kajian pemetaan kemanfaatan proyek perub

PKP2A III LAN

Judul : Kajian Pemetaan Kemanfaatan Proyek Perubahan Pasca

Diklat Kepemimpinan

212 + xviii halaman, 2017 Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

ISBN : 978-602-6228-30-7 Cetakan 1, Desember 2017

Nama Tim Peneliti Nama Tim Penulis Koordinator Peneliti:

Editor :

Tri Noor Aziza SP., MP. Dr. Mariman Darto, M.Si. Windra Mariani, SH

Sekretaris :

Dewi Sartika, SE., MM.

Koordinator :

Tri Noor Aziza SP., MP.

Peneliti :

Rustan A, SP., MA., M.SE.

Anggota:

Fani Heru Wismono, SE, MA., MAP Dewi Sartika, SE., MM. Rustan A, SP., MA., M.SE.

Pembantu Peneliti :

Fani Heru Wismono, SE, MA., MAP Windra Mariani, SH.

Lia Rosliana, S.Psi

Pengolah Data :

Lia Rosliana, S.Psi

Penerbit:

PKP2A III LAN

Jalan H.M. Ardans, SH (Ring Road III) Telepon/Faximile: (0541) 4105600, (0541) 4105612. e-mail: info@samarinda.lan.go.id website: samarinda.lan.go.id

Layout : team Selaras Media Sampul : team Selaras Media

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2001

Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat

1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 mengenai ASN, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memiliki salah satu fungsi yaitu penyelenggaraan diklat kompetensi manajerial Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2017 tentang manajemen Pegawai negeri Sipil terkait pengembangan ASN, dalam bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 butir 31 disebutkan bahwa Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, PKP2A III LAN menyelenggarakan salah satu fungsinya yaitu Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional. Sejak 2014 hingga 2016, PKP2A III LAN, telah menyelenggarakan Diklatpim Tingkat II, III, dan IV yang masing-masing ditujukan untuk ASN yang akan atau sudah menduduki jabatan manajerial yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Esselon II), Jabatan Administrator (Esselon III) dan Jabatan Pengawas (Esselon IV). Diklatpim tersebut diselenggarakan dengan menggunakan diklatpim pola baru yaitu berdasarkan Peraturan Kepala LAN No. 18,

19, dan 20 tahun 2015. Evaluasi merujuk pada proses pengkonf irmasian bahwa

seseorang telah mencapai kompetensi yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan, keahlian dan sikap yang dipersyaratkan bagi aparatur untuk melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, evaluasi kemanfaatan diklat pada alumni diklat merupakan hal penting untuk dilakukan agar investasi yang telah dikeluarkan organisasi mampu memberikan outcome dan benefit yang lebih besar bagi organisasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar kemanfaatan diklatpim yang telah diselenggarakan oleh PKP2A III LAN maka perlu dilakukan pemetaan keberhasilan diklatpim melalui penelusuran (tracer study) terhadap para alumni yang sudah kembali bekerja di instansinya masing-masing serta berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pasca diklatpim.

Akhirnya tim peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya kajian pengembangan kompetensi aparatur sipil negara. Kami juga menyadari adanya kelemahan dalam penyusunan kajian ini. Untuk itu masukan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dalam menyusun kajian yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Samarinda, November 2017 Kepala PKP2A III LAN

Dr. Mariman Darto., M. Si

Executive Summary

Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan bagian dari manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk meningkatkan kompetensi aparatur di lingkungan instansi pemerintah. Sejak pertama kali masuk dalam organisasi pemerintah, calon PNS dididik dalam Pelatihan Dasar CPNS untuk mengenalkan dunia organisasi sektor publik kepada peserta didik. Selanjutnya, setelah menjadi ASN berbagai upaya meningkatkan kompetensi juga dilakukan melalui berbagai diklat teknis maupun fungsional. Sedangkan khusus untuk ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan T inggi dan Jabatan Administrasi dalam organisasi pemerintah dilakukan Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) untuk mempersiapkan mereka menduduki jabatan-jabatan manajerial.

Pelaksanaan diklat diharapkan dapat memberikan perubahan tidak hanya bagi aparatur tetapi juga bagi organisasi tempat aparatur bekerja. Lebih dari itu, pelaksanaan diklat bagi ASN diharapkan bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi organisasi yang muaranya adalah meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan publik. Dalam dunia pendidikan, ukuran nilai tambah digunakan untuk melihat keberhasilan lembaga pendidikan dalam melakukan perubahan yang bisa diprediksi terhadap peserta didik dari kondisi sebelumnya (Hill, dalam Downes & Vindurampulle, 2007:3).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 mengenai ASN, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memiliki salah satu fungsi yaitu penyelenggaraan diklat kompetensi manajerial Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2017 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil terkait pengembangan ASN, dalam Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 butir 31 disebutkan bahwa Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan.

Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, PKP2A III LAN menyelenggarakan salah satu fungsinya yaitu Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional. Sejak 2014 hingga 2016, PKP2A III LAN, telah menyelenggarakan Diklatpim Tingkat II, III, dan IV yang masing-masing ditujukan untuk ASN yang akan atau sudah menduduki jabatan manajerial yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Esselon II), Jabatan Administrator (Esselon III) dan Jabatan Pengawas (Esselon IV). Diklatpim tersebut diselenggarakan dengan menggunakan diklatpim pola baru yaitu berdasarkan Peraturan Kepala LAN No. 18, 19, dan 20 tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II, III, IV.

Untuk mengetahui seberapa besar kemanfaatan diklatpim yang telah diselenggarakan oleh PKP2A III LAN maka perlu dilakukan pemetaan keberhasilan diklatpim melalui penelusuran (tracer study) terhadap para alumni yang sudah kembali bekerja di instansinya masing-masing serta berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pasca diklatpim.

Diklatpim merupakan kewajiban bagi para Pejabat Pimpinan Tinggi di instansi pemerintah dan PKP2A III LAN sebagai bagian dari LAN merupakan lembaga yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan Diklatpim. Oleh karena itu, evaluasi ini merupakan bagian dari upaya penguatan dan perbaikan penyelenggaraan diklatpim khususnya pada fase pelaksanaan evaluasi pasca diklat. Secara lebih rinci, kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa hal, yaitu:

1. Untuk mengetahui kontinuitas Proyek perubahan alumni PKP2A III LAN.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan proyek perubahan alumni PKP2A III LAN.

3. Untuk mengetahui dampak diklatpim terhadap peningkatan performance alumni PKP2A III LAN.

Untuk mendiskripsikan Kemanfaatan Proyek perubahan diklatpim yang telah dilakukan oleh alumni PKP2A III LAN bagi unit organisasi tempat alumni bekerja dan stakeholder.

Kajian ini merupakankajiandeskriptifdenganmenggunakan teknis analisis kualitatif. Analisis data dilakukan dengan memadukan antara data survey dan data lapanganyang menjelaskan keberlanjutan proyek perubahan pasca Diklatpim II, III, dan IV pada PKP2A III LAN. Objek penelitian ini adalah seluruh alumni diklatpim II, III, IV pada PKP2A III LAN dari tahun 2014-2016. Lokus penelitian ini secara umum adalah semua Provinsi/Kabupaten/Kota di mana alumni diklatpim yang diselenggarakan PKP2A III LAN bekerja. Untuk menjangkau seluruh alumni tersebut dibantu dengan instrumen kuisioner yang dikirimkan ke seluruh alumni diklatpim.

Adapun secara khusus lokus pengumpulan data dengan penelitian lapangan di wilayah Kalimantan yang dipilih berdasarkan ketersediaan jumlah alumni yang mewakili Diklatpim II, III dan IV, yaitu Provinsi Kalimantan Timur (Prov. Kaltim, Kota Balikpapan, Kabupaten Berau), Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan) dan Kalimantan Tengah (Kota Palangkaraya). Kajian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan tertentu agar dalam penyajiannya tidak terlalu melebar, dan dapat lebih fokus terhadap apa yang dikaji.

