Teori Keynes Teori-teori Inflasi .1 Teori Kuantitas

26 menjadi soal. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti kegagalan panen hanya akan menaikkan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat bahan bakar bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musababnya awal dari kenaikan harga tersebut. ii. Psikologi expectations masyarat mengenai harga-harga. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. Ada 3 kemungkinan keadaan, keadaan pertama adalah bila masyarakat tidak atau belum mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang, Kedua adalah dimana masyarakat atas dasar pengalaman di bulan-bulan sebeloumnya mulai sadar bahwa ada inflasi. Dan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi, pada tahap ini orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang.

2.6.4.2 Teori Keynes

Teori keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya. Teori ini menyoroti aspek lain dari inflasi Boediono, 2001:163-165. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya Universitas Sumatera Utara 27 diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia timbulnya apa yang disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut bisa juga berupa pengusaha-pengusaha swasta yang menginginkan untuk melakukan investasi-investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit bank. Golongan tersebut bisa pula berupa serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji bagi anggota-anggotanya melebihi kenaikan produktivitas buruh.

2.7 Penelitian Terdahulu

1. Arintoko 2011 dengan judul Pengujian Netralitas Uang dan Inflasi Jangka Panjang di Indonesia. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fisher-Seater beserta uji-uji prasyaratnya, yang meliputi integrasi, eksogenitas, dan kointegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik proposisi netralitas uang dan inflasi jangka panjang untuk uang baik yang didefenisikan sebagai M1 maupun M2 masing-masing terhadap output riil dan harga di Indonesia. Hasil estimasi dengan metodologi FS menyimpulkan bahwa netralitas Universitas Sumatera Utara 28 uang jangka panjang tidak berlaku untuk kasus di Indonesia dengan data tahunan. Sementara itu keberadaan hubungan positif antara uang dan harga dapat dibuktikan oleh hasil penelitian ini, yang menunjukan adanya inflasi jangka panjang karena perubahan jumlah uang beredar. Bukti dari hasil uji netralitas uang jangka panjang ini tidak konsisten dengan proposisi netralitas uang yang menunjukan bahwa uang adalah netral dalam perekonomian yang tidak berpengaruh pada variabel riil, karena uang hanya berdampak pada tingkat harga. 2. Chichi Shintia Laksani 2004 dengan judul Netralitas Uang di Indonesia Melalui Analisis Efektifitas Uang Beredar dalam Mencapai Tujuan Makroekonomi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoreggresive VAR, Variance Decomposition VD dan Impulse Response Function IRF. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bentuk hubungan kausalitas antara jumlah uang beredar dengan output dan mengetahui bentuk hubungan kausalitas antara uang beredar dengan tingkat harga. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam taraf 5 persen uang beredar tidak mempunyai hubungan kausalitas dengan tingkat output. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter melalui uang beredar tidak dapat mempengaruhi output, artinya uang beredar tidak efektif dalam mencapai tujuan mekroekonomi tingkat output. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dalam taraf 5 persen uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dengan tingkat harga. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter melalui jumlah uang beredar dapat Universitas Sumatera Utara 29 mempengaruhi tingkat harga, sehingga uang beredar efektif dalam mencapai tujuan makroekonomi yaitu tingkat harga. 3. Erdinc Telatar dan Tarkan Cavusoglu 2005 dengan judul Long-Run Monetary Neutrality: Evidence from High Inflation Countries. Alat yang digunakan dadalah metode Fisher dan Seater. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali netralitas uang jangka panjang dan supernetralitas uang jangka panjang di negara berkembang seperti Argentina, Brazil, Ekuador, Meksiko, Turki, dan Uruguay dengan tingkat stabilitas inflasi, jumlah uang beredar, dan pertumbuhan output yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui data yang mendukung didapati netralitas uang jangka panjang untuk negara Ekuador. Supernetralitas uang jangka panjang tidak didapati untuk negara Argentina dan Uruguay. Dan data dari Brazil, Meksiko, dan Turki menunjukan adanya supernetralitas uang jangka panjang. Dalam kasus Argentina dan Uruguay didapati bahwa kenaikan tingkat jumlah uang beredar memiliki efek negatif terhadap output. Serta temuan untuk Brazil, Meksiko, dan Turki konsisten dengan definisi McCallum 1990 yang menyatakan bahwa perubahan permanen dalam tingkat jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada variabel riil dalam jangka panjang. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti dan Tahun Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan Arintoko 2011 Pengujian Netralitas Uang dan Inflasi Menguji secara empirik proposisi Fisher-Seater beserta uji-uji prasyaratnya, yang meliputi Netralitas uang jangka panjang tidak berlaku untuk kasus di Indonesia dengan data tahunan. Sementara itu Universitas Sumatera Utara 30 Jangka Panjang di Indonesia netralitas uang dan inflasi jangka panjang untuk uang baik yang didefenisi kan sebagai M1 maupun M2 masing- masing terhadap output riil dan harga di Indonesia integrasi, eksogenitas, dan kointegrasi keberadaan hubungan positif antara uang dan harga dapat dibuktikan oleh hasil penelitian ini, yang menunjukan adanya inflasi jangka panjang karena perubahan jumlah uang beredar. Bukti dari hasil uji netralitas uang jangka panjang ini tidak konsisten dengan proposisi netralitas uang yang menunjukan bahwa uang adalah netral dalam perekonomian yang tidak berpengaruh pada variabel riil, karena uang hanya berdampak pada tingkat harga. Chichi Shintia Laksani 2004 Netralitas Uang di Indonesia Melalui Analisis Efektifitas Uang Beredar dalam Mencapai Tujuan Makroeko nomi Melihat bentuk hubungan kausalitas antara jumlah uang beredar dengan output dan mengetahu i bentuk hubungan kausalitas antara uang beredar dengan tingkat harga Vector Autoreggresive VAR, Variance Decomposition VD dan Impulse Response Function IRF Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam taraf 5 persen uang beredar tidak mempunyai hubungan kausalitas dengan tingkat output. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter melalui uang beredar tidak dapat mempengaruhi output, artinya uang beredar tidak efektif dalam mencapai tujuan mekroekonomi tingkat output. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dalam taraf 5 persen uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dengan tingkat harga. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter melalui jumlah uang beredar dapat mempengaruhi tingkat harga, Universitas Sumatera Utara 31 sehingga uang beredar efektif dalam mencapai tujuan makroekonomi yaitu tingkat harga. Erdinc Telatar dan Tarkan Cavusoglu 2005 Long-Run Monetary Neutrality: Evidence from High Inflation Countries Menguji kembali netralitas uang jangka panjang dan super netralitas uang jangka panjang di negara berkemba ng seperti Argentina, Brazil, Ekuador, Meksiko, Turki, dan Uruguay dengan tingkat stabilitas inflasi, jumlah uang beredar, dan pertumbuh an output yang tinggi Fisher dan Seater Melalui data yang mendukung didapati netralitas uang jangka panjang untuk negara Ekuador. Supernetralitas uang jangka panjang tidak didapati untuk negara Argentina dan Uruguay. Dan data dari Brazil, Meksiko, dan Turki menunjukan adanya supernetralitas uang jangka panjang. Dalam kasus Argentina dan Uruguay didapati bahwa kenaikan tingkat jumlah uang beredar memiliki efek negatif terhadap output. Serta temuan untuk Brazil, Meksiko, dan Turki konsisten dengan definisi McCallum 1990 yang menyatakan bahwa perubahan permanen dalam tingkat jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada variabel riil dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara 32

2.8 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Netralitas Uang Jangka Panjang di Indonesia Jumlah Uang Beredar M1 dan M2 Inflasi Output Riil Universitas Sumatera Utara 33

2.9 Hubungan Antar Variabel

Dari teori dan hasil penelitian terdahulu dapat kita lihat hubungan antara variabel. Keterkaitan antara variabel Independen M1 dan M2 terhadap variabel dependen Inflasi dan Output rill

1. Hubungan Jumlah uang beredar MI dan M2 terhadap inflasi IHK

Teori mengatakan dalam pernyataan Hume yang membentuk suatu doktrin bahwa perubahan dalam jumlah unit dari uang beredar M1 dan M2 akan memiliki pengaruh pada perubahan proporsional terhadap seluruh harga yang dinyatakan dalam satuan uang. Menurut Arintoko 2011 mengatakan bahwa adanya hubungan positif yang kuat antara MI dan harga jangka panjang didukung hasil empirik di Indonesia. Artinya bahwa variabel nominal seperti M1 berpengaruh terhadap variabel nominal lainnya yaitu harga atau inflasi, penelitian ini menunjukkan bahwa MI memiliki pengaruh positif sementara M2 tidak mendukung keberadaan hubungan positif jangka panjang antara uang dan harga. Dengan demikian bahwa M1 bisa mendukung secara empirik keberadaan hubungan positif antara uang dan harga pada jangka panjang di Indonesia daripada M2. Menurut Chichi Shintia Laksani 2004 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dalam taraf 5 persen uang beredar memiliki hubungan kausalitas dengan tingkat harga. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter melalui jumlah uang beredar M1 dan M2 dapat mempengaruhi tingkat harga. Dari pernyataan dan penelitian Universitas Sumatera Utara 34 tersebut maka Jumlah uang beredar mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat harga inflasi dalam jangka panjang. 2. Hubungan M1 dan M2 terhadap output rill Penelitian yang dilakukan oleh Arintoko 2011 jumlah uang beredar M1 di Indoesia memberikan pengaruh pada kenaikan tingkat output dalam jangka panjang, kenaikan output bisa terjadi melalui kenaikan investasi dan permintaan akibat adanya pertambahan jumlah uang beredar. Pada M2 juga menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap output rill. Dalam penelitian ini mengimpilkasikan bahwa bagaimanapun kebijakan moneter yang dilakukan oleh otoritas moneter untuk menstabilkan fluktuasi dalam perekonomian makro sangat berarti mengingat jumlah uang beredar pada jangka panjang mempengaruhi tingkat output. Dari hasil penelitian diatas maka hubungan antar variabel Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap output riil.

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta variabel-variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini apakah terjadi hubungan antar variabel, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Jumlah uang beredar mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat harga inflasi dalam jangka panjang. 2. Jumlah uang beredar mempunyai pengaruh positif terhadap output riil dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series kuartalan dari tahun 2000-2014. Sumber data berasal dari International Financial Statistics IFS, internet dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini. Pengolahan ini akan menggunakan software Eviews 5 dan Microsoft Excel 2013. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis secara kuantitatif dan deskriptif. Dilakukan analisis terhadap variabel Jumlah Uang Beredar M1 dan M2, Output riil Y, dan Inflasi IHK.

3.2 Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Jumlah Uang Beredar M1 dan M2 a. M1 merupakan variabel yang menggambarkan likuiditas perekonomian, perkembangan jumlah uang di Indonesia yang diukur dengan uang dalam arti sempit M1 yang meningkat setiap tahun secara terus menerus. b. M2 meruapakan variabel yang menggambarkan likuiditas perekonomian yang mengalami peningkatan dengan pola dinamik yang hampir sama dengan perkembangan M1 selama periode yang sama, namun kecenderungan perkembangan M2 meningkat terus-menerus cenderung lebih tinggi dibandingkan M1. Universitas Sumatera Utara 36 2. Output Riil Y Variabel ini merupakan perkembangan tingkat output yang di representasikan dengan PDB riil berdasarkan tahun dasar 2000 menunjukan kecenderungan yang meningkat selama periode 2000-2014. 3. Inflasi IHK Variabel ini merupakan perkembangan tingkat harga yang diukur dengan IHK yang cenderung meningkat terus-menerus yang mana akan mencerminkan inflasi yang terjadi.

3.3 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model sebagai berikut: M1 t = a10 + a11 IHK t-1 + a12 Y t-1 + a13 M1 t +e 1t M2 t = a20 + a21 IHK t-1 + a22 Y t-1 + a23 M2 t + � �� Dimana : M1,M2 = Jumlah Uang Beredar IHK 1,2 = Tingkat Inflasi dari nilai Indeks Harga Konsumen Y = Output Riil e1t dan ϵ2t = Error Terms

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Model VAR