Indikator Responsivitas

b. Indikator Responsivitas

Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam menjalankan tugas pemberdayaan UKM Produk Unggulan ternyata menerima keluhan dan tuntutan dari masyarakat di wilayah kerjanya Keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut menyayangkan respon Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali terhadap tuntutan mereka dalam kegiatan pemberdayaan UKM Produk Unggulan terutama tuntutan untuk melakukan pembinaan. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Tri Budi Hastuti, S.sos selaku Kepala Seksi Kemitraan dan pengembangan jaringan UKM Kab. Boyolali sebagai berikut:

“Sebenarnya pelatihan dan penyuluhan itu sudah dilaksanakan secara periodik selama empat sampai lima kali pertahun, tapi

penyuluhan tersebut belum bisa dijangkau oleh semua UKM Produk Unggulan yang ada soalnya belum semua UKM Produk Unggulan tahu manfaat dari penyuluhan dan pelatihan yang kita selenggarakan.” (Wawancara, 14 Juli 2011)

Unggulan dalam kegiatan pembinaan, salah satunya adalah Bapak Suyono yang mengatakan berikut ini:

“Ya kecewa mbak. Kenapa yang diikutsertakan pembinaan hanya orang-orang itu saja. Padahal kami juga berkeinginan mendapatkan pembinaan tersebut untuk bekal kami mengembangkan usaha. (Wawancara, 26 Juli 2011)

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Sri Widodo berikut ini: “Kalau saya sendiri belum puas ya mbak dengan program yang

dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM itu. Karena sampai sekarang saya belum diberikan pembinaan, paling-paling cuma disuruh melaporkan keberadaan profil UKMnya saja, sampai sekarang belum juga dibina langsung .” (Wawancara, 26 Juli 2011)

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh pengusaha UKM Produk Unggulan di atas dapat dilihat bahwa masyarakat mengeluhkan responsivitas Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan. Masyarakat merasa Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali kurang tanggap terhadap permintaan pembinaan yang diajukan oleh masyarakat dan merasa tidak bertindak cepat dalam memenuhi permintaan pembinaan. Mengacu pada beberapa pendapat masyarakat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai pengguna jasa belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali, karena masyarakat menilai Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali kurang respon terhadap permintaan pembinaan yang diajukan oleh masyarakat pengguna jasa.

masyarakat di atas Bapak Laksana Pujiyanta, BSc selaku Kepala Seksi Bina Kelembagaan UKM Kab. Boyolali menjawab sebagai berikut:

“Melakukan pembinaan itu harus melalui beberapa prosedur ya mbak. Pengusaha UKM hendaknya juga aktif memberikan laporan profil UKM, informasi dan penawaran pembinaan kepda petugas. Setelah itu, Dinas akan melakukan pendataan dan melakukan pengecekan keberadaan UKM tersebut apakah benar- benar ada. Dari situ kita bisa melakukan pembinaan langsung apabila hasilnya memenuhi kriteria untuk dilakukan pembinaan. Tetapi kalau hasilnya tidak memenuhi yang kita tidak bisa melakukan pembinaan. Pelaksanaan pembinaan harus benar-benar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk melakukan pembinaan. Karena pembinaan disesuaikan dengan tujuan dari pembinaan. “ (Wawancara, 14 Juli 2011)

Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Tri Budi Hastuti, S.sos selaku Kepala Seksi Kemitraan dan pengembangan jaringan UKM Kab. Boyolali berikut ini:

“Pembinaan harus disesuaikan dengan tujuan pembinaan, itulah kenapa harus memenuhi kriteria pembinaan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pengusaha UKM Produk Unggulan .” (Wawancara, 14 Juli 2011).

