Diuretik Penghambat Reseptor Betaβ Bloker

17

2.6.3 Calcium Channel Blocker CCB

Calcium Channel Blokermenyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan voltage sensitive, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah.Antagonis kanal kalsium pada hidropiridin dapat menyebabkan aktifasi refleks simpatetik dan semua golongan ini kecuali amlodipin memberikan efek inotropik negatif Sukandar, 2009.Mekanisme kerjanya dalam hipertensi adalah menghambat influks kalsium ke dalam sel otot polos arteri, contoh CCB ialah amlodipin dan nifedipin Benowitz, 2010.

2.6.4 Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara membuang kelebihan air dan natrium di dalam tubuh melalui pengeluaran urin. Berkurangnya air dalam darah mengakibatkan volume darah dan curah jantung menurun, sehingga pekerjaan jantung ringan.Menurunnya tekanan darah dapat dilihat dengan terjdinya diuresis.Natrium diduga berperan dalam tahanan vaskular dengan meningkatnya kekakuan pembuluh darah dan reaktivitas saraf, kemungkinan berhubungan dengan peningkatan pertukaran natrium-kalsium yang menghasilkan suatu peningkatan kalsium intraseluler.Efek-efek tersebut dilawan oleh diuretik atau oleh pembatasan natrium Benowitz, 2010. Diuretik efektif menurunkan tekanan darah sebesar 10-15 mmHg pada sebagian besar penderita dan diuretik sering memberikan efek pengobatan yang memadai bagi hipertensi esensial ringan dan sedang.Untuk hipertensi yang lebih berat, diuretik digunakan dalam kombinasi dengan obat vasodilator untuk Universitas Sumatera Utara 18 mengontrol kecenderungan terjadinya retensi natrium yang disebabkan oleh obat- obat tersebut.Respon vaskular yaitu kemampuan untuk konstriksi atau dilatasi dikurangi oleh obat-obat simpatologik dan vasodilator, sehingga pembuluh darah berlaku seperti suatu tabung yang tidak fleksibel.Sebagai akibatnya, tekanan darah menjadi sangat peka terhadap volume darah. Pada hipertensi berat banyak menggunakan obat kombinasi, sehingga tekanan darah bisa dikontrol dengan baik bila volume darah adalah 95 dari normal tetapi sukar dikontrol bila volume darah adalah 105 dari normal, contoh diuretik tiazid ialah klorotiazid dan hidroklorotiazid Benowitz, 2010.

2.6.5 Penghambat Reseptor Betaβ Bloker

Βeta bloker menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah jantung akibat penurunan denyut jantung dan kontraktilitas.Mekanisme utama β bloker adalah menghambat reseptor β1 pada otot jantung sehingga secara langsung akan menurunkan denyut jantung. Pengha mbat β dibedakan menjadi penghambat β selektif dan penghambat β non selektif.Penghambat β selektif hanya memblok reseptor β1 dan tidak memblok β2.Penghambat β non selektif memblok kedua reseptor baik β1 maupun β2.Adrenoseptor β1 dan β2 terdistribusi di seluruh tubuh, tetapi terkonsentrasi pada organ- organ dan jaringan tertentu.Reseptor β1 lebih banyak pada jantung dan ginjal, sedangkan reseptor β2 lebih banyak ditemukan pada paru-paru, liver, pankreas dan otot halus arteri.Perangsangan reseptor β1 menaikan denyut jantung, kontraktilitas dan pelepasan renin.Perangsangan reseptor β2 menghasilkan bronkodilatasi dan vasodilatasi. Atenolol, βxolol, bisoprolol dan metoprolol adalah penyekat kardio selektif, jadi lebih aman penggunaannya daripada penyekat yang non selektif seperti Universitas Sumatera Utara 19 propanolol, metoprolol dan asebutolol pada pasien asma, penyakit arteri perifer dan diabetes melitusDepkes,RI., 2006. 2.7Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah suatu keadaan kelebihan kadar glukosa dalam tubuh disertai dengan kelainan metabolik akibat gangguan hormonal dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik. Diabetes melitus juga merupakan penyakit yang menahun atau tidak dapat disembuhkan Mansjoer, dkk.,2000. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia 2011, seseorang dapat didiagnosis sebagai penderita diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi serta dengankadar gula darah sewaktu ≥200 mgdl dan gula darah puasa ≥126mgdl. 2.8Klasifikasi Diabetes Melitus American Diabetes Association ADA mengklasifikasikan diabetes melitusmenjadi 4 yaitu diabetes melitus tipe I, diabetes melitus tipe II, diabetes gestational dan diabetes melitus tipe khusus Price dan Wilson, 2005. 1 Diabetes Tipe I Diabetes tipe I insulin-dependent diabetes mellitus atau IDDM merupakan diabetes yang disebabkan oleh proses autoimun sel- T autoimmune T- Cell attack yang menghancurkan sel βpankreas 80-90, yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin, sehingga insulin tidak terbentuk dan mengakibatkan penumpukan glukosa dalam darah. Pasien dengan diabetes tipe I membutuhkan penyuntikan insulin langsung untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Smeltzer dan Bare, 2001. Universitas Sumatera Utara 20 2 Diabetes Tipe II Diabetes melitus tipe IInon-insulin-dependent diabetes mellitus atau NIDDM adalah diabetes melitus yang tidak tergantung dengan insulin.Diabetes melitus ini terjadi karena sel β pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup dan tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Diabetes melitus tipe II dapat terjadi pada usia pertengahan dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan Smeltzer dan Bare, 2001. 3 Diabetes Gestastional Diabetes Kehamilan Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada masa kehamilan dan mempengaruhi 4 dari semua kehamilan. Diabetes gestastional disebabkan karena peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa. Diabetes gestastional dapat hilang setelah proses persalinan selesai Smeltzer dan Bare, 2001. 4 Diabetes Melitus Tipe Lain Diabetes melitus tipe lain merupakan diabetes yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel β pankreas sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik Smeltzer dan Bare, 2001.

2.9 Etiologi