Ruang lingkup kajian ini difokuskan pada Alumni Diklatpim II,

III, dan IV PKP2A III LAN dari tahun 2014-2016 yang menggunakan diklat pola baru. Adapun pembatasan analisis difokuskan pada kontinuitas dan kemanfaatan proyek perubahan serta performance alumni pasca diklatpim II, III, IV. Pembatasan analisis ini relatif sesuai dengan tingkatan evaluasi Kirkpatrick tahap 3 dan 4 yang berguna untuk menghasilkan informasi yang berfokus pada dampak pelatihan bagi organisasi yang merupakan kondisi pasca pelatihan.

Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagianbesar alumni diklatpimpada PKP2A III LAN tetap melanjutkan proyek perubahannya dan sebagian kecil terhenti.

2. Faktor yang mendorong kontinuitas proyek perubahan utamanya adalah dukungan pimpinan dan proyek perubahan yang dimasukkan sebagai kegiatan rutin instansi. Faktor yang menghambat kontinuitas proyek perubahan utamanya adalah mutasi dan promosi kerja alumni, anggaran dan sumber daya (sarprasdan SDM)

3. Diklatpim pola baru pada PKP2A III LAN telah berhasil melahirkan agen-agen perubahan yang memiliki semangat berinovasi dan berkinerja yang tinggi. Adapun materi diklatpim yang membantu, menunjang dan mengatasi persoalan yang dihadapi terkait proyek perubahan pasca Diklatpim terutama materi yang terkait inovasi, membangun tim efektif, diagnostic-reading, serta bench marking.

4. Kemanfaatan proyek perubahan dinilai dari realisasi kemanfaatan, cakupan kemanfaatannya, serta gambaran dampak (impact). Proyek perubahan pada kajian ini memiliki kemanfaatan yang tinggi ditandai dengan respon positif dari masyarakat, meningkatnya kepuasan pelayanan publik, serta kinerja aparatur dan organisasi yang semakin meningkat.

a. realisasi kemanfaatan proyek perubahan meliputi kemudahan prosedur yang ditawarkan, efisiensi waktu, serta pengurangan biaya dalam pelayanan publik.

b. Cakupan kemanfaatan proyek perubahan alumni diklatpim umumnya dirasakan oleh masyarakat luas dan di lingkup organisasi internal.

c. Dampak yang dirasakan adalah peningkatan ekonomi daerah, Peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, Kualitas pelayanan publik meningkat dan tercapainya pelayanan publik yang Murah, Efisien, terukurdan mudah.

Berdasarkan hasil yang didapat dapat direkomendasikan sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah/Kementerian/Lembaga perlu membuat kebijakan terkait kontinuitas proyek perubahan. Sebagai contoh :

a. Inovasi/proyek perubahan harus menjadi bagian dari organisasi dengan melakukan transfer Inovasi/proyek perubaham dengan dukungan dan komitmen pimpinan organisasi

b. Instansi Pengelola SDM bertanggung jawab memonitor kontinuitas proyek inovasi

c. LAN dan Instansi Pengelola SDM perlu menyediakan layanan pengaduan/konsultasi terkait kontinuitas proyek perubahan (Hotline service)

2. Instansi Pengelola SDM dapat memberikan rekomendasi kepada pemda/KL untuk memberikan penghargaan/awards bagi alumni dan proyek perubahan yang berdampak bagi daerah dan nasional.

3. LAN bersamaPemda/KLmembuat kebijakan/regulasi terkait sistemmonitoring dan evaluasi yang terintegrasi : sistem Kompetisi Inovasi Pasca Diklatpim (Sinopadik), Treasure Study Online (TSO).

4. Proyek perubahan harus terintegrasi dengan SIDA, menyesuaikan dengan kebutuhan inovasi daerah.

5. Instansi Pengelola SDM dapat mendorong munculnya Ikatan Alumni Pasca Diklatpim.

6. BPSDM/BKPSDM perlu mempertimbangkan atau merekomendasi- kan kepada pemerintah daerah untuk memberikan penghargaan/ awards bagi alumni yang proyek perubahannya berjalan dan menjadi kebijakan yang berdampak di daerahnya karena bermanfaat baik internal maupun eksternal.

