13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki era Asean Economic Community AEC pada awal tahun 2016 menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada
di kawasan Asia Tenggara untuk lebih berkompetisi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi antar negara di dalam kawasan tersebut mulai dari
perdagangan antar negara, kegiatan investasi antar negara, sampai kepada transaksi kurs valuta asing. Perusahaan-perusahaan yang ada didalam kawasan ini
mau tidak mau harus menampilkan kinerja terbaik atas perusahaannya untuk memenangkan persaingan antar perusahaan yang ada didalam kawasan Asean
Economic Community ini guna memenangkan hati para investor baik dalam
maupun luar negeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud
Examiner pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia menjadi
dua negara yang menduduki peringkat pertama dari tujuh negara yang menjadi sampel penelitian fraudulent financial statement di Asia Tenggara dengan angka
kecurangan laporan keuangan yang paling tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia menjadi populasi dan sampel
dalam penelitian ini. Perbandingan angka kecurangan laporan keuangan diantara tujuh negara
tersebut akan ditunjukkan dalam gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 1.1 Fraud Cases in Southeast Asia 2012
Sumber : Oktaviani et al. 2014 Laporan keuangan menjadi salah satu tolak ukur yang paling sering
digunakan dalam menilai keadaan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Wolk 2002 karakteristik kualitatif informasi keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan harus meliputi manfaat lebih besar dari pada biaya, relevansi, nilai prediktif, nilai umpan balik, ketepatan waktu, keandalan, dapat diverifikasi,
penyajian secara jujur apa adanya dan netralitas. Semua unsur-unsur diatas harus dimiliki oleh sebuah laporan keuangan sebagai syarat untuk menjadi laporan
keuangan yang baik dan benar. Menurut Sihombing 2014 laporan keuangan merupakan suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang berguna bagi sebagian besar kalangan
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5
N u
mb e
r o f
C a
se s
Country
Fraud Cases in Southeast Asia 2012
Universitas Sumatera Utara
15
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut IAI PSAK 01, bagian-bagian dari suatu laporan keuangan yang
lengkap antara lain : 1. Laporan Posisi Keuangan neraca pada akhir periode;
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode; 3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode;
4. Laporan Arus Kas selama periode; 5. Catatan atas Laporan Keuangan berisi ringkasan informasi akuntansi
penting dan informasi lain; 6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif ketika entitas :
menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan dan mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya. Laporan keuangan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi
seperti keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit bagi kreditor, pemerintah, analis, karyawan, lembaga keuangan serta masyarakat. Oleh sebab
itu, unsur penyajian laporan keuangan secara jujur faithfulness sangatlah penting karena pengguna laporan keuangan sangatlah membutuhkan informasi keuangan
yang sebenarnya yang disajikan dalam laporan keuangan, hal ini berguna agar para pengguna informasi atas laporan keuangan tidak salah langkah dalam
pengambilan keputusan ekonominya. Karena kesalahan dalam pengambilan
Universitas Sumatera Utara
16
keputusan ekonomi dapat membawa dampak negatif yang sangat besar secara terus-menerus.
Kenyataan yang ada di lapangan tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak sekali manajemen dalam perusahaan yang melakukan
manipulasi terhadap laporan keuangannya dikarenakan berbagai faktor yang menyebabkan manajemen dalam perusahaan tersebut secara terpaksa maupun
tidak melakukan kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaannya. Dimulai dari skandal korporasi luar biasa yang pernah terjadi di Amerika Serikat
yang dilakukan oleh perusahaan Enron dalam memanipulasi laporan keuangannya. Perusahaan ini memanipulasi nilai rugi dalam laporan laba rugi
menjadi laba. Kasus ini ikut mencoreng nama besar KAP Arthur Andersen yang
dimintai pertanggungjawabannya atas Unqualified Opinion yang diberikan kepada perusahaan Enron sehingga para pengguna informasi keuangan Enron benar-benar
yakin atas informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Terbongkarnya kasus ini telah mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat luas
terhadap perusahaan raksasa milik Amerika ini, sehingga harga saham perusahaan ini menurun dari U 100 menjadi U 0,5 perlembar sahamnya. Tidak hanya itu,
krisis kepercayaan ini juga mengakibatkan dikeluarkannya KAP Arthutr Andersen dari anggota The Big Five sehingga sekarang anggotanya menjadi The Big Four.
Kasus Enron bukan satu-satunya kasus kecurangan pelaporan keuangan besar yang pernah terjadi di suatu negara, kasus Olympus menjadi salah satu
skandal kecurangan dalam korporasi yang ada di Jepang, perusahaan ini dengan
Universitas Sumatera Utara
17
sengaja menutupi kerugian investasi dengan cara menyelewengkan dana yang seharusnya digunakan untuk mengakuisisi peralatan medis asal Inggris.
Kecurangan ini akhirnya terbongkar setelah mantan direktur perusahaan ini meminta pada manajemen Olympus untuk menjelaskan aliran dana untuk
mengakuisisi peralatan medis asal Inggris tersebut. Tingginya angka kecurangan laporan keuangan dibandingkan jenis fraud
yang lain menjadikan fraudulent financial statement menjadi sangat menarik untuk diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified
Fraud Examiner ACFE dari tiga jenis kecurangan yang sering terjadi, fraudulent
financial statement adalah jenis fraud yang paling sering terjadi ditahun 2010 dan
2012, sehingga jenis kecurangan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecurangan pada laporan keuangan.
Gambar 1.2 Occupational Fraud Loss
Sumber : Oktaviani et al. 2014
Financial Statement Fraud Corruption
Asset Misappropriation 2012
2010
Universitas Sumatera Utara
18
Agency Theory menjadi salah satu konsep yang dapat menjelaskan
terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan, teori ini menjelaskan bahwa pemegang saham principal memiliki kepentingan yang berbeda dengan
manajemen dalam perusahaan agent sebagai pihak pengelola perusahaan. Disatu sisi principles menuntut pemaksimalan profit dalam perusahaan, namun disisi lain
manajemen mengharapkan intensif atas tugas yang ia jalankan. Keadaan yang bertolak belakang antar agent dan principal ini membuat manajemen cenderung
untuk melakukan tindak kecurangan dalam pelaporan keuangan, karena terkadang manajemen dalam perusahaan tidak mampu untuk memenuhi target
yang ditetapkan oleh principles, akibatnya manajemen cenderung mengambil langkah pintas dalam penyajian laporan keuangannya, yaitu dengan melakukan
manipulasi terhadap laporan keuangan. Teori lain yang dapat menjelaskan terjadinya fraudulent financial
statement adalah Assymetri Information. Keadaan ini terjadi ketika pihak yang
berada dalam internal perusahaan menerima dan memiliki informasi lebih banyak dari pada pihak yang ada di luar perusahaan. Karena keterbatasan informasi yang
dimiliki pihak eksternal, pihak internal pun dengan leluasa dapat melakukan fraudulent financial statement.
Keadaan ini dapat diatasi juga dengan ketersediaan dari pihak manajemen dalam perusahaan untuk memberikan informasi sebanyak
mungkin kepada pihak eksternal perusahaan, untuk menghindari terjadinya ketimpangan informasi yang dimiliki oleh pihak internal dan pihak eksternal
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
19
Assymetri information seperti ini dapat diatasi dengan signalling theory.
Menurut Wolk 2002, “Signalling theory explains why firms have an incentive to report voluntarily to the capital market even there were no mandatory reporting
requirements. ” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa signalling theory
berguna untuk mengatasi assymetri information karena signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan dengan
sukarela mengenai informasi tentang keadaan perusahaannya kepada pasar modal sekalipun tidak ada persyaratan untuk melaporkan.
Dewasa ini, hampir seluruh perusahaan yang ada di seluruh dunia berkompetisi secara ketat untuk dapat menampilkan performa terbaiknya. Dengan
menampilkan performa terbaiknya, diharapkan pertumbuhan perusahaan akan meningkat dengan pesat dikarenakan keinginan besar investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan memiliki modal yang jauh lebih banyak lagi untuk digunakan dalam pengembangan perusahaan.
Namun tidak jarang, keinginan untuk menjadi perusahaan yang lebih diminati oleh investor dibanding perusahaan lain menyebabkan banyak diantara
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia yang gagal untuk menerapkan prinsip faithfulness dalam penyajian laporan keuangan perusahaan.
Kinerja yang diharapkan baik malah menyajikan hal yang tidak sebenarnya dalam laporan keuangan.
Banyak dari perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia memanipulasi
penyajian laporan keuangannya dengan sengaja agar
menarik dimata para investor, hal ini dapat dipastikan akan sangat merugikan para
Universitas Sumatera Utara
20
pengguna informasi keuangan, karena mendapatkan informasi yang tidak sebenarnya mengenai keadaan perusahaan tersebut, informasi yang menyesatkan
ini berkemungkinan besar akan menyebabkan para pengguna informasi keuangan salah dalam pengambilan keputusan keuangan.
Menurut Agoes 2011, mengingat bahwa laporan akuntansi diperlukan oleh masyarakat luas, maka kualitas laporan akuntansi tersebut menjadi sangat
krusial. Sebelum laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, perlu ada jaminan
bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar. Pihak yang paling tepat untuk memberikan jaminan ini adalah pihak diluar manajemen yang kompeten
dan independen, pihak ini sering disebut sebagai akuntan publik. Akuntan publik memiliki fungsi pokok yaitu melakukan pemeriksan umum atas laporan keuangan
perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Oleh karena jaminan dari akuntan publik merupakan hal yang sangat
penting dalam penilaian atas kewajaran laporan keuangan, penulis pun memasukkan faktor “Auditor Switching” sebagai salah satu variabel independen
yang mempengaruhi kemungkinan “fraudulent financial statement” dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Statement on Auditing Standard SAS
99 2003 menyatakan bahwa : Fraud is a broad legal concept and auditors do not make legal
determinations of whether fraud has occurred. Rather, the auditor’s interest specifically relate to acts that result in material’s
misstatement of the financial statements. The primary factor that distinguishes fraud from error is whether the underlying action that
results in misstatements of financial statements is intentional or unintentional. For purposes of the statemet, fraud is an intentional
Universitas Sumatera Utara
21
act that results in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit
. Dari penjelasan yang dicantumkan dalam SAS 99 dapat disimpulkan
bahwa kecurangan merupakan sebuah konsep luas yang sah dan auditor tidak membuat penentu yang sah apakah kecurangan telah terjadi. Kemudian,
kepentingan auditor secara rinci mengarah pada tindakan menghasilkan kesalahan yang material. Disebutkan bahwa “Kepentingan auditor yang menghasilkan
kesalahan yang material”, berarti ada kepentingan-kepentingan khusus yang menyebabkan auditor melakukan tindakan yang menghasilkan kesalahan yang
material, baik disengaja maupun tidak dan baik karena keinginan untuk menguntungkan diri sendiri maupun karena adanya tekanan ekstrnal, pernyataan
yang diungkapkan dalam SAS 99 ini sangat mendukung pendapat yang dinyatakan oleh “Soekrisno Agoes” bahwasanya pihak yang paling tepat untuk
menjamin kewajaran penyajian laporan keuangan adalah akuntan publik auditor. Selanjutnya disebutkan dalam SAS ini bahwasanya faktor utama penentu
tindakan kecurangan yang disebabkan oleh kesalahan eror adalah apakah tindakan yang mendasari terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan adalah
disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk tujuan pelaporan, kecurangan merupakan sebuah kesalahan material yang disengaja dalam laporan keuangan
yang akan menjadi pembahasan dalam audit. Selain fraudulent financial statement, menurut Association of Certified
Fraud Examiner terdapat dua jenis kecurangan lagi yang menjadi perhatian
khusus bagi organisasi ini. Dua jenis kecurangan yang lain itu adalah corruption
Universitas Sumatera Utara
22
dan asset misappropriation. Korupsi corruption merupakan perilaku tidak jujur yang sering kali melibatkan tindakan yang tidak terlegitimasi, tidak bermoral atau
tidak kompatibel dengan standar etis. Contohnya termasuk penyuapan dan persekongkolan tender.
Sementara itu penyalahgunaan aset misappropriation asset adalah tindakan pencurian aset oleh karyawan seperti pemalsuan tanda tangan atasan
yang dilakukan oleh karyawan pada faktur yang tidak pernah dilakukan, mengajukan hutang tanpa persetujuan atasan, memalsukan pengesahan pada cek
dan mendepositiokannya dalam rekening miliknya sendiri. Kemudian mengguakan aset yang ia curi untuk kepentingan pribadi. Romney dan Steinbart,
2015 Penelitian ini didasarkan kepada teori fraud diamond yang merupakan
hasil dari pengembangan fraud triangle, sebuah konsep yang sudah lama kita ketahui sebelumnya, bahwa teori fraud triangle yang merupakan segitiga
kecurangan memiliki tiga sisi yang menjelaskan mengapa seseorangsuatu badan bisa melakukan kecurangan. Dalam segitiga kecurangan disebutkan ada tiga unsur
yang menjadi penyebab kecurangan terjadi diantaranya tekanan pressure kesempatan opportunity dan rasionalisasi rationalization. Pengembangan
dalam teori fraud diamond memasukkan unsur kemampuan capability dalam penelitian ini sehingga menjadi sebuah penelitian baru dengan variabel dan
sampel penelitian yang berbeda pula. Penelitian ini juga memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, dimana dari semua penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan,
Universitas Sumatera Utara
23
belum ada yang mencantumkan populasi dan sampel yang berasal dari lebih dari satu negara, kebanyakan penelitian sebelumnya hanya mencantumkan sampel
penelitian yang berasal dari negara Indonesia saja dan hanya satu penelitian sebelumnya yang mencantumkan perusahaan yang berasal dari negara Malaysia
sebagai populasi dan sampel dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan sampel perusahaan yang ada di Indonesia dan Malaysia.
Peneliti mengambil perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia sebagai populasi dari penelitian ini dikrenakan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner ACFE perusahaan yang banyak melakukan kecurangan dalam laporan keuangan adalah perusahaaan
industri manufaktur terkhusus yang berada di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya, baik variabel independen maupun variabel dependennya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati 2002 menggunakan variabel
independen pertumbuhan tinggi, kerugian laba, arus kas negatif, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban leverage, transaksi pihak istimewa dan
pergantian KAP oleh perusahaan sebagai variabel independen, sementara untuk variabel dependen peneliti sebelumnya memproksikan kecurangan dalam
pelaporan keuangan dengan penyajian kembali laporan keuangan restatement. Sementara peneliti sekarang hanya menggunakan dua variabel yang sama dengan
yang digunakan Kurniawati yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya leverage dan pergantian auditor auditor switching, sementara
Universitas Sumatera Utara
24
itu untuk variabel dependennya peneliti sekarang menggunakan manajeman laba sebagai proksi dari fraudulent financial statement.
Bila dibandingkan dengan penelitian Sihombing, penelitian ini selain memiliki perbedaan dari segi pengambilan sampel dan populasi penelitian, juga
memiliki perbedaan variabel independen yang diteliti. Penelitian milik Sihombing menggunakan variabel independen sebanyak tujuh buah variabel yaitu financial
target , financial stability, external pressure, nature of industry, ineffective
monitoring , change in auditor, rationalization dan capability. Sementara
penelitian yang peneliti lakukan sekarang ini menggunakan enam buah variabel independen yaitu return on asset ROA, financial leverage, capital turnover,
efektivitas pengawasan, auditor switching, dan perubahan direksi. Sementara itu, untuk variabel dependen penelitian ini dan penelitian Sihombing sama-sama
menggunakan fraudulent financial statement sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan earning management.
Penelitian ini didasarkan banyak dari penelitian sebelumnya, baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Penelitian sebelumnya ada yang masih
menggunakan perspektif fraud triangle dan ada yang sudah menggunakan perspektif fraud diamond. Seperti penelitian yang dilakukan Rabi’u dan
Noorhayati ditahun 2015 dengan judul : “Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory Understanding the Convergent and Divergent for Future
Research ” yang menggunakan variabel dependen berupa fraud financial statement
dan variabel independen yaitu : Insentivepressure, opportunity, realization dan capability
.
Universitas Sumatera Utara
25
Penelitian sebelumnya yang mengambil tema yang hampir sama dengan penelitian ini adalah penelitian milik Rasha dan Andrew yang menggunakan
variabel dependen yang sama yaitu fraud financial statement sementara untuk variabel independen menggunakan insentivepressure, opportunity, realization
dan capability. Penelitian milik Rasha dan Andrew ini telah menggunakan perspektif fraud diamond sehingga ada unsur capability didalamnya. Tidak hanya
itu, penelitian milik Kurniawati dan Sihombing menjadi inspirasi bagi peneliti untuk membuat penelitian ini, ada beberapa variabel yang sama dengan kedua
penelitian tersebut. Penelitian terakhir yang paling mengisnpirasi peneliti dalam membuat
penelitian ini adalah penelitian milik Dalnial, Kamaluddin, Sanusi dan Khairuddin yang berasal dari Malaysia, dengan judul “Accountability In Financial Reporting :
Detecting Fraudulent Firms ”. Menggunakan perspektif yang sama yaitu fraud
diamond dengan variabel yang tidak jauh berbeda juga. Penelitian ini
menggunakan populasi dan sampel yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia, sedangkan sebagian besar penelitian yang lain
menggunakan perusahaan manufaktur yang go public juga. Dari semua penelitian diatas akhirnya diambillah judul untuk penelitian ini
berupa “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement
pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond”. Perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia diambil sebagai populasi dalam penelitian ini
karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud
Universitas Sumatera Utara
26
Examiner ACFE perusahaan manufaktur adalah industri yang paling banyak
melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Kemudian untuk memudahkan penelitian ini telah dibuat batasan operasional sehingga
memudahkan peneliti untuk menentukan sampel dari seluruh populasi yang ada dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah