125
keberhasilan atau kegagalan tugas yang dilaksanakan oleh staf meskipun sebagian wewenangnya sudah didelegasikan kepada stafnya.
5.1.2.3 Actuating
5.1.2.3.1 Alur Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alur pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang sudah sesuai dengan alur yang ditetapkan oleh Kemenkes RI
pada buku pedoman ANC Terpadu. Berikut adalah gambar alur pelayanan antenatal yang dibuat oleh Kemenkes RI :
Gambar 5.1 Konsep Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Sumber:Kemenkes RI, 2010
Alur pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang dimulai dengan pendaftaran di loket, kemudian ke poli KIA untuk mendapatkan pemeriksaan, jika
ditemukan indikasi diperlukannya pemeriksaan laboratorium maka ibu hamil direkomendasikan ke ruang laboratorium. Ibu hamil kembali ke poli KIA dengan
membawa hasil pemeriksaan laboratorium untuk dilakukan konseling hasil laboratorium, setelah itu ibu hamil dapat ke kamar obat untuk mengambil obat
kemudian pulang. Jika hasil laboratorium menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki kelainan atau gangguan kesehatan pada kehamilannya maka ibu hamil dirujuk ke
Laboratorium Pulang
Apotik Ibu
hamil Loket
Poli KIA Balai
Pengobatan Malaria
TB HIV
IMS Anemia
KEK Rujuk RSU Rawat Inap
126
dokter Puskesmas, dan bila diperlukan dirujuk ke dokter spesialis kandungan di rumah sakit.
5.1.2.3.2 Tindakan Medis 10T
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang berpedoman pada standar pelayanan 10T.
Berdasarkan hasil penelitian, pada dasarnya bidan Puskesmas dan bidan desa sudah memahami untuk menerapkan standar 10 T pada pelayanan antenatal,
namun pada pelaksanaannya masih terdapat tindakan yang belum dilakukan secara teratur, yaitu pemberian konseling karena bidan Puskesmas tidak secara
rutin memberikan konseling jika ibu hamil tidak mengalami keluhan. Adapun pokok bahasan konseling yang belum diberikan secara teratur oleh bidan yaitu
mengenai peran suamikeluarga, gejala penyakit menular dan tidak menular, serta tanda bahaya pada kehamilan. Meskipun demikian, pokok bahasan konseling
yang masih belum diberikan secara teratur dalam implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas tersebut, diberikan oleh bidan kepada ibu hamil dalam
pelaksanaan kegiatan lain, yaitu pada kegiatan kelas ibu hamil. Hal ini belum sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI tahun 2010 yang
tertera pada pedoman ANC terpadu. Menurut Kemenkes RI tahun 2010 konseling terdiri dari kesehatan ibu, PHBS, peran suamikeluarga, tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, IMD dan pemberian
ASI eksklusif, KB paska persalinan, imunisasi, peningkatan intelegensia pada kehamilan.
127
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bidan tidak melakukan beberapa pokok bahasan konseling dikarenakan mengingat jumlah
pasien yang datang pada pelayanan antenatal. Bila semua item dalam standar 10T pelayanan antenatal termasuk didalamnya KIE efektif dilakukan oleh bidan maka
pemberian pelayanan antenatal akan memakan waktu yang lama dan akan membuat ibu hamil menunggu lebih lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Dhiah 2010 : 96 yang menyatakan bahwa rata-rata keseluruhan dari skor informasi dan konseling adalah 68,65 dan ada beberapa item yang tidak
dilakukan bidan karena mengingat pasien yang banyak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa
implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang pada trimester I meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur LiLA, skrining status
imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium, KIE efektif, dan tata laksana kasus jika pada hasil pemeriksaan ditemukan kasus risiko kehamilan.
Pada kunjungan trimester II implementasi pelayanan antenatal meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, menentukan tinggi fundus uteri, presentasi janin
dan denyut jantung janin, pemberian tablet Fe, KIE efektif, pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan kasus jika ditemukan kasus risiko pada
kehamilan. Sedangkan pada kunjungan trimester III implementasi pelayanan antenatal meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, menentukan tinggi
fundus uteri, presentasi janin dan denyut jantung janin, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium, KIE efektif, dan penatalaksanaan kasus jika ditemukan
kasus risiko pada kehamilan.
128
Hasil penelitian ini sejalan dengan ketetapan Kemenkes RI 2010 yang menyatakan bahwa pemeriksaan pelayanan antenatal yang rutin dilakukan pada
trimester I, II, dan III meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet Fe, penatalaksanaan kasus, dan KIE efektif. Pemeriksaan yang
hanya dilakukan pada trimester I yaitu mengukur tinggi badan, LiLA, dan cek golongan darah. Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada trimester I dan III yaitu
cek kadar Hb dalam darah. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada trimester II dan III yaitu mengukur tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin.
5.1.2.3.3 Tindakan Non Medis Pencatatan dan Pelaporan