Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Radioaktivitas

4

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian dekontaminan AFCF efektif dalam mengekskresikan Cs-137 dari dalam tubuh monyet ekor panjang ? 2. Diantara dosis AFCF 3000, 4500 dan 6000 mgekor yang diberikan pada monyet ekor panjang secara oral, dosis manakah yang lebih efektif dalam mengekskresikan Cs-137?

1.3. Hipotesis

1. Pemberian dekontaminan AFCF mampu mengekskresikan Cs-137 dalam tubuh monyet ekor panjang. 2. Pemberian tiga dosis AFCF secara oral pada monyet ekor panjang diperkirakan dosis 6000 mgekor lebih efektif dari pada dosis 3000 dan 4500 mgekor dalam mengekskresikan Cs-137.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektivitas dekontaminan AFCF dalam mengekskresikan Cs- 137 dari dalam tubuh monyet ekor panjang. 2. Mengetahui dosis dekontaminan AFCF yang efektif dalam mengekskresikan Cs-137 dari dalam tubuh monyet ekor panjang. 5

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektifitas dan dosis efektif dekontaminan AFCF dalam mengekskresikan Cs-137 dari dalam tubuh monyet ekor panjang. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Radioaktivitas

Di alam terdapat unsur radioaktif seperti uranium U, thorium Th, radium Ra dan radionuklida seperti kalium-40 K-40, carbon-14 C-14, dan lain-lain. Ada juga yang dihasilkan dari percobaan nuklir atau kecelakaan fasilitas nuklir seperti Cs-137 dan Sr-90. Radionuklida masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau pernafasan, untuk meneliti pengaruh bahan radioaktif pada tubuh manusia, perlu diketahui radioaktivitas dalam tubuh manusia Akhadi, 2006. Radioaktivitas adalah aktivitas inti atom yang secara spontan memancarkan sinar alfa, beta dan gamma. Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu transmutasi inti suatu unsur karena memancarkan zarah radioaktif Achmad, 2001.

2.1.1. Tetapan Peluruhan dan Waktu Paruh

Peluruhan radioaktif mengikuti hukum laju reaksi orde kesatu, laju peluruhan berbanding lurus dengan jumlah atom radioaktif yang tertinggal, dimana N adalah jumlah atom radioaktif dan adalah tetapan peluruhan Achmad, 2001. Dengan mensubstitusi aktivitas radiasi = N, bentuk differensial laju peluruhan diperoleh : 6 7 Nt = N e - t N = Banyaknya inti atom yang meluruh Ntt = sisa inti atom setelah meluruh = Tetapan peluruhan t = lama peluruhan Setiap atom yang meluruh memancarkan satu zarah radioaktif, yakni yang dinamakan aktivitas, diberikan oleh N yang satuannya curie dimana 1 curie = 3,7.10 10 peluruhan per detik yang kira-kira sama dengan laju peluruhan 1 gram radium Soedojo, 2004. Sebagai ukuran laju peluruhan lebih lazim dipakai waktu paruh yang didefinisikan sebagai selang waktu setelah peluruhan radioaktif, banyaknya atom radioisotop tinggal separuh dari ukuran semula, yaitu t ½ = ln 2 = 0,693 Soedojo, 2004.

2.1.2. Aktivitas Radiasi

Aktivitas Radiasi zat radioaktif menyatakan banyaknya inti atom yang meluruh per satuan waktu. Atau disebut juga laju peluruhan inti atom tidak stabil menuju inti stabil dengan radiasi sinar-sinar radioaktif. Jika N adalah banyaknya inti atom mula-mula, dan A adalah aktivitas radiasi maka diperoleh hubungan secara matematika ditulis sebagai berikut : A = N, sehingga radioaktivitas dari setiap bahan radioaktif meluruh secara eksponensial mengikuti persamaan peluruhan sebagai berikut : At = A . e - . t = A .e -0.693 1 2 t . t 8 dimana At = aktivitas setelah mengalami peluruhan selama waktu t ; A = aktivitas sebelum peluruhan; = tetapan peluruhan; 1 2 t = waktu paro; t = waktu peluruhan Maskur et al, 2008. Keaktifan jenis radionuklida didefinisikan bahwa 1 Ci = 3,7 x 10 10 Bq. Satuan Becquerel Bq ini dipakai dalam satuan SI sejak tahun 1976, sebelumnya satuan untuk intensitas suatu sumber radiasi menggunakan satuan Curie, yang disingkat dengan Ci. Pada umumnya untuk intensitas radiasi yang tinggi digunakan satuan radiasi Curie, sedangkan untuk intensitas rendah biasanya memakai satuan Becquerel Wardhana, 2007.

2.1.3. Kestabilan Inti Atom

Kestabilan suatu inti atom dapat dilihat dari fungsi jumlah proton Z di dalam intinya dan perbandingan antara neutron dan proton NZ. Untuk inti-inti atom ringan, stabil jika NZ 1, misalnya unsur-unsur: 1 H 2 , 3 Li 6 , 6 C 12 , 8 O 16 . Jika perbandingan NZ menyimpang dari 1, biasanya merupakan inti yang kurang stabil. Sebagai contoh misalnya inti atom 1 H 3 , 6 C 14 , 8 O 15 dan NZ 1,5 untuk inti-inti berat Syarifah, 2009. Inti-inti atom yang tidak stabil, baik karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang ataupun karena tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasarnya, cenderung untuk berubah menjadi stabil. Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi alfa atau radiasi beta . Kalau ketidakstabilannya disebabkan karena 9 tingkat energinya yang berada pada keadaan tereksitasi maka akan berubah dengan memancarkan radiasi gamma Achmad, 2001.

2.2. Interaksi Radiasi Dengan Materi