Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Proyek Perubahan Diklatpim II PKP2A III LAN

4.2.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Proyek Perubahan Diklatpim II PKP2A III LAN

Tabel 4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Proyek perubahan Diklatpim II PKP2A III LAN

Sumber : Data Diolah, 2017.

Kendala umum yang terjadi adalah optimalisasi anggaran yang berpengaruh pada pencapaian milestone jangka panjang, dan masalah teknis di lapangan. Lebih khusus, Alumni Diklatpim II Balikpapan dan Palangkaraya lebih terkendala pada kurangnya dukungan stakeholder dikarenakan ego/kepentingan sektoral, sedang Samarinda merasa terkendala mutasi atau promosi alumni Diklatpim maupun pegawai yang terlibat secara langsung pada proyek perubahan tersebut. Namun disisi lain Alumni Diklat PIM II Nunukan tidak merasa terkendala walaupun yang bersangkutan dan tim efektifnya ada yang dimutasi/ promosi.

Tabel 4.6 Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan Proyek perubahan Diklatpim III PKP2A III LAN

Sumber : Data Diolah, 2017. Kontinuitas proyek perubahan umumnya didukung semua pihak,

utamanya dukungan unsur pimpinan, tim efektif, dan stakeholder. Bahkan proyek perubahan sangat terbantu oleh dukungan dan partisipasi dari stake holder seperti tokoh masyarakat, instansi terkait, organisasi kemasyarakatan dan perusahaan dalam program CSR (Corporate Social responsibility).

Adapun sarana dan prasarana yang menjadi faktor penghambat pada proyek perubahan di Samarinda, Palangkaraya dan Nunukan tidak terlalu menjadi kendala dan dapat dioptimalkan oleh alumni. Hal ini karena alumni Samarinda dan Nunukan lebih berfokus pada perubahan mindset/pola pikir masyarakat sehingga ketersediaan sarpras akan mengikuti jika semua pihak telah mempunyai persepsi dan kesadaran yang sama. Sedangkan di Palangkaraya, keterbatasan sarpras hanya sementara, seiring dengan selesainya pembangunan RSUD maka Adapun sarana dan prasarana yang menjadi faktor penghambat pada proyek perubahan di Samarinda, Palangkaraya dan Nunukan tidak terlalu menjadi kendala dan dapat dioptimalkan oleh alumni. Hal ini karena alumni Samarinda dan Nunukan lebih berfokus pada perubahan mindset/pola pikir masyarakat sehingga ketersediaan sarpras akan mengikuti jika semua pihak telah mempunyai persepsi dan kesadaran yang sama. Sedangkan di Palangkaraya, keterbatasan sarpras hanya sementara, seiring dengan selesainya pembangunan RSUD maka

Hal yang menarik, dari inovasi berau dan nunukan yang sama- sama mengangkat tema Sanitasi, di berau untuk program pembuatan jamban lebih menekankan pada bantuan stimulan, sehingga jika yang menginisiasi dan pihak yang terlibat dalam proyek perubahan tersebut mutasi/promosi atau program tidak dianggarkan atau tidak ada sumber dana maka kegiatan tidak dapat berjalan dan terbengkalai. Berbeda dengan yang dilakukan di nunukan, walaupun tidak dianggarkan dan tidak ada sumber dana dari pemerintah, masyarakat bisa membuatnya sendiri secara gorong royong dan mandiri dan menggunakan bahan bekas yang ada.

Tabel 4.7 Faktor Pendukung dan Penghambat Kontinuitas Proyek Perubahan

Sumber : Data Diolah, 2017.

Keberhasilan implementasi proyek perubahan para alumni diklatpim IV tentunya tidak lepas dari beberapa faktor yang menjadi aspek pendorongnya, dimana salah satunya adalah dukungan mentor, atasan langsung maupun pimpinan organisasi merupakan faktor utama kontinuitas proyek perubahan di daerah lokus, bahkan alumni Balikpapan dapat dikatakan telah mendapatkan legitimasi dari Walikota Balikpapan dalam bentuk Perwali sebagai payung hukum dari pelaksanaan program, dengan adanya payung hukum yang jelas, pelaksanaan program dapat lebih leluasa dalam pengimplementasiannya, semakin tinggi level payung hukum yang menaungi, tentunya berpengaruh terhadap daya dukung dan daya jangkau program terhadap elemen secara lebih luas.

Faktor yang tidak kalah penting adalah kemampuan dari proyek perubahan untuk dapat diterapkan dalam setiap kondisi (applicable), hal ini menentukan tingkat keberhasilannya dalam mengoptimalisasi dan mempermudah pelaksanaannya di lapangan. Selain itu pemanfaatan teknologi juga mempermudah proses dan pelaksanan inovasi.

Disamping itu, pelaksanaan proyek perubahan tentu tak lepas dari hambatan dan kendala, dalam pelaksanaan proyek perubahan, hal yang paling umum menjadi kendala adalah kemampuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program serta dukungan infrastrukturnya. Beberapa alumni diklatpim IV berupaya mensiasati kendala anggaran dengan membangun kerjasama dengan pihak lainnya, sehingga terbangun sinergi program.

Proyek perubahan Berau terancam tidak dapat dilaksanakan jika tidak dilakukan pengembangan dan modifikasi sistem. Dari sisi pengelolaan dana hibah yang semula kewenangannya Bagian Kesejahteraan Rakyat di Sekretariat Daerah dialihkan ke kewenangan pengelolaan dana hibah dan bantuan sosial dialihkan ke Dinas Sosial.