36

3.1.1. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim II ..........

43

3.1.2. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim III .........

49

3.1.3. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim IV.........

3.2. Gambaran Kemanfaatan Proyek perubahan Alumni Diklatpim PKP2A III LAN di Kota Balikpapan ..........

55

55

3.2.1. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim II ..........

67

3.2.2. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim III .........

78

3.2.3. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim IV.........

3.3. Gambaran Kemanfaatan Proyek Perubahan Alumni Diklatpim PKP2A III LAN di Provinsi Kaltim dan instansi Vertikal .....................................................................

92

93

3.3.1. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim II ..........

97

3.3.2. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim III .........

3.3.3. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim IV......... 101

3.4. Gambaran Kemanfaatan Proyek Perubahan Alumni Diklatpim PKP2A III LAN di Kota Palangkaraya ...... 107

3.4.1. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim II .......... 107

3.4.2. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim III ......... 115

3.4.3. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim IV......... 122

3.5. Gambaran Kemanfaatan Proyek perubahan Alumni Diklatpim PKP2A III LAN di Nunukan .......................... 133

3.5.1. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim II .......... 133

3.5.2. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim III ......... 140

3.5.3. Proyek Perubahan Alumni Diklatpim IV......... 150

BAB IV KAJIAN PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN

APARATUR SIPIL NEGARA ...................................................................... 159

4.1. Analisis Hasil Survey Kajian Pasca Diklatpim .......... 160

4.1.1. Kontinuitas Proyek Perubahan ........................... 160

4.1.2. Faktor Pendorong dan Penghambat Proyek perubahan .................................................................. 163

4.1.3. Kemanfaatan Proyek perubahan ...................... 166

4.1.4. Kinerja (Performance) Alumni Diklat Kepemimpinan ........................................................ 171

4.2. Analisis Pemetaan Kemanfataan Proyek perubahan Pasca Diklat Kepemimpinan pada Lokus .................. 175

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Alur Pikir Kajian Pemetaan Kemanfaatan Proyek Perubahan Pasca Diklat Kepemimpinan ...................

8 Gambar 2.1 Mengoptimalkan Performa Pegawai ..........................

28 Gambar 2.2 Tingkatan Evaluasi .............................................................

29 Gambar 3.1 Areal Pasca Tambang Fit L-1 pada Tahun 2014 .....

52 Gambar 3.2 Areal Pasca Tambang Fit L-1 pada Tahun 2016 .....

52 Gambar 3.3 Areal Pasca Tambang Fit L-1 pada Tahun 2017 .....

53 Gambar 3.4 Feedback Masyarakat terhadap Implementasi OPOR SI BOS.........................................................................

55 Gambar 3.5 Skema Kelompok Diagnosa dan Alur Rujukan ......

58 Gambar 3.6 Kesepakatan Proses Alur Rujukan Kasus ...................

59 Gambar 3.7 Grafik Sementara Jumlah kematian Bayi Sebelum (2010-2014) dan Sesudah Intervensi (2015-2016)

63 Gambar 3.8 Grafik Sementara Jumlah kematian Ibu Sebelum (2010-2014) dan Sesudah Intervensi (2015-2016)

63 Gambar 3.9 Alur Prosedur Mengurus Akta Kematian dan Pencetakkan Perubahan Biodata Kartu Keluarga Sebelum Adanya Proyek Perubahan dan Setelah adanya Peraturan Walikota Balikpapan Nomor 38 Tahun 2015 .............................................................................

90 Gambar 3.10 Alur Prosedur Mengurus Akta Kematian dan Perubahan Kartu Keluarga ..............................................

91 Gambar 3.11 Tampilan E-Paper di halaman website Pemprov Kaltim ......................................................................................

96 Gambar 3.12 Aksi Tebar Pesona di Salah Satu Universitas di Samarinda.............................................................................. 101 Gambar 3.13 Pemberian Informasi ke Pelaku Usaha (Minyak Goreng Barka) Menggunakan Buku Panduan ......... 103

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan bagian dari manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk meningkatkan kompetensi aparatur di lingkungan instansi pemerintah. Sejak pertama kali masuk dalam organisasi pemerintah, calon PNS dididik dalam Pelatihan Dasar CPNS untuk mengenalkan dunia organisasi sektor publik kepada peserta didik. Selanjutnya, setelah menjadi ASN berbagai upaya meningkatkan kompetensi juga dilakukan melalui berbagai diklat teknis maupun fungsional. Sedangkan khusus untuk ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan

T inggi dan Jabatan Administrasi 1 dalam organisasi pemerintah dilakukan Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) untuk mempersiapkan mereka menduduki jabatan-jabatan manajerial.

Pelaksanaan diklat diharapkan dapat memberikan perubahan tidak hanya bagi aparatur tetapi juga bagi organisasi tempat aparatur bekerja. Lebih dari itu, pelaksanaan diklat bagi ASN diharapkan bisa memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi yang muaranya adalah meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan publik. Dalam dunia pendidikan, ukuran nilai tambah digunakan untuk melihat keberhasilan lembaga pendidikan dalam melakukan perubahan yang bisa diprediksi terhadap peserta didik dari kondisi sebelumnya (Hill, dalam Downes & Vindurampulle, 2007:3).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 mengenai ASN, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memiliki salah satu fungsi yaitu penyelenggaraan diklat kompetensi manajerial Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2017 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil terkait pengembangan ASN,

1 Istilah Jabatan Pimpinan Tinggi merupakan istilah resmi yang digunakan dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk merujuk jabatan struktural di

lingkungan organisasi pemerintah.

dalam bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 butir 31 disebutkan bahwa Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, PKP2A III LAN menyelenggarakan salah satu fungsinya yaitu Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional. Sejak 2014 hingga 2016, PKP2A III LAN, telah menyelenggarakan Diklatpim Tingkat II, III, dan IV yang masing-masing ditujukan untuk ASN yang akan atau sudah menduduki jabatan manajerial yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Esselon II), Jabatan Administrator (Esselon III) dan Jabatan Pengawas (Esselon IV). Diklatpim tersebut diselenggarakan dengan menggunakan diklatpim pola baru yaitu berdasarkan Peraturan Kepala LAN No. 18,

19, dan 20 tahun 2015. 2 Dalam diklatpim pola baru terdapat lima agenda pembelajaran,

yaitu Agenda Penguasaan Diri (Self Mastery), Agenda Diagnosa Perubahan (Diagnostic Reading), Agenda Inovasi, Agenda Tim Efektif, dan Agenda Proyek Perubahan. Adapun tujuan diselenggarakannya diklatpim tingkat II dan III dalam Peraturan Kepala LAN tersebut adalah untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan pejabat struktural eselon II dan eselon III yang akan berperan dan melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing-masing. Adapun tujuan penyelenggaraan diklatpim tingkat IV adalah membentuk kompetensi kepemimpinan operasional dan membentuk pemimpin perubahan pada pejabat struktural eselon IV yang akan berperan dan melaksanakan tugas dan fungsi kepemerintahan di instansinya masing- masing.

Agar tujuan diklatpim tersebut tercapai dilakukan kegiatan evaluasi pada akhir pembelajaran dan pasca diklatpim. Evaluasi merujuk pada proses pengkonfirmasian bahwa seseorang telah mencapai kompetensi. Kompetensi menurut Sofo (2003) dalam Sopacua dan Budijanto (2007:371) dapat didefenisikan sebagai apa

2 Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II. Peraturan Kepala LAN No. 19

Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Peraturan Kepala LAN No. 20 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV.

yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan, keahlian dan sikap yang dipersyaratkan bagi pekerja untuk mengerjakan pekerjaannya.

Dari hasil uji petik pra-research yang dilakukan oleh tim peneliti PKP2A III LAN pada beberapa BPSDM di Kalimantan 3 , diperoleh hasil sementara bahwa pada dasarnya evaluasi kemanfaatan diklat belum dilakukan secara komprehensif. Meskipun demikian, disebutkan bahwa beberapa alumni diklatpim relatif tetap melanjutkan proyek perubahannya pasca diklatpim karena dipandang sangat bermanfaