Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square
F Sig.
1 Regression
15.500 4
3.875 8.176 .000
a
Residual 20.379
43 .474
Total 35.878
47 a. Predictors: Constant, NWC, GOS, ROA, CR
b. Dependent Variable: DER Sumber : Output SPSS V.16, diolah Penulis, 2015.
Pada tabel 4.8 diatas, nilai signifikansi uji simultan ini adalah sebesar 0.000 0,05 dan dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai
F
hitung
F
tabel
8,176 2,589. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa H
o
ditolak dan H
a
diterima yang berarti variabel pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap struktur modal.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara simultan variabel pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital berpengaruh
terhadap struktur modal. Berdasarkan F-tabel dapat dilihat signifikansinya, secara simultan variabel yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan dilihat dari
nilai signifikan kurang dari 0,05 0,000 0,05.
Dalam pengujian secara parsial ditemukan hanya variabel pertumbuhan penjualan dan likuiditas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur
modal perusahaan, sedangkan variabel profitabilitas dan working capital tidak
berpengaruh secara signifikan. Pembahasan terhadap masing-masing variabel dalam pengujian secara parsial akan dibahas berikut ini :
1. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal
Variabel pertumbuhan penjualan secara parsial memiliki pengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Hasil pengujian signifikansi
parsial t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi pertumbuhan penjualan lebih kecil dari 0,05 0,005 0,05. Koefisien regresi
pertumbuhan penjualan sebesar +1,790 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 variabel pertumbuhan penjualan maka struktur modal akan
mengalami kenaikan sebesar 1,790 dengan asumsi variabel lain tetap. Hubungan positif tersebut menunjukkan bahwa jika variabel pertumbuhan
penjualan mengalami kenaikan, maka variabel struktur modal juga akan mengalami kenaikan. Menurut Teori Pecking Order, perusahaan dengan
pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung menggunakan dana eksternal apabila dana internal tidak cukup untuk mendanai pertumbuhan
penjualannya. Sebaliknya, jika tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan rendah, maka perusahaan hanya menggunakan dana internal untuk
mendanai pertumbuhan penjualan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswantoro 2011 dan Ticoalu 2013, tetapi hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian Purba 2014 yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal
Variabel likuiditas yang diukur dengan menggunakan rasio lancar secara parsial memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur
modal. Hasil pengujian signifikansi parsial t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi likuiditas lebih kecil dari 0,05 0,009 0,05. Koefisien
regresi likuiditas sebesar -0,390 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 variabel likuiditas, maka struktur modal akan mengalami penurunan
sebesar 0,390 dengan asumsi variabel lain tetap. Berdasarkan teori pecking order, perusahaan yang nilai likuiditasnya tinggi lebih memilih
pendanaannya dengan menggunakan dana internal. Tingginya nilai likuiditas perusahaan membuat perusahaan tersebut memiliki kelebihan
dana, sehingga perusahaan akan melunasi hutang lancarnya. Sehingga lunasnya hutang lancar akan menurunkan tingkat hutang perusahaan.
Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki kemampuan untuk melunasi hutang jangka pendeknya, berarti perusahaan tersebut dalam kondisi yang
sehat. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Geoffrey 2014, Masnoon 2014, Naibaho 2013, Purba 2014, dan Siswantoro 2011,
tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Ratih Handayani 2011 yang menyatakan bahwa likuiditas
tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 3.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Variabel profitabilitas yang diukur dengan rasio return on asset
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil
pengujian signifikansi parsial t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi profitabilitas lebih besar dari 0,05 0,105 0,05. Koefisien
regresi profitabilitas sebesar -3,299 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 variabel profitabilitas maka struktur modal akan mengalami penurunan
sebesar 3,299 dengan asumsi variabel lain tetap. Hubungan negatif tersebut menunjukkan bahwa jika variabel profitabilitas mengalami
kenaikan, maka akan menyebabkan penurunan pada variabel struktur modal. Menurut Teori Pecking Order, perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi cenderung tidak meningkatkan penggunaan struktur modal. Jadi, perusahaan cenderung menggunakan dana internal
dalam memenuhi kebutuhannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba 2014 dan Seftianne dan Ratih Handayani 2011,
tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Geoffrey 2014, Masnoon 2014, Siswantoro 2011, dan Ticoalu 2013 yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. 4.
Pengaruh Working Capital Terhadap Struktur Modal Variabel working capital yang diukur dengan rasio net working
capital secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian signifikansi parsial t-test menunjukkan bahwa
nilai signifikansi working capital lebih besar dari 0,05 0,953 0,05. Koefisien regresi profitabilitas sebesar -0,000001336 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan 1 variabel working capital maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar 0,000001336 dengan asumsi variabel lain
tetap. Koefisien regresi working capital bertanda negatif, berarti perusahaan dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Naibaho 2013 yang menyatakan bahwa working capital berpengaruh
signifikan negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang berbeda dan tidak konsisten dari penelitian
terdahulu disebabkan oleh objek penelitian yang berbeda. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Manufaktur industri pengolahan sektor
aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011, selain itu perbedaan pengukuran atas
struktur modal juga menimbulkan perbedaan hasil penelitian ini dengan peneliti terdahulu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan