Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAN SEBAGAI

PENDIDIK DAN PEMBELA DALAM PEMBERIAN INFORMED

CONSENT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Diana Margaretha Br Karo karo 101101135

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi ini, Achmad Fathi S.Kep, Ns, MNS, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU.

3. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan USU.

4. Bapak Ikhsannudin S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

5. Ibu Diah Arruum, M. Kep penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.

6. Ibu Lufthiani, S. Kep, Ns, M.Kes penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Bapak/ Ibu dosen Fakultas Keperawatan yang telah memberikan tanggapan dan saran kepada penulis.

8. Direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

9. Direktur utama RSUD dr. Pirngadi Medan beserta staff dan pegawai yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan uji reliabilitas di RSUD dr. Pirngadi Medan.

10. Orang tua penulis Alm. J. Kaban dan A. Ginting Munthe serta kedua saudara laki-laki penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat saya yang turut membantu kelancaran Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala


(4)

kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Medan, 09 Desember 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penilitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6

1.1 Defenisi Pengetahuan ... 6

1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 6

2. Peran Perawat ... 7

2.1 Definisi Peran ... 7

2.2 Peran Perawat Kesehatan ... 7

2.3 Peran Perawat Sebagai Pendidik ... 9

2.4 Peran Perawat Sebagai Pembela ... 10

3. Persetujuan Tindakan Medik ... 14

3.1 Pengertian Informed Consent ... 14

3.2 Tata Laksana Persetujuan Tindakan Medis ... 15

3.3 Unsur-unsur Dalam Informed Consent ... 16

3.4 Peraturan Informed Consent ... 18

BAB 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 20

2. Defenisi Operasional ... 21

BAB 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 23

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4. Pertimbangan Etik ... 24

5. Instrumen Penelitian ... 25

6. Validitas dan Reliabilitas ... 27


(6)

9. Analisa Data ... 29 BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian ... 30 2. Pembahasan ... 36 BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan... 43 2. Rekomendasi ... 44 Daftar Pustaka ...46 Lampiran-lampiran

1. Inform Consent 2. Kuesioner Penelitian 3. Jadwal Tentatif Penelitian 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Taksasi Dana

6. Uji Reabilitas 7. Olahan Data


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional pengetahuan perawat tentang peran sebagai

pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent ... 21 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik 40 orang responden perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah Rindu B di

RSUP H. Adam Malik Medan ... 31 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahuan

perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

berdasarkan jawaban responden ... 33 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan

pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik ... 34 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penelitian dari kuesioner pengetahaun

perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent

berdasarkan penilaian jawaban responden ... 35 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

3.1 Kerangka konsep Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di


(9)

Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo

NIM : 101101135

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian

informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.


(10)

Judul : Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Diana Margaretha Br Karo Karo

NIM : 101101135

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien. Peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dan dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki pengetahuan yang kurang (37,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Dari hasil penelitian pengetahuan perawat yang cukup dan pengetahuan yang kurang dapat menjadi dasar bagi penerapan dan pengembangan peran perawat dalam pemberian

informed consent. Disarankan kepada perawat untuk lebih memahami dan mensosialisasikan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.


(11)

Title : The Nurse Knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan

Student Name : Diana Margaretha Br Karo Karo Student Number : 101101135

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

The role of nurses as educator in the giving of informed consent is conducted by assisting the patients in increasing their health knowledge so the patients experience behavioral changes. The role of nurses as defender in the giving of informed consent is conducted by the nurses to assist the patients in interpreting some information from service providers and can play a role to defend and protect the patients’ rights. The purpose of this research is to identify the nurse knowledge about the Role as Educator and Defender in the Giving of Informed Consent in RSUP H. Adam Malik Medan by using descriptive design. The number of observed samples is 40 persons by applying total sampling technique. The result of the research shows that the nurses in wards of RB2A and RB2B have moderate knowledge (62,5%) in running their role as educator and deficient knowledge (37,5%) in running their role as defender in the giving of Informed Consent. From the research result it is found that the sufficient and deficient knowledge of the nurse can be a basic for the application and development of the nurse role in the giving of Informed Consent. It is suggested to the nurse to comprehend more and socialize the role of the nurse as educator and defender in the giving of Informed Consent.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan, pendidik, pembela, koordinator, konsultan, kolaborator dan pembaharu. Perawat dalam menjalankan perannya harus memberikan pelayanan yang baik untuk memulihkan kondisi kesehatan pasien, salah satunya seperti pada pemberian informed consent (Praptianingsih, 2006).

Informed consent merupakan bagian dari rekam medis yang berbentuk surat persetujuan tindakan medis. Informed consent ini digunakan sebagai pedoman/perlindungan hukum yang mengikat karena di dalamnya terdapat segala catatan tentang tindakan, pelayanan terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang merawat, dan tanda tangan pasien yang bersangkutan (Soeparto, 2008).

Perawat menjadi saksi dalam memperoleh informed consent, untuk itu perawat harus memiliki pemahaman tentang proses yang akan dilakukan, seperti pertukaran informasi antara klien dengan dokter saat konsultasi, memastikan klien mengerti secara jelas informasi apa yang telah diterimanya, dan pada waktu klien menandatangani surat informed consent (Sumijatun, 2011).


(13)

Hasil penelitian Salman (2008) di Rumah sakit Pariaman menyatakan bahwa 53,3% perawat tidak melaksanakan peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent pada pasien pra bedah. Sedangkan wawancara penelitian yang dilakukan Rasmudjito (2008) di Rumah sakit DR. Kariadi Semarang terkait dengan telaah aspek hukum perdata terhadap kelengkapan informed consent pada pasien operasi ditemukan bahwa 65% perawat mengatakan jarang dilibatkan dalam pembuatan informed consent dan sebagian besar 85% tidak pernah memeriksa kembali rekam medis pasien, khususnya kelengkapan informed consent sebelum pasien dikirim ke kamar bedah. Selain itu juga 96% perawat tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari ketidaklengkapan formulir informed consent tersebut dari aspek hukum.

Perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent diharapkan mampu untuk bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini harus dilakukan karena Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien (Mubarak & Chayatin, 2005).

Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent yaitu dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasi berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan yang


(14)

diberikan terhadap klien. Perawat juga dapat berperan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Perawat yang tidak menjalankan perannya sebagai pembela dan pendidik dalam pemberian informed consent dapat merugikan pasien. Hal ini sejalan dengan kasus yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan operasi yang menjadi tuntutan oleh pihak keluarga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan semakin sering terjadi, seperti kasus yang terjadi pada seorang anak yang mengalami kelumpuhan setelah dilakukan lumbal punksi oleh dokter di RS. Hasan Sadikin Bandung. Pelaksanaan tindakan sebetulnya sudah diminta persetujuan tertulis dari pihak keluarga, tetapi pasien atau keluarga mungkin belum mengerti terhadap konsekuensi tindakan yang dilakukan. Pada kasus ini peran perawat sebagai pembela harus dijalankan, sehingga pasien dan keluarga mengerti dengan baik tindakan yang dilakukan kepada pasien Hardi (2007, dalam Salman, 2008). Perawat dalam hal ini harus memiliki kesadaran untuk melakukan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent, dimana pasien merupakan manusia yang holistik yang tidak boleh diperlakukan secara semena-mena selama melakukan tindakan (Sumijatun, 2011) agar pasien tidak dirugikan selama tindakan dan memperoleh pelayanan yang baik sesuai kebutuhannya.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember 2013 di RSUP H. Adam Malik Medan di rindu B, perawat memberikan surat


(15)

kembali apakah pasien sudah mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tergerak untuk meneliti bagaimana pengetahuan perawat tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informedconsent di RSUP. H. Adam Malik Medan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian “ bagaimana pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent pada pasien di ruang rawat bedah di RSUP H. Adam Malik Medan”.

3. Tujuan

3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent di RSUP. H. Adam Malik.

b) Untuk mengatahui peran perawat dalam pelaksanaan peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent di RSUP. H. Adam Malik.


(16)

4.Manfaat Penelitian

4.1Bagi Praktek Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktik keperawatan dalam memberikan informasi tentang peran sebagai pembela dan pendidik dalam pemberian informed consent.

4.2Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk memberi pembelajaran tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

4.3Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan maupun informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai pentingnya peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent pada pasien.


(17)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengetahuan

1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan osleh guru, orang tua, teman, buku, dan surat kabar. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : Tahu (know), memahami (Comprehension), Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis), Sintesis (Synthesis), Evaluasi (Evaluation) (Notoatmodjo, 2005).

1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan tingkatan tersebut (Notoatmodjo, 2005).


(18)

2. Peran Perawat 2.1 Definisi Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Barbara, 2010).

2.2Peran Perawat Kesehatan

Peran perawat sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam menunjang kesehatan dan pemulihannya. Peran perawat terdiri dari pemberi asuhan, pendidik, pembela, kolaborasi, konsultan dan pembaharu. Berikut ini uraian mengenai peran perawat yaitu, :

1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya (Potter & Perry, 2010).

2. Peran perawat sebagai pembela dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan


(19)

atau informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien (Mubarak, 2005).

3. Peran perawat sebagai pendidik dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Mubarak, 2005).

4. Peran perawat sebagai koordinator dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien (Mubarak, 2005).

5. Peran perawat sebagai kolaborator dilakukan dengan bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya (Mubarak, 2005). 6. Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan (Mubarak, 2005).

7. Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan (Mubarak, 2005).


(20)

2.3 Peran Perawat sebagai pendidik 2.3.1 Pengertian Pendidik

Peran pendidik ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Menurut Kozier (2010), proses pendidik mempunyai 4 komponen yaitu: 1. Pengkajian

Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Pengkajian tersebut juga mempertimbangkan karakteristik klien yang dapat mempengaruhi proses belajar misalnya kesiapan untuk belajar, motivasi belajar, serta tingkat interpretasi dan pemahaman klien. Kebutuhan belajar berubah seiring perubahan status kesehatan klien, oleh karena itu perawat harus terus mengkaji kondisi mereka.

2. Perencanaan

Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Melibatkan klien dalam proses perencanaan akan mendukung terciptanya rencana yang bermakna serta dapat merangsang motivasi klien.

3. Pelaksanaan

Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan perawat perlu bersikap fleksibel dalam mengimplementasikan setiap rencana karena rencana tersebut mungkin perlu direvisi.


(21)

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses final dan berkelanjutan ketika klien, perawat dan individu pendukung menilai apa yang telah dipelajari.

2.4. Peran Perawat Sebagai Pembela 2.4.1 Pengertian Pembela

Pembela adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau memberikan argumentasi bagi kebutuhan orang lain atau bertindak sebagai pembela pasien dalam praktik keperawatan. Pembela adalah seseorang yang membela perkara orang lain. Defenisi lain menekankan pembela sebagai pendukung dan pelindung dari hal-hal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan pasien, penolong dalam mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan, keinginan dan penolong pasien dalam membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh karena itu pembela merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan, peran perawat sebagai pembela disini harus bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Kozier, 2010).

Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa konsep pembela memiliki 3 pengertian, yaitu:

a. Model perlindungan terhadap hak

Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada

tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini dapat


(22)

dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan

pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.

b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien

Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan

tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai

dengan nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan

nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu

pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau

keputusan.

c. Model penghargaan terhadap orang lain

Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia

yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien memiliki

kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang

terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

Definisi umum pembela menekankan pentingnya hak-hak pasien dalam

mengambil keputusan. Dalam hal ini, peran perawat pembela menolong pasien sebagai

makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai

dengan keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan

pilihannya. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien

dan memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari


(23)

peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien,

dengan melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.

2.4.2 Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat sebagai pembela

Menurut Kozier (2010), untuk menjalankan peran perawat sebagai pembela pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :

1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.

3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara memelihara kesehatannya.

Menurut Kozier (2010), selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas perawat harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai pembela pasien lebih efektif, beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah :

1. Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang positif.

2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.


(24)

3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.

4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

5. Tahu bahwa peran pembela membutuhkan tindakan yang plitis, seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah/pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

2.4.3 Peran perawat sebagai pembela dalam informed consent

Nelson (1988, dalam Creasia & Parker, 2001) menjelaskan bahwa peran perawat

sebagai pembela dalam pemberian informed consent adalah:

1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :

memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien

dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai

penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua

keputusan pasien.

2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,

dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan

tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan

tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan


(25)

3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang

dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam

perawatan.

3. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) 3.1 Pengertian Informed Consent

Dalam terjemahan bahasa Indonesia informed consent adalah persetujuan tindakan medis. Informed artinya telah diberitahukan, telah disampaikan atau telah diinformasikan. Consent berasal dari bahasa latin consentio yang artinya persetujuan, izin, memberi izin (wewenang) kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan medis. Dengan demikian informed consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan rasional, setelah mendapatkan informasi dari dokter dan yang sudah dimengerti pasien (Achadiat, 2006).

Menurut Black (2004) pengertian Informed Consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang resiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan (Potter & Perry, 2010).

Menurut Achadiat (2006) ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medik

(informed consent) yaitu:

1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent), yaitu bisa dalam keadaan normal (biasa) atau darurat (emergency). Dalam keadaan normal bentuk informed consent diberikan pada tindakan yang sudah biasa dilakukan atau sudah diketahui


(26)

umum oleh petugas kesehatan, seperti melakukan penyuntikan dan pengukuran tekanan darah.

2. Dinyatakan (Expressed Consent), yaitu persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung resiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung resiko tinggi seperti tindakan pembedahan dan operasi perlu surat pernyataan dari pasien/keluarga.

3.2 Tata laksana Persetujuan Tindakan Medis

Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis yang ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medik tertentu, dilakukan di sarana kesehatan yaitu di Rumah Sakit atau klinik, karena informed consent

berhubungan dengan pendokumentasian ke dalam catatan medik (Medical Record). Hal ini disebabkan, Rumah sakit atau klinik tempat dilakukannya tindakan medik tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan Rumah sakit juga harus memenuhi standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan demikian, rumah sakit turut bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan informed consent (Achadiat, 2006).

Dalam informed consent informasi tentang pembedahan harus disampaikan pada klien. Hal-hal yang memerlukan pentingnya informed consent yaitu kasus-kasus


(27)

yang menyangkut pembedahan/operasi, kasus-kasus yang menggunakan bahan kimia berbahaya dan kasus-kasus eksperimen, hal ini sangat diperlukan peran perawat sebagai advokasi untuk memfasilitasi pasien dalam mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan yang harus dilakukan kepada klien (PERMENKES No. 585/1989 Bab III).

Menginformasikan klien tentang risiko dan alternatif prosedur bedah dan mendokumentasikan informed consent adalah tanggung jawab dokter bedah. Menjamin tersedianya persetujuan sebelum pembedahan adalah tanggung jawab perawat. Perawat juga bertanggung jawab menunda pembedahan jika menurutnya klien belum memahami rencana intervensi pembedahan, sampai konsultasi dengan dokter berakhir dan klien memahaminya, serta menjamin bahwa persetujuan tindakan yang akan dilakukan telah diperoleh oleh klien (Gruendemann, 2005).

3.3 Unsur-Unsur dalam Informed Consent 3.3.1 Informasi

Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien/keluarga, yaitu informasi mengenai apa yang harus disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who) dan informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan (Achadiat, 2007).

Dalam Permenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta. Informasi harus diberikan sebelum dilakukannya suatu


(28)

tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik maupun terapeutik.

Menurut Guwandi (1993), informasi yang harus diberikan sebelum operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan dengan:

1. Tindakan operasi apa yang hendak dilakuakn 2. Manfaat dilakukan operasi tersebut

3. Resiko pada operasi tersebut

4. Alternatif apa yang ada (kalau ada dan juga kalau mungkin dilakukan) 5. Akibat jika operasi tidak dilakukan

Yang harus memberikan informasi adalah dokter ahli bedah yang akan melakukan operasi tersebut. Informasi harus diberikan dalam bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti oleh pasien, sehingga pasien mempunyai gambaran yang jelas untuk memutuskan tindakan yang akan dipilihnya (Guwandi, 1993).

Kewajiban untuk memberikan informasi ini tidak dapat didelegasikan, misalnya kepada perawat, karena yang bertanggung jawab adalah dokter itu sendiri. Tugas seorang perawat dalam kaitan informed consent adalah memeriksa, mengecek sebelum operasi dilakukan, apakah sudah ada formulir informed consent yang dibubuhi tanda tangan pasien serta perawat juga sebagai saksi bahwa pasien menandatangani formulir informed consent (Guwandi, 1993).


(29)

Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah pasien mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada PERMENKES No. 585 Tahun 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik maka yang menandatangani perjanjian adalah pasien sendiri yang sudah dewasa (di atas 21 Tahun/sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental (PERMENKES No. 585/MENKES/PER/IX/1989).

Untuk pasien di bawah umur 21 tahun, dan pasien penderita gangguan jiwa yang menandatangani adalah orang tua/wali/keluarga terdekat. Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medis segera, maka tidak diperlukan persetujuan dari siapapun (PERMENKES N0. 585/MENKES/PER/IX/1989).

Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara Etika Kedokteran dan Hukum. Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian, yaitu dalam keadaan gawat darurat dan terjadinya tindakan segera. Dalam keadaan-keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu (Guwandi, 1993).

3.4 Peraturan Informed Consent

Sesuai dengan surat keputusan PERMENKES No. 585/MENKES/PER/IX/1989, tentang informed consent inti dari peraturan tersebut adalah: (1) Harus mendapat persetujuan pasien untuk melakukan semua tindakan medis baik secara tertulis maupun secara lisan, setelah mendapatkan informasi yang


(30)

adekuat dan informasi yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan serta situasi dan kondisi pasien; (2) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis; (3) Informasi tentang tindakan medis/operasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi baik diminta, maupun tidak diminta, informasi tersebut harus selengkap-lengkapnya; (4) Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang telah berumur 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan sadar dan sehat mental; (5) Pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali, persetujuan diberikan oleh keluarga; (6) Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh orang tua/wali; (7) Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis, juga rumah sakit/klinik yang bersangkutan.


(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur ketika penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini, menjelaskan tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

Berdasarkan tujuan penelitian dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka konsep pengetahuan perawat dalam perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di Ruang

Rawat Bedah

Pengetahuan Perawat Tentang

Informed Consent

Peran Sebagai: 1. Pendidik 2. Pembela

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang


(32)

Kerangka penelitian diatas menjelaskan tentang pengetahuan perawat yang dihubungkan dengan peran perawat dalam pemberian informed consent. Variabel yang diteliti oleh peneliti adalah variabel pengetahuan perawat tentang peran perawat yang meliputi sebagai pendidik dan pembela. Data yang akan dikumpulkan dari penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, sedang dan buruk. Dari data yang terkumpul tersebut akan diketahui bagaimana pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik Pengetahuan perawat tentang peran perawat sebagai pendidik yaitu tingkat pemahaman Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan

dengan pilihan jawaban pilihan

Hasil pengukuran dari penelitian ini didapat yaitu :

5-6 : baik 3-4 : cukup 0-2 : kurang


(33)

Pengetahuan

perawat tentang peran sebagai

perawat di Ruang RB2A dan RB2B RSUP H. Adam Malik Medan dalam meminta izin, memberi persetujuan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi Pengetahuan perawat

tentang peran

berganda a,b, dan c

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembar

kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan

dengan pilihan jawaban pilihan berganda a, b dan c.

Hasil pengukuran dari penelitian ini didapat yaitu :

5-6 : baik 3-4 : cukup 0-2 : kurang


(34)

pembela sebagai

pembela yaitu tingkat

pemahaman

perawat di Ruang RB2A dan RB2B RSUP H. Adam Malik Medan sebagai pendukung dan pelindung dari hal-hal yang merugikan

pasien,

Mengidentifika si kebutuhan pasien dan penolong

pasien dalam membuat


(35)

keputusan tentang tindakan

operasi yang akan dilakukan pada pasien


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang diteliti (Hidayat, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Desember 2013, jumlah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah sebanyak 40 orang yang terdiri dari Ruang RB2A sebanyak 20 orang, ruang RB2B sebanyak 20 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel harus bersifat representatif (mewakili semua populasi yang ada) dan jumlahnya harus cukup banyak (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini metode


(37)

pengukuran sampel yang dilakukan pada perawat adalah total sampling, jumlah sampel yang digunakan merupakan jumlah seluruh populasi yaitu, sebanyak 40 orang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alasan pemilihan rumah sakit ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent, dimana RSUP H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit pendidikan dan penelitian. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2014.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tetap bepedoman pada prinsip-prinsip etik penelitian yaitu: Pertama prinsip manfaat, dimana peneliti lebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia maka responden harus lebih dahulu menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent), tetapi jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Kedua adalah prinsip keadilan yaitu, untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden (Anonimity). Pada lembar kuesioner hanya di tulis nomor kode tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh penulis (Confidentiality).


(38)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat. Kuesioner pengetahuan berisikan pertanyaan yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan kuesioner peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent pada pasien di ruang rawat bedah.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Pada bagian awal kuesioner penelitian berisi data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan pendidikan.

5.2 Kuesioner Peran Perawat Sebagai Pendidik

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6 pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pilihan. Jika perawat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah: Panjang kelas = Rentang kelas


(39)

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2 adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan baik.

5.3 Peran Perawat Sebagai Pembela

Instrumen penelitian tentang pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent pada pasien rawat bedah, terdiri dari 6 pertanyaan pilihan berganda dengan menggunakan penilaian menggunakan skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item, jika perawat dapat menjawab dengan benar maka skor = 1, jika tidak maka skor = 0. Total skor yang diperoleh terendah 0 yang tertinggi 6.

Berdasarkan data statistik menurut Sudjana (2002), adalah: Panjang kelas = Rentang kelas

Banyak kelas

Dengan P merupakan panjang kelas dengan rentang 0 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent yaitu, pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang, maka didapatkan panjang kelas 3, menggunakan P = 3 dengan nilai terendah 0


(40)

sebagai batas bawah kelas. Maka pengetahuan dikatakan ordinal sebagai berikut: 0-2 adalah pengetahuan kurang, 3-4 adalah pengetahuan cukup, 5-6 adalah pengetahuan baik.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas

Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh sebab itu penting dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (content validity). Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari dari variabel secara tepat. Kuesioner untuk pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela yang digunakan dalam penelitian ini akan divalidasi oleh dosen Departemen Keperawatan Dasar dengan kualifikasi magister di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan content validity index (CVI) adalah 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini sudah valid.


(41)

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 20 orang perawat yang bekerja di ruang rawat bedah RSUD dr. Pirngadi Medan, dimana bukan sampel yang diteliti. Uji reliabilitas telah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014 sampai dengan 19 Maret 2014. Pada proses penelitian ini kuesioner peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent menggunakan komputerisasi dengan metode Kuder Richardson- 21(KR-21), dimana koefisiennya harus >0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler 2004). Hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik diperoleh 0,8 dan hasil uji reliabilitas pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela diperoleh 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini sudah reliabel. Dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002):

�11 = � �

� −1� �1−

M(� − �)

��� �

Keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan M = rerata sekor seluruh butir Vt = varians total


(42)

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti mencari perawat yang bekerja diruang rawat bedah sebelumnya, apabila peneliti telah menemukan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) ataupun memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner. Pada saat pengambilan kuesioner peneliti melihat kelengkapan jawaban responden, jika dalam pertanyaan ada yang belum diisi oleh responden maka peneliti menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut, sehingga semua pertanyaan terjawab, dan peneliti mengumpulkan semua kuesioner. Dalam pengisian kuesioner ini, membutuhkan waktu 10-15 menit untuk masing-masing responden yang bersedia mengisi langsung dan setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti, lalu di lakukan mentabulasi data dengan teknik komputerisasi.

8. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah yaitu: Penyuntingan Data (Editing) dengan memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk, Membuat Kode (Coding) dengan memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu


(43)

mengadakan tabulasi dan analisa data, Memasukkan Data (Data Entry) dengan mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai jawaban masing-masing pertanyaan, Tabulasi dengan membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi. Dari pengolahan data statistik, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Analisa data akan dilakukan dengan menghitung mean dan standar deviasi.


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada hasil penelitian akan diuraikan tentang karakteristik responden, pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informedconsent dan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent. Pada pembahasan akan dibahas tentang hasil penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2014 sampai dengan 14 April 2014 di Ruangan Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah responden 40 orang yang terdiri dari 20 orang perawat yang bekerja di Ruang RB2A dan 20 orang yang bekerja di RB2B. Adapun hasil penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik data demografi perawat yang bekerja di Ruang Rawat Bedah (RB) RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa responden dengan kelompok usia terbanyak (37,5%) berada pada rentang 25-33 tahun. Hampir semua responden (95%) adalah perempuan. Berdasarkan lama kerja, mayoritas responden (75%) bekerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, lebih dari setengah responden (52,5%) memiliki tingkat pendidikan D-III


(45)

Keperawatan, dan tingkat pendidikan S1 Keperawatan (40%). Hasil penelitian mengenai karakteristik responden secara singkat dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)

Data Demografi Jumlah Persentase (%)

1. Usia - 25-33 - 34-42 - 43-51 Total

2. Jenis Kelamin - Laki-Laki - Perempuan Total 3. Lama Kerja

- 1-3 - 3-5 - >5 Total 15 14 11 40 2 38 40 3 7 30 37,5 35 27,5 100 5 95 100 7,5 17,5 75


(46)

4. Pendidikan - SPK - Diploma - Sarjana Total

40

3 21 16 40

100

7,5 52,5 40 100

1.2 Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent

Pada penelitian ini pengetahuan perawat yang akan dibahas yaitu pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

a. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai pendidik

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (62,5%) dan kurang (10%) dapat dilihat pada tabel 5.3.

Hasil pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (62,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dalam menjalankan peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent, 4 orang (10%) responden memiliki


(47)

pengetahuan yang kurang, dan hanya 11 orang (27,5%) responden memiliki pengetahuan yang baik.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik (N=40)

Pengetahuan n %

Baik 11 27,5

Cukup 25 62,5

Kurang 4 10

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian bahwa mayoritas responden menjawab dengan benar 3 pertanyaan (nomor 2, 5 dan 6), tetapi ada 1 pertanyaan yang dijawab salah oleh mayoritas responden yaitu pertanyaan nomor 4 (80%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 5.2.


(48)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent berdasarkan jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

Bernilai Benar Bernilai Salah

n % n %

1 Apakah peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent ?

22 55 18 45

2 Apakah yang harus dilakukan perawat untuk memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan?

36 90 4 10

3 Apakah tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien ?

20 50 20 50

4 Apakah yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan


(49)

dilakukan ?

5 Peran perawat sebagai penidik dalam pemberian informed consent adalah memberikan pendidikan mengenai tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien, sehingga terjadi

perubahan perilaku pada pasien. Hal ini dapat dilihat dari perilaku pasien dalam pemberian informed consent

yaitu:

33 82,5 7 17,5

6 Kapankah perawat berperan sebagai pendidik dalam pemberian informed consent ?


(50)

b. Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pembela Dalam Pemberian

Informed Consent

Hasil penelitian pada pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent diperoleh baik (27,5%), cukup (35%) dan kurang (37,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5

Cukup 14 35

Kurang 15 37,5

Berdasarkan jawaban yang diberikan responden diperoleh hasil penilaian bahwa mayoritas responden menjawab pertanyaan dengan benar dari 6 pertanyaan, bahkan ada 4 pertanyaan yang mayoritas responden dapat menjawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4 dan 5. Namun, ada 2 pertanyaan yang kurang dari setengah responden menjawab dengan salah, yaitu pertanyaan nomor 1 (72,5%) dan pertanyaan nomor 6 (82,5%). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 5.4.


(51)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase hasil penilaian dari kuesioner pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent berdasarkan penilaian jawaban responden (N=40)

No Pertanyaan

BernilaiBenar BernilaiSalah n % n % 1 Apakah peran perawat sebagai

pembela dalam pemberian

informed consent ?

11 27,5 29 72,5

2 Apa sajakah informasi yang diberikan perawat terkait hak perlindungan pada pasien ?

36 90 4 10

3 Dalam pemberian informed consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara:

39 97,5 1 2,5


(52)

consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai penghubung antara pasien dan tenaga kesehatan yang lain. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara:

5 Bagaimana peran perawat sebagai pembela saat pasien mengambil keputusan tentang perawatan yang akan dijalaninya ?

32 80 8 20

6 Kapankah perawat berperan sebagai pembela dalam pemberianinformedconsent ?

7 17,5 33 82,5

Dari data yang dikumpulkan diperoleh gambaran pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent dengan kategori perawat yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 15 orang (37,5%), berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (35%), dan berpengetahaun baik sebanyak 11 orang (27,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut ini.


(53)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase responden terkait dengan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela (N=40)

Pengetahuan N %

Baik 11 27,5%

Cukup 14 35%

Kurang 15 37,5%

2. Pembahasan

2.2 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan maka didapatkan pengetahuan perawat cukup (62,5%) dan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%). Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah tingkat pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian dari data demografi, ditemukan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak (52,5%) adalah lulusan Ahli Madya Keperawatan ikut serta mendukung tingkat pengetahuan


(54)

responden tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent dalam penelitian ini dan mayoritas (75%) responden bekerja lebih dari 5 tahun tidak cukup untuk berkontribusi membuat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian informed consent pada kategori baik. Hal ini juga didukung dari adanya dua pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 30% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 3, bahkan ada 1 pertanyaan yang mayoritas responden menjawab salah.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmud yang menyebutkan pengetahuan perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent di RSU Pemangkat Kalimantan Barat dalam kategori cukup. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan perawat dan pengalaman perawat.

Untuk pertanyaan tentang tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien (pertanyaan nomor 3), 50% responden menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang, responden menjawab bahwa tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien adalah agar pasien tidak menyesal terhadap tindakan yang dilakukan. Menurut Guwandi (1993) tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang dilakukan adalah supaya pasien terhindar dari tindakan malpraktik. Kurangnya pengetahuan perawat tentang keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien karena berdasarkan pernyataan beberapa pasien bahwa perawat tidak terbiasa melakukan perannya sebagai pendidik kepada


(55)

pasien dengan menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan biasanya dilakukan oleh dokter. Meskipun, penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan biasanya disampaikan oleh dokter, namun perawat juga harus mengetahui perannya sebagai pendidik yaitu menginformasikan dan memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan khususnya tindakan keperawatan. Hal ini juga sesuai dengan PERMENKES No. 585/1989 Bab III yang menyatakan bahwa hal-hal yang memerlukan pentingnya informed consent yaitu kasus-kasus yang menyangkut pembedahan/operasi, hal ini sangat diperlukan peran perawat sebagai pendidik untuk menginformasikan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

Untuk pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan (pertanyaan nomor 4) 80% responden menjawab salah yaitu sebanyak 32 orang, responden menjawab bahwa yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan adalah memastikan pasien mengerti tindakan yang akan dilakukan. Menurut kozier (2010) proses pendidik dalam keperawatan adalah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Guwandi (1993) tindakan yang dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan adalah memastikan pasien siap dan bersedia untuk dilakukan tindakan.

Pengetahuan dalam menjalankan perannya khususnya peran sebagai pendidik dalam informed consent harus dimiliki oleh perawat khususnya perawat yang bekerja


(56)

di ruang rawat bedah agar memudahkan pasien untuk mengerti tindakan yang akan dilakukan dan pasien juga tidak merasa dirugikan atas tindakan yang dilakukan (Guwandi, 1993).

2.3 Pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian informed consent

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela di ruang rawat bedah RB2A dan RB2B dalam pemberian

informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan bila dilihat secara keseluruhan maka didapatkan pengetahuan perawat kurang baik (37,5%) dan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebesar (27,5%).

Secara keseluruhan pengetahuan perawat berada di dalam kategori yang kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan perawat secara rinci untuk setiap pertanyaan, ada beberapa pertanyaan dimana responden yang menjawab salah lebih dari 50% antara lain pertanyaan nomor 1 dan 6.

Hasil pengetahuan perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salman yang menyebutkan pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dalam kategori baik (53,3%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan masa kerja lebih dari 10 tahun.

Untuk pertanyaan tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian


(57)

(72,5%) responden menjawab pembela dari lingkungan sekitar pasien. Menurut Kozier (2010) peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent

adalah sebagai pembela atau yang bertanggung jawab untuk melindungi atau membela hak-hak pasien dari adanya penipuan atau penyimpangan.

Untuk pertanyaan tentang kapan perawat berperan sebagai pembela dalam pemberian informed consent (pertanyaan nomor 6) lebih dari 50% yaitu sebanyak 33 orang (82,5%) responden menjawab perawat berperan sebagai pembela dalam pemberian informed consent sebelum pasien menandatangani informed consent. Menurut Kozier (2010) peran perawat saat pasien menandatangani lembar informed consent adalah menjadi saksi pasien, untuk itu perawat perlu pemahaman tentang proses yang akan dilakukan kepada pasien dan perawat juga harus mengetahui perannya sebagai pembela setelah pasien menandatangani informed consent dan ketika tindakan telah dilakukan kepada pasien, sehingga pasien tidak dirugikan atas tindakan yang telah dilakukan.

Dari pengetahuan yang dimiliki perawat terlihat bahwa pengetahuan perawat tentang peran sebagai pembela kurang baik sehingga peneliti mengasumsikan bahwa perawat seharusnya harus lebih memahami lagi peran- peran perawat terkhususnya peran perawat sebagai pembela atau pelindung pasien dalam pemberian informed consent sehingga pasien tidak akan merasa dirugikan atas tindakan yang telah dilakukan dan perawat juga dapat melindungi hak-hak pasien.

Kebijakan instansi juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja seorang perawat. Jika instansi sering memberikan reinforcement positif kepada


(58)

perawat, maka akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas kerja. Dengan demikian perawat juga dapat memperluas wawasannya dan meningkatkan pengetahuannya khususnya tentang peran perawat sebagai pembela dalam pemberian

informed consent dengan cara sering mengikuti seminar atau pelatihan tentang peran-peran perawat dalam pemberian informed consent atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang responden yaitu 20 perawat yang bekerja di ruang rawat RB2A dan 20 orang perawat yang bekerja di ruang rawat RB2B. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari setengah responden memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pendidik dalam pemberian

informed consent pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden memiliki tingkat pengetahuan tentang peran sebagai pembela dalam pemberian

informed consent pada kategori kurang baik. 2. Rekomendasi

2.1 Praktik keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian diharapakan Rumah sakit dapat mensosialisasikan peran perawat dalam pemberian informed consent, sehingga


(60)

perawat dapat menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent.

2.2 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini hanya menunjukkan tingkat pengetahuan perawat tentang peran sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber data baru bagi penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam upaya pemberian informed consent. 2.4 Pendidikan Keperawatan

Dalam bidang pendidikan keperawatan pemberi materi perkuliahan tentang

informed consent hendaknya lebih menekankan kembali pada pentingnya peran perawat dalam pemberian informed consent. Sehingga nantinya pendidikan keperawatan memiliki lulusan tenaga perawat yang terampil dalam menjalankan perannya dalam pemberian informed consent.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C. (2006). Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalamTantangan Zaman. Jakarta: EGC.

Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, A. A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V. Erlangga.

Gruendemann, B. J. ( 2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC. Guwandi, J. (1993). Tindakan Medik dan Tanggung jawab Produk Medik.

Fakultas Jakarta: Kedokteran UI.

Kepmenkes No. 585/MENKES/PER/IX/1989. Tentang Persetujuan Tindakan Medik.

_________ No. 436/MENKES/SK/VI/1993. Tentang Berlakunya Standar Pelayanandi Rumah Sakit.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik. Jakarta: EGC.

Mubarak, W. ( 2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto. Martono, N. (2005). Pendidikan Jarak Jauh Program Sarjana Keperawatan untuk

Perawat Indonesia Lulusan Diploma 3 Keperawatan/Akademi Keperawatan yangBekerja di Luar Negeri. Diambil pada tanggal 16 Maret 2014

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Potter, P.A., & Perry, A. G (2010). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Praptianingsih, S. (2006). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(62)

Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi : Perekam Medis & Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu.

Sumijatun. ( 2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Soeparto, Pitono . (2008). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Salman. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Informed

Consent Dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Pada Klien Pra Bedah RSUD Pariaman. Diambil Tanggal 22 Oktober 2013.


(63)

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Diana Margaretha Br Karo-Karo / NIM 101101135 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan Perawat Tentang Peran Sebagai Pendidik dan Pembela dalam Pemberian Informed Consent”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perawat dalam pelaksanaan peran pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian

informed consent. Selain itu, data dan informasi hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber data dalam materi perkuliahan dan diskusi yang berhubungan dengan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan jujur. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas kerja sama saudara

Medan, Februari 2014

Responden Peneliti

( ) (Diana Margaretha Br Karo-Karo)


(64)

Lembar Kuesioner

Pengetahuan Perawat Tentang Peran sebagai Pendidik dan Pembela Dalam Pemberian Informed Consent di Ruang Rawat Bedah RSUP H. Adam Malik Medan

Bagian 1: Pengkajian Data Demografi

Petunjuk soal: Isilah kuesioner berikut ini dengan memberikan tanda checklist pada salah satu kotak yang sesuai menurut anda

1. Kode (diisi peneliti) :

2. Usia : Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan 4. Lama Kerja

1-3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun 5. Pendidikan

SPK Diploma Sarjana Magister


(65)

1. Pertanyaan Tentang Peran Perawat sebagai Pendidik Petunjuk pengisian:

Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan peran perawat sebagai pendidik dan pembela dalam pemberian informed consent. Pilihlah jawaban yang paling benar menurut pendapat anda dan beri tanda (√) pada tanda kurung yang tersedia.

1. Apakah peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent ? ( ) memastikan identitas pasien sudah sesuai dengan data-data pasien

( ) memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan

keperawatan

( ) mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien

2. Apakah yang harus dilakukan perawat untuk memastikan pasien mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan ?

( ) memberikan informasi kembali tentang hal-hal yang akan dilakukan sebelum tindakan

dilakukan kepada pasien

( ) tidak memberikan informasi apapun setelah dokter menjelaskan tindakan ( ) memberikan informasi setelah pasien menandatangani informed consent

3. Apakah tujuan perawat menjelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien ?

( ) agar pasien terhindar dari tindakan malpraktik

( ) agar pasien memiliki pengetahuan tentang penyakitnya ( ) agar pasien tidak menyesal terhadap tindakan yang dilakukan

4. Apakah yang harus dilakukan perawat dalam mengkaji kesiapan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan ?

( ) memastikan pasien mengerti tindakan yang akan dilakukan ( ) memastikan pasien siap untuk dilakukan tindakan

( ) pasien tidak siap untuk dilakukan tindakan

5. Peran perawat sebagai pendidik dalam pemberian informed consent adalah memberikan pendidikan mengenai tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien, sehingga terjadi perubahan perilaku pada pasien. Hal ini dapat dilihat dari perilaku pasien dalam pemberian informed consent yaitu :


(66)

( ) pasien mengerti tentang resiko terhadap tindakan yang akan dilakukan ( ) pasien mengerti makna dari informed consent

( ) pasien mengerti alat-alat kesehatan yang digunakan selama tindakan

6. Kapankah perawat berperan sebagai pendidik dalam pemberian informed consent

?

( ) sebelum pasien menandatangani informed consent

( ) setelah pasien menandatangani informed consent


(67)

2. Pertanyaan Tentang Peran Perawat sebagai Pembela Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang paling benar menurut pendapat anda dan beri tanda (√) pada tanda kurung yang tersedia.

1. Apakah peran perawat sebagai pembela dalam pemberian informed consent ? ( ) pembela terhadap hak-hak pasien

( ) pembela dari lingkungan sekitar pasien

( ) memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang benar

2. Apa sajakah informasi yang diberikan perawat terkait hak perlindungan pada pasien ?

( ) menginformasikan kepada pasien tentang semua hak yang dimilikinya ( ) menginformasikan kepada pasien makna dari informed consent

( ) tidak menginformasikan hak yang dimiliki pasien

3. Dalam pemberian informed consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara :

( ) memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien

dalam pengambilan keputusan

( ) mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain

( ) memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien

4. Dalam pemberian informed consent peran perawat sebagai pembela salah satunya adalah sebagai penghubung antara pasien dan tenaga kesehatan yang lain. Hal ini dapat dilakukan perawat dengan cara :

( ) perawat mengklarifikasi komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan lain sehingga

memiliki pemahaman yang sama

( ) perawat melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien ( ) perawat mempercayakan semua tindakan pada tenaga kesehatan lain

5. Bagaimana peran perawat sebagai pembela saat pasien mengambil keputusan tentang perawatan yang akan dijalaninya ?

( ) perawat memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien


(68)

( ) perawat membuat keputusan sesuai dengan keinginan petugas kesehatan yang lain

( ) perawat menyerahkan segala keputusan kepada pasien itu sendiri

6. Kapankah perawat berperan sebagai pembela dalam pemberian informed consent

?

( ) sebelum pasien menandatangani informed consent

( ) setelah pasien menandatangani informed consent


(69)

FREQUENCIES VARIABLES=USIA JENISKELAMIN LAMAKERJA PENDIDIKAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 PENGETAHUANPENDIDIK /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS. Frequencies [DataSet0] Statistics USI A JENISKELAMI N LAMAKERJ A PENDIDIKA

N P1 P2 P3 P4 P5 P6

PENGETAHUA N PENDIDIK N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Missin

g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Mean 1.90 1.95 2.68 2.32 .55 .90 .50 .20 .82 .92 2,18 Std.

Deviatio n

.810 .221 .616 .616 .50 4 .30 4 .50 6 .40 5 .38 5 .26 7 .594 Frequency Table USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25-33 15 37.5 37.5 37.5

34-42 14 35.0 35.0 72.5

43-51 11 27.5 27.5 100.0


(70)

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 2 5.0 5.0 5.0

PEREMPUAN 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

LAMAKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 TAHUN 3 7.5 7.5 7.5

3-5 TAHUN 7 17.5 17.5 25.0

> 5 TAHUN 30 75.0 75.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SPK 3 7.5 7.5 7.5

DIPLOMA 21 52.5 52.5 60.0

SARJANA 16 40.0 40.0 100.0


(71)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 18 45.0 45.0 45.0

BENAR 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 4 10.0 10.0 10.0

BENAR 36 90.0 90.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 20 50.0 50.0 50.0

BENAR 20 50.0 50.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(72)

Valid SALAH 32 80.0 80.0 80.0

BENAR 8 20.0 20.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 7 17.5 17.5 17.5

BENAR 33 82.5 82.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 3 7.5 7.5 7.5

BENAR 37 92.5 92.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KURANG 4 9.8 10.0 10.0

CUKUP 25 61.0 62.5 72.5

BAIK 11 26.8 27.5 100.0

Total 40 97.6 100.0

Missing System 1 2.4


(73)

FREQUENCIES VARIABLES=USIA JENISKELAMIN LAMAKERJA PENDIDIKAN P1 P2 P3 P4 P5 P6 PEMBELA /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS. Frequencies [DataSet0] Statistics USI A JENISKELAMI N LAMAKERJ A PENDIDIKA

N P1 P2 P3 P4 P5 P6

PEMBEL A N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Missin

g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean

1.90 1.95 2.68 2.32 2.2

8 .90 .98 .82 .80 .18 1.90 Std.

Deviation .810 .221 .616 .616 .45 2 .30 4 .15 8 .38 5 .40 5 .38

5 .810

Frequency Table

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25-33 TAHUN 15 37.5 37.5 37.5

34-42 TAHUN 14 35.0 35.0 72.5

43-51 TAHUN 11 27.5 27.5 100.0


(74)

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 2 5.0 5.0 5.0

PEREMPUAN 38 95.0 95.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

LAMAKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 TAHUN 3 7.5 7.5 7.5

3-5 TAHUN 7 17.5 17.5 25.0

> 5 TAHUN 30 75.0 75.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SPK 3 7.5 7.5 7.5

DIPLOMA 21 52.5 52.5 60.0

SARJANA 16 40.0 40.0 100.0


(75)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 29 72.5 72.5 72.5

BENAR 11 27.5 27.5 100.0

Total 40 00.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 4 10.0 10.0 10.0

BENAR 36 90.0 90.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 1 2.5 2.5 2.5

BENAR 39 97.5 97.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 7 17.5 17.5 17.5

BENAR 33 82.5 82.5 100.0


(76)

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 8 20.0 20.0 20.0

BENAR 32 80.0 80.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 33 82.5 82.5 82.5

BENAR 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

PEMBELA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KURANG 15 37.5 37.5 37.5

CUKUP 14 35.0 35.0 72.5

BAIK 11 27.5 27.5 100.0


(77)

Kuadrat No

DATA PERTANYAAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAN SEBAGAI PENDIDIK DALAM PEMBERIAN INFORMED CONSENT

Skor Skor

(X) (X2)

1 2 3 4 5 6

1 1 1 1 1 1 1 6 36

2 1 1 1 0 1 1 5 25

3 1 1 1 1 1 1 6 36

4 1 1 1 1 1 1 6 36

5 1 1 1 1 1 1 6 36

6 1 1 0 0 1 0 3 9

7 1 1 0 1 0 1 4 16

8 1 0 1 1 1 1 5 25

9 0 1 0 0 0 1 2 4

10 1 0 1 0 0 0 2 4

11 1 1 1 1 1 1 6 36

12 1 1 1 1 1 1 6 36

13 1 1 1 1 1 1 6 36

14 0 0 0 0 0 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 6 36

16 1 1 1 1 1 1 6 36

17 1 1 1 1 1 1 6 36

18 1 1 0 0 0 0 2 4

19 1 1 1 1 1 1 6 36

20 1 1 1 1 1 1 6 36

JUMLAH 96 520

��21 = � �

�−1�

(

1- M � �−� � � ���

)

Vt = ∑ �2- (∑ � )²

N N

= 520 – (96)² 20

20 = 520 – 9216


(78)

20 = 520 – 460,8

20

= 2,96

M = ∑ � = 96 = 4,8 N 20

��21 = ��−1

(

1- M� �−� �����

)

= � 6

6−1�

(

1- 4,8 � 6−4,8 6 � 2,96�

)

= (1,2 ) ( 1- 4,8 � 1,2

17,76� = ( 1,2 ) ( 1- 0,324324) = (1,2) (0,675676) = 0,810811


(79)

KUADRAT

NO DATA PERTANYAAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PERAN SEBAGAI PEMBELA DALAM PEMBERIAN INFORMED CONSENT

SKOR SKOR

(X) (X2)

1 2 3 4 5 6

1 1 1 1 1 1 1 6 36

2 1 1 1 1 1 1 6 36

3 1 1 1 1 1 1 6 36

4 1 1 1 1 1 1 6 36

5 1 1 1 0 1 1 5 25

6 1 1 1 1 1 1 6 36

7 0 1 1 0 0 0 2 4

8 1 0 0 1 1 0 3 9

9 1 1 1 1 1 1 6 36

10 1 1 1 1 1 1 6 36

11 1 0 1 1 0 1 4 16

12 0 1 0 0 0 0 1 1

13 1 1 1 1 1 1 6 36

14 1 1 1 1 1 1 6 36

15 1 0 1 1 0 1 4 16

16 1 0 0 0 1 0 2 4

17 1 1 1 1 1 1 6 36

18 1 0 0 1 0 0 2 4

19 1 1 1 1 1 0 5 25

20 1 1 1 1 1 1 6 36

JUMLAH 94 500

��21 = � �

�−1�

(

1- M � �−� �����

)

Vt = ∑ �2- (∑ � )²

N N

= 500 – (94)² 20

20 = 500 – 8836

20 20


(80)

= 500 – 441,8

20

= 2,91

M = ∑ � = 94 = 4,7 N 20

��21 = ��−1

(

1- M� �−� �����

)

= � 6

6−1�

(

1- 4,7 � 6−4,7 6 � 2,91�

)

= (1,2 ) ( 1- 4,7 � 1,3

17,46� = ( 1,2 ) ( 1- 0,349943) = (1,2) (0,650057) = 0,780069


(81)

4 JADWAL TENTATIF PENELITIAN

N

o. Kegiatan

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul 2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyusun proposal penelitian 4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data

9 Analisa data 1 0 Penyusunan laporan skripsi 1 1 Pengajuan sidang skripsi 1

2 Sidang skripsi 1

3 Revisi skripsi 1

4

Mengumpulkan


(82)

TAKSASI DANA

Keterangan dana yang akan digunakan untuk keperluan pembiayaan kegiatan penelitian mulai dari proposal sampai skripsi

1. Proposal

a. Biaya print proposal Rp. 350.000

b. Pencarian literature internet Rp. 200.000 c. Fotocopy sumber literatur Rp. 150.000 d. Fotocopy proposal – skripsi Rp. 200.000

e. Survey awal Rp. 200.000

2. Pengumpulan data

a. Izin penelitian Rp. 300.000

b. Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 200.000 3. Analisa data dan penyusunan Laporan

a. jilid proposal – skripsi Rp. 200.000

b. Biaya tak terduga Rp. 200.000

Total Biaya yang diperlukan Rp. 2 .000.000


(83)

Nama : Diana Margaretha Br. Karo Karo Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 22 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Bunga Mawar 18 No. 9 Padang Bulan Medan 20133

Riwayat Pendidikan :

1. SD Budi Murni 2 Medan (1998- 2004) 2. SMP Budi Murni 2 Medan (2004- 2007) 3. SMA Negeri 15 Medan (2007- 2010) 4. S1 Keperawatan USU Medan (2010- sekarang)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)