-
0,47- 0,74-
0,72- 0,63-
0,62- 22,47-
28,00 23,50
7,80 2,00
1,50 3,79
20,70 6,13
0,54 0,83
0,76 0,71
0,67 45,49
Jakarta utara -
22,00 -
- -
4,30 10,00
2 ,
5 1
- -
- -
- -
Marunda Tanjung Balai
15,45- -
3,08- 1,00-
- -
- -
- -
- -
- 17,80-
22,02 6,50
1,88 23,10
Bandar 10,00-
- 2,05-
1,60- -
- -
- -
- -
- -
- Lampung
15,00 5,00
2,50 Jembrana, Bali
5,00- -
0,80- 0,60-
- -
- -
- -
- -
- 3,00-
17,00 4,50
2,50 40,00
Laut Jawa 21,61
- 7,25
2,11 -
2,98 10,24
3,44 -
- -
- -
73,00 Pekalongan
26,10 -
7,25 2,11
1,58 3,60
12,37 3,44
- -
- -
- 73,00
Bancar 18,00
13,60 4,80
1,60 1,20
2,83 8,50
3,00 0,65
0,86 0,90
0,72 -
22,00 Indramayu
16,60 13,80
4,96 1,95
1,00 2,78
7,08 2,54
0,55 0,69
0,83 0,66
0,78 28,00
Subang 10,50-
- 4,00-
2,00-
-
- -
- -
- -
- -
- 16,00
4,80 3,00
Pandegelang 11,40-
- 3,20-
0,80- -
- -
- -
- -
- -
7,43- 13,30
4,30 1,30
13,31 Tuban
9,50 -
3,50- 1,40-
- -
- -
- -
- -
- 10,00-
11,50 4,00
1,80 15,00
Palabuhanratu -
8,87 3,72
1,06 0,65
2,39 8,44
3,54 0,50
0,60 0,74
0,55 -
- Sumber : Ramadhani, 2004
9
Subani dan Barus, 1988, menjelaskan bahwa purse seine adalah jenis pukat cincin yang banyak digunakan di pantai Utara Jawa Jakarta, Cirebon,
Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Juana, Muncar dan pantai Selatan Jawa Cilacap, Prigi, dan lain-lain. Hasil tangkapan untuk Jawa dan sekitarnya adalah
layang, bentong, kembung, lemuru, dan lain-lain. Perahu yang digunakan untuk pukat cincin di Selat Bali adalah tipe Madura golekan dimana dalam satu unit
digunakan tiga perahu, yaitu 1 perahu jaring berukuran L x B x D = 11 x 2,7 x 1,5 m yang dilengkapi dengan motor luar out board motor. Perahu ini
digunakan untuk pembawa jaring dan memuat hasil tangkapan; 2 perahu slerek, berukuran L x B x D = 13 x 2,8 x 1,5 m, dilengkapi dengan dua buah motor luar
out board motor. Perahu ini digunakan untuk menarik tali kolor purse line dan juga dipakai untuk memuat hasil tangkapan; 3 perahu pelak, berukuran L x B x
D = 4 x 0,5 x 0,6 m dipergunakan untuk tempat lampu petromaks perahu lampu untuk pengumpulan kawanan ikan sebelum penangkapan. Jumlah lampu
4-5 buah; 4 Anak buah kapal berkisar antara 13-15 orang yang terbagi di perahu jaring 8-11 orang, di perahu slerek 3-4 orang, dan di perahu pelak 1 orang. Untuk
pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai Selat
Malaka. Untuk itu, diperlukan perahukapal berukuran besar dan terakhir banyak menggunakan kapal tipe “cungking trawl”, 50-100 GT, 160-250 PK, dilengkapi
dengan SSB. Tenaga yang dibutuhkan berkisar antara 23-40 orang. Dalam satu trip penangkapan lamanya 30-40 hari. Untuk operasi penangkapannya biasanya
menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil kembung, layang, selar, bentong, dan lain-lainnya.
Tabel 5 Kisaran nilai paramater desain kapal ikan berdasarkan wilayah pengelolaan perairan WPP di Indonesia
Sumber : Ramadhani, 2004
No Perairan
Jumlah LOA
LPP B
D d
LB LD
BD Cb
Cw CФ
Cp Cvp
GT
1 Barat
12 14,80-
20,50- 3,10-
0,80- 1,50-
3,07- 12,06-
3,18- 0,46-
0,74- 0,69-
0,61- 0,61-
7,00- Sumatera
28,00 24,35
8,20 2,20
1,75 3,80
15,80 5,03
0,52 0,83
0,83 0,73
0,65 96,14
2 Selat
10 16,00-
20,50- 4,00-
1,20- 1,00-
3,13- 15,10-
4,57- 0,47-
0,74- 0,70-
0,63- 0,62-
22,45- Malaka
28,00 23,50
7,80 2,00
1,50 3,79
20,70 6,13
0,54 0,83
0,76 0,71
0,67 45,49
3 Selatan
10 7,08-
7,63- 0,67-
0,70- 0,65-
2,39- 7,78-
0,95- 0,35-
0,59- 0,55-
0,55- 1,31-
Jawa 8,40
11,17 3,72
1,06 0,76
10,55 12,00
3,63 0,68
0,61 0,92
0,78 3,95
4 Utara
16 9,22-
7,50- 2,20-
0,74- 0,55-
2,50 7,08-
1,67- 0,35-
0,59- 0,55-
0,55- 0,65-
2,75- Jawa
35,90 27,50
5,80 2,65
2,40 4,90
11,76 3,16
0,68 0,86
0,92 0,76
0,78 100
5 Bali-Nusa
2 14,50-
18,00- 2,70-
0,97- 1,60-
3,46- 8,39-
2,32- 15,00-
Tenggara 27,80
18,45 5,90
2,50 1,70
3,62 9,47
2,74 100
6 Selatan
2 20,00-
18,00- 5,20-
1,90- 1,60-
3,06- 9,47-
2,33- 0,50
0,79 0,61
0,63 40,00-
Sulawesi 50,70
43,00 8,40
3,60 3,50
3,12 11,94
2,74 300
1 1
2.4 GT dan Kapasitas Internal kapal Menurut Fyson, 1985 dan Andarto dan Sutedjo, 1993, pada prinsipnya,
kapasitas kapal di desain agar cukup untuk menampung ikan, bahan bakar, air, ruang mesin, ruang akomodasi, dan lain-lain. Dengan demikian, kapasitas
internal kapal ikan, antara lain : palka ikan, ruang mesin, tangki air tawar, tangki BBM, ruang akomodasi, dan lain-lain. Nomura dan Yamazaki, 1977 menjelaskan
tentang perhitungan GT kapal yaitu penjumlahan antara volume ruang tertutup di atas dek a dengan volume seluruh ruang tertutup di bawah dek b kemudian
dikali dengan 0,353. GT = a+b x 0,353. GT kapal merupakan kapasitas kapal yang dihubungkan dengan daya muat kapal
2.5 Stabilitas Kapal Ikan