15
teman atau staf sekolah. Pada kategori ini, siswa merasa bahwa dirinya diterima di sekolah namun siswa tidak secara aktif mencari dukungan.
c. Keterlibatan Engagement
Kategori  keterlibatan  merupakan  kategori  yang  paling  tinggi.  Pada kategori  ini  siswa  menunjukkan  upaya  dalam  keterlibatannya  pada
tugas sekolah maupun aktivitas sekolah lainnya. Siswa juga merasakan bahwa adanya dukungan dari guru, staf sekolah maupun teman secara
spesifik, menghargai setiap hubungan dan aktif mencari dukungan
.
B. Sekolah Pembauran
Sekolah  merupakan  lembaga  pendidikan  jalur  formal  yang  terdiri dari  tingkatan  dasar,  menengah  hingga  atas.  Istilah  sekolah  pembauran
sendiri bermula dari masa Orde Baru dimana sekolah-sekolah yang ada di Indonesia  kebanyakan  memiliki  siswa  yang  berasal  dari  keturunan
Tionghoa. Melihat kondisi tersebut, pemerintah melalui Instruksi Presiden Kabinet  No.  37UInG  1967  mengeluarkan  peraturan  dalam  mendirikan
Sekolah Nasional Proyek Khusus SNPK yang bertujuan agar siswa-siswi keturunan Tionghoa berbaur dengan siswa-siswi keturunan Indonesia asli.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa adanya keinginan dari pemerintah Orde Baru untuk menjadikan sekolah lembaga pendidikan di
Indonesia  dari tingkat SD Sekolah Dasar sampai dengan SMA Sekolah Menengah  Atas  sebagai  wadah  pembauran  atau  melting  pot  Glazer
Moynihan, dalam Pelly 2003
Universitas Sumatera Utara
16
Woolfolk 2004 menyatakan bahwa melting pot merupakan kiasan untuk  kelompok  imigran  pendatang  membaur  dan  mengasimilasikan
dirinya ke kelompok pada umumnya dominan sehingga perbedaan etnis tersebut  tidak  terjadi  lagi.  Kelompok  pendatang  yang  dimaksud  disini
adalah  WNI  keturunan  Tionghoa,  sedangkan  kelompok  dominannya adalah  kelompok  WNI  asli.  Harapan  pemerintah    terhadap  kedua
kelompok  tersebut  berbeda.  Bagi  kelompok  WNI  keturunan  asing Tionghoa, pemerintah berharap agar mereka melakukan asimilasi total ke
dalam  budaya  nasional  kelompok  WNI  asli.  Sementara  itu,  bagi kelompok  WNI  asli,  pemerintah  berharap  agar  sesama  kelompok  etnik
WNI  asli  terjadi  akulturasi  saling  memberi  dan  menerima  unsur  budaya masing-masing.
Berdasarkan  peraturan  Tim  Pembantu  Pelaksana  Asimilasi  di Bidang  Pendidikan  dan  Pengaturan  Pendidikan  Asing  di  Indonesia
PAP3A Propinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Menteri P dan K No.044P75 tanggal 18  Maret 1975 menetapkan adapun  yang  menjadi
ketentuan-ketentuan  untuk  sekolah-sekolah  asimilasi  pembauran  adalah sebagai berikut:
a. Sekolah  asimilasi  dilaksanakan  oleh  yayasan  pendidikan  swasta  baik
yang  berlatar  agama,  seperti  yayasan  pendidikan  Islam,  Kristen  atau Katolik, maupun yayasan pendidikan umum nasional.
b. Komposisi  siswa  di  sekolah  tersebut  harus  50  WNI  asli  dan  50
WNI asing.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Kurikulum  yang  digunakan  adalah  kurikulum  nasional  yang  berarti
bahwa kurikulum harus sama dengan kurikulum sekolah negeri. d.
Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah adalah Bahasa Indonesia. e.
Sekolah dilarang mengajarkan bahasa Tionghoa. Penerapan
ketentuan-ketentuan tersebut
ternyata dalam
pelaksanaannya  di  sekolah  pembauran  saat  ini  belum  dapat  terpenuhi. Ketentuan  mengenai  komposisi  murid-murid  50    WNI  asli  dan  50
WNI asing  merupakan  salah  satu ketentuan  yang  tidak terpenuhi. Jumlah murid-murid  dari  kelompok  WNI  asli  dari  tahun  ke  tahun  semakin
berkurang Pelly, 2003.
C. Profil SMA WR Supratman 2 Medan