Berdasarkan apa yang disampaikan di atas dapat diketahui bahwa pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali telah merespon dengan baik tuntutan dari pengusaha UKM yang menginginkan pembinaan. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa masyarakat belum memahami kriteria-kriteria untuk melakukan pembinaan, sehingga masyarakat merasa bahwa Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali tidak merespon keluhan dan tuntutan mereka.

memberikan penjelasan kepada Pengusaha UKM dalam pertemuan pembinaan tersebut. Pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten pengusaha UKM belum berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Bapak Laksana Pujiyanta, BSc selaku Kepala Seksi Bina Kelembagaan UKM Kab. Boyolali berikut ini:

“Untuk mengatasi tuntutan pengusaha UKM mengenai pembinaan kami selalu memberikan penjelasan tentang kriteria-kriteria UKM

yang sesuai untuk dilakukan pembinaan, mengingat banyaknya jumlah UKM yang ada. Tetapi kami mengakui bahwa komunikasi kami dengan pengusaha UKM itu belum berjalan baik terutama jalur komunikasi di tingkat desa-desa yang masih sulit terjangkau .”(Wawancara, 14 Juli 2011)

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Bapak Laksana Pujiyanta, BSc di atas dapat diketahui bahwa upaya-upaya yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan responsivitas untuk melakukan pembinaan antara lain:

1) Memberikan konsultasi tentang pentingnya melakukan pembinaan;

2) Membuatkan database profil usaha dan profil produksi UKM;

3) Melakukan survei lapangan yang bertujuan utuk mengetahui kendala yang dihadapi UKM;

Selain itu pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali juga melakukan proses monitoring evaluasi dan pelaporan. Proses monitoring adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Hal ini menjaga agar proses pemberdayaan UKM Produk Unggulan dapat dipantau secara terus menerus. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Ir. Agoes Djoko Moeljanto, MM selaku Kepala Seksi Permodalan:

“Proses monitoring dilakukan dengan misalnya UKM Produk Unggulan yang membutuhkan modal usaha kita sosialisasikan dengan memberikan dukungan informasi di bidang permodalan, dengan proses sebagai berikut: mengajukan usulan pinjaman bergulir, pengecekan administrasi (ini dilakukan untuk mengantisipasi kebenaran dan kelayakan usahanya, apakah si peminjam tadi benar-benar mempunyai usaha, karena dulu pernah kejadian setelah kita mengecek ternyata tidak ada usahanya), setelah terjadi pengecekan administrasi barulah dana tersebut kita turunkan, kemudian dengan turunnya pinjaman tersebut kita juga masih

melakukan

pembinaan

dalam penggunaan

permodalannya.Wawancara, (14 Juli 2011)

Dengan proses monitoring evaluasi dan pelaporan ini maka UKM Produk Unggulan dapat diawasi secara berkelanjutan sehingga apabila ada indikasi dari UKM Produk Unggulan mengalami masalah dapat segera diketahui oleh pihak Dinas Koperasi dan UMKM untuk segera dicarikan solusi kembali. Sebagaimana diungkapkan oleh Laksana Pujiyanta, BSc selaku Kepala Seksi Bina Kelembagaan UKM Kab. Boyolali:

“Kita mempunyai agenda penyuluhan dan pelatihan, tiap beberapa bulan kita cek lagi kalau memang mereka tidak datang ke penyuluhan maka kita akan langsung ke lapangan untuk menanyai

pengusaha UKM mengapa mereka tidak ikut penyuluhan.” (Wawancara, 14 Juli 2011)

Dengan adanya monitoring evaluasi dan pelaporan, UKM Produk Unggulan dapat dipantau dalam perkembangan usahanya serta dapat diketahui keaktifan pengusaha UKM untuk mengikuti penyuluhan dan pelatihan.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa responsivitas Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali cukup baik dalam upaya memberdayakan UKM Produk Unggulan, hanya saja dari pihak pengusaha UKM Produk Unggulan sendiri memang kurang tanggap terhadap apa yang telah disampaikan pihak Dinas Koperasi dan UMKM kepada mereka. Keluhan dari para pengusaha UKM Produk Unggulan bukan berasal dari kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali tetapi cenderung pada mereka yang merasa belum diberikan pembinaan.