2. Anak-anak yang tinggal di jalanan ini beranggapan bahwa jalanan
merupakan rumah mereka, dan dipandang sebagai sumber utama kehidupan mereka. Di jalanan mereka mencari tempat berteduh, dan
mencari makan. Di sini ada suatu rasa senasib dan sepenanggungan diantara anak jalanan. Hubungan dengan keluarga sporadik, namun
mereka telah memutuskan untuk hidup secara hidup bebas. 3.
Anak-anak yang benar-benar terlantar ini, hidup dan mencari nafkah di jalanan dan ikatan mereka denga keluarga putus sama sekali. Putusnya
ikatan dengan keluarga membuat mereka dapat hidup dengan bebas di jalanan.
Beberapa kategori
tersebut diatas,
mengidentifikasikan apa
yang melatarbelakangi dan sekaligus merupakan faktor penyebab terjadinya anak
jalanan berbeda pendapat satu dengan yang lain.
42
6. Penanganan Masalah Anak Jalanan
Model atau pola penanganan anak jalanan selalu berbeda, disesuaikan dengan kondisi anak jalanan yang beragam. Model-model yang diterapkan untuk anak
jalanan tidak lepas dari pengaruh visi dan misi lembaga. Namun secara umum terdapat dua tujuan dalam penanganan anak jalanan, yakni:
a. Melepaskan anak jalanan untuk dikembalikan kepada keluarga asli,
keluarga pengganti, ataupun panti.
8
5 4
4 4
6 +
b. Penguatan anak dijalan dengan memberikan alternatif pekerjaan dan
keterampilan. Jadi, pembedayaan sebagai strategi penanganan masalah anak jalanan
merupakan upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki anak jalanan
serta berupaya untuk mengembangkannya. Strategi penanganan masalah anak jalanan. Irwanto, 1999 dikutip oleh
Setiawan mengemukakan mengenai asumsi-asumsi dasar intervensi terhadap permasalahan anak jalanan sebagai berikut :
”Pemahaman terhadap situasi anak jalanan saja tidak akan memberikan jalan keluar yang efektif. Agar sebuah intervensi efektif, maka diperlukan
pemahaman yang menyeluruh mengenai masyarakat dan keluarga-keluarga anak jalanan. Pemahaman makro struktural dan mikro dinamika keluarga
sangat dibutuhkan.”
43
Sementara itu Adidananta 1999 dikutip oleh Setiawan dalam menangani anak jalanan di Yogyakarta mengemukakan pengalamannya sebagai berikut :
”Mengingat kanak-kanak adalah situasi yang sangat bersifat sementara mereka tidak lagi dikategorikan anak-anak selepas usia 18 tahun maka
sangatlah mendesak untuk menghadirkan substitusi keluarga atau bahkan komunitas ke dalam keseharian anak jalanan. Dengan hadirnya atmosfir
81
4 4
+ 4
keluarga dan kemasyarakat maka pemenuhan hak kanak-kanak mereka yang sangat singkat itu lebih dimungkinkan.”
44
Dari asumsi tersebut menurut Lusk 1989 di kutip oleh Sudrajat 1997 ada tiga model penanganan anak jalanan yaitu street based, center based, community
based . Masing-masing model ini memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu.
Community based adalah model penanganan yang berpusat di masyarakat
dengan menitikberatkan pada fungsi-fungsi keluarga dan potensi seluruh masyarakat. Tujuan akhir adalah anak tidak menjadi anak jalanan atau sekalipun
di jalan, mereka tetap berada di lingkungan keluarga. Kegiatannya biasanya pengasuh anak, kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan dan kegiatan
waktu luang dan lain sebagainya. Street based
adalah kegiatan di jalan, tempat dimana anak-anak jalanan beroperasi. Pekerja sosial datang mengunjungi, menciptakan perkawanan,
mendampingi dan menjadi sahabat untuk keluh kesah mereka. Anak-anak yang sudah tidak teratur berhubungan dengan keluarga, memperoleh kakak atau orang
tua pengganti dengan adanya pekerja sosial. Center based
adalah kegiatan panti, untuk anak-anak yang sudah putus dengan keluarga. Panti menjadi lembaga pengganti keluarga untuk anak dan memenuhi
kebutuhan anak seperti kesehatan, pendidikan, keterampilan, waktu luang, makan, tempat tinggal, pekerjaan dan lain sebagainya.
Open house rumah singgahrumah terbuka mulai berkembang akhir-akhir ini
di berbagai negara untuk melengkapi pendekatan yang sudah ada, termasuk
88
indonesia. Keunikannya adalah mampu digunakan untuk memperkuat ketiga pendekatan di atas. Jika ditempatkan di wilayah yang dekat banyak anak jalanan,
dapat dipandang sebagai street based yang menjadi pusat kegiatan anak jalanan. Jika dipandang suatu wilayah dimana banyak anak warga tersebut menjadi anak
jalanan, dapat dipandang sebagai pusat kegiatan pula atau pintu masuk mengenai anak jalanan dengan melibatkan warga masyarakat. Rumah singgah yang
umumnya berupa rumah yang dikontrak juga dipandang sebagai panti center baik untuk berlindung maupun sebagai pusat kegiatan.
45
Sehubungan dengan masalah anak jalanan Lusk dikutip oleh Setiawan juga mengemukakan 4 pendekatan intervensi untuk kasus anak jalanan di Amerika
Latin anatara lain : ”a the corectional approach pendekatan koreksional, b the rehabilitatif perspective
perspektif rehabilitatif, c outreach strategies strategi penjangkauan, and d the preventive outlook pencegahan”. Secara
lengkap strategi tersebut dijabarkan sebagai berikut
46
: 1.
Pendekatan rehabilitasi corectional Fenomena anak jalanan dalam pandangan ini didominasi oleh pemikiran
sebagian besar polisi dan pengadilan anak yang memang banyak berurusan dengan anak-anak jalanan. Pemikiran inilah yang mempengaruhi
pandangan masyarakat untuk melihat anak jalanan sebagai perilaku kenakalan. Sebab itu intervensi yang cocok adalah dengan memindahkan
83
: +
; 6
+ 6
5 6 4
4 6
+ +
, 2
8
anak dari jalanan dan memperbaiki perilaku mereka. Pendekatan ini menempatkan pentingnya ”mendidik kembali” agar sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat. Kelemahan pendekatan ini adalah adanya kenyataan bahwa petugas dipandang oleh anak sebagai musuh ketimbang
mitra, juga adanya kenyataan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual tetap berkembang.
2. Pendekatan rehabilitasi rehabilitatif
Para profesional memperdebatkan bahwa anak jalanan bukanlah perilaku menyimpang karena banyak dari mereka justru merupakan korban
penganiayaan dan penelantaran, dampak kemiskinan, dan kondisi rumah yang tidak tetap. Anak jalanan dilihat sebagai anak yang dirugikan oleh
lingkungan sehingga mengakibatkan banyak program-program untuk mereka muncul. Pendekatan rehabilitatif memandang anak jalanan sebagai
anak yang berada dalam kondisi ketidakmampuan, membutuhkan, ditelantarkan, dirugikan, sehingga intervensi yang dilakukan adalah
dengan melindungi dan merehabilitasi. Pada saat ini kegiatan pendekatan rehabilitatif ini lebih dikenal dengan center based program.
3. Pendidikan yang dilakukan di jalan Street education
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa cara terbaik untuk menanggulangi masalah anak jalanan adalah dengan mendidik dan memberdayakan anak.
Para pendidik jalanan yakin kesenjangan struktur sosial merupakan penyebab dari masalah ini. Menurut mereka anak merupakan individu
normal yang didorong oleh kesenjangan kondisi masyarakat yang hidup di
bawah keadaan yang sulit. Dengan memperlibatkan partisipasi anak, maka dapat dipelajari tentang situasi mereka dan mengikutsertakan dalam aksi
bersama dalam menemukan pemecahan dari masalah bersama. Bentuk kegiatan dari pandangan pendidikan anak jalanan pada saat ini lebih
dikenal dengan nama program yang berpusat di jalanan atau street based program.
4. Pencegahan preventive
Pendekatan ini memandang penyebab dari masalah anak jalanan adalah dorongan dari masyarakat itu sendiri. Strategi pencegahan berusaha
memberikan pendidikan dan pembelaan serta mencoba untuk menemukan penyelesaian dari apa yang diperkirakan menjadi penyebab permasalahan
yaitu dengan cara berusaha menghentikan kemunculan anak jalanan. Mengatasi masalah anak jalanan, bukan hanya anak jalanan yang dijadikan
fokus untuk dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat, mengingat masyarakat
sendiri terus mengalami
perubahan sesuai dengan pembangunan yang berlangsung. Bentuk kegiatan dari pandangan
preventive dikenal dengan community based program.
Pendekatan tersebut dapat diterapkan dalam menangani masalah anak jalanan, tergantung pada kondisi anak. Bila pendekatan program atau strategi di atas
dihubungkan dengan tipologi anak jalanan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Tipologi Anak Jalanan Dihubungkan dengan Pendekatan dan
Fungsi Intervensi Kategori anak
Pendekatan Fungsi
intervensi
Anak yang mempunyai resiko tinggi children-at-
high-risk Community
Based Preventive
Anak yang bekerja di jalan children-in-the street
Street Based Street
Education Anak yang hidup di jalan
children-of-the street Center Based
Rehabilitatif Corectional
Sumber : Lusk 1989,h.67-74
D. Pengertian Keterampilan