Tinjauan Umum Semiotika Analisis semiotik film 3 doa 3 cinta

1 A signifier significant forma atau citra tanda tersebut, misalnya: tulisan di kertas, atau suara di udara. Atau dengan kata lain, wujud fisik dari tanda. 2 The signified signifie konsep yang direpresentasikan atau konsep mental. 9 Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda sign. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda signifier dengan sebuah ide atau petanda signified. Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan bermakna. 10 Sementara itu. Charles Sanders Peirce, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. 11 Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya triangle meaning. Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda sign, acuan tanda objek, pengguna tanda interpertant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. 12 9 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004, cet, ke-1, h. 45 10 Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-2, h. 46 11 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 16 12 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115

2. Konsep Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat panyai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. 13 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of signification”. 14 Two orders of singnification signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second orders of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. 15 Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antra tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung , dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi. 16 13 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63 14 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268 15 M. Atonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori dan Aplikasi, h. 56 16 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, Depok: UI, 2004, cet. Ke-1, h. 94. Tabel 1. Peta tanda Roland Barthes : Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika kita men genal tanda “singa” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. 17 Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semilogi Saussure, yang berhenti pada penandanaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam isitlah tingkat representasi. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut. 18 17 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69 18 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 57 1. Signifier 2. Signified Penanda Petanda 3. Denotative sign tanda denotatif 4 . CONNOTATIVE SIGNIFIER PENANDA KONOTATIF 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED PETANDA KONOTATIF 6. CONNOTATIVE SIGN TANDA KONOTATIF a. Denotasi adalah interaksi antara singnifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan referent object dalam realitas eksternal. b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi. Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emosif, atau makna evaluatif. 19 Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi.makna denotasi adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculka denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku. 19 AS Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006, cet, ke-1, h. 27-28 Gambar 1. The Orders of Signification 20 Reality Signs Culture First Order Second Order Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification istilah ini bukan dari Barthes, Barthes menyebut konsep ini sebagai myth mitos. 21 Mitos dalam pengalaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebetulnya arbiter atau konotatif sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. 22 Mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak 20 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 58 21 ibid, h. 58-60 22 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, Depok: UI, 2004, cet. Ke-1, h. 94 Signifier Signified Denotasi Form Content Mitos Konotasi berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam sekitarnya. 23 Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas social yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, Mislanya, mengenai hidup dan mati, manusiaa dan dewa, dan sebagainya. Seedangkan mitos masa kini mislanya mengenai feminitas, maskulinitas ilmu pengetahuan, dan kekerasan. 24 Menurut Urban, mitos adalah cara utama yang unik untuk memahami realitas. Atau seperti kata Midnowski, mitos adalah suatu pernyataan purba tentang realitas yang lebih relevan. 25 Mitos dalam pandangan Lappe Collins dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentang dengan fakta. Apa yang disebut Lappe Collins sebagai mitos itu adalah jenis „mitos modern’. 26 Sedangkan menurut Barhers, mitos adalah sebuah kisah a story yan melaluinya sebuah budaya mejelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu. Feranand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos tradisional dan mitos mdoern. Mitos modern itu dibentuk oleh dan mengenal mengenal gejela-gejala politik, olahraga, sinema, televisi dan pers. Mitos mythes adalah suatu jenis tuturan a type of speech , sesutau yang hampir mirip dengan „re- 23 Pius A Partanto M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka, 1994 24 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 128 25 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 222 26 Ibid, h. 224 presen-tasi koleksi di dalam sosiologi Durkheim. Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia membawakan pesan. Maka dari itu mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep ataupun gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk. 27

B. Tinjauan Umum Tentang Film

1. Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput tipis yang teerbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret atau tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon cerita gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup. 28 Sedangkan Menurut UU Perfilman No 8 Tahun 1992, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunukasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sisten proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. 29 Film adalah media massa yang memiliki kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realisme, pengaruh, emosional, dan popularitas yang hebat. Namun, selain itu film juga memiliki kelemahan salah satunya adalah sifatnya yang 27 Ibid, h. 224 28 Departemen Pendidikan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. 29 UU Republik Indonesia No 8 Tahun 1992 tentang perfilman. Bab 1, Pasal 1 Ayat 1. Departemen Penerangan RI. sekilas, sehingga untuk menangkap pesannya secara utuh, orang tidak bisa mengalihkan perhatian untuk melakukan kegiatan lain. Secara mendasar pengertian film yang menyeluruh memang sangat sulit untuk dijelaskan. Namun baru dapat diartikan kalau dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk potret negatif atau plat cetak. Film mengandung pengertian suatu lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya; atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon, film mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur dasar cahaya, suara, dan waktu. 2. Sejarah Film Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip- prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah film The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Tetapi film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita yang pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik. 30 Tahun 1906 sampai tahun 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika Serikat, karena pada dekade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai Hollywood. Periode ini juga disebut sebagai the age of Grifith karena David Wark Grifith-lah 30 Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003 cet. Ke-3, h. 201. yang telah membuat film sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventures of Dolly 1908 dan puncaknya film The Birth of Nation 1915 serta film Intolerence 1916. 31 Grifith mempelopori gaya berakting yang lebih alamiah, organisasi cerita yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film sebagai media yang memiliki karakteristik yang unik, dengan gerakan- gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik dan teknik editing yang baik. Pada periode ini pula perlu dicatat nama Mack Sennett dengan Keystone Company-nya yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris Charlie Chaplin. Apabila film permulaannya merupakan film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway, Amerika Serikat, muncul film bicara yang pertama meskipun belum sempurna.

3. Perfilman di Indonesia

Dari sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada tahun 19271928 Krueger Coorporation memproduksi film Eulis Atjih, dan sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang-orang Belanda dan China. Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar berdasarkan naskah seorang penulis Indonesia, Saerun. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan 31 Ibid, h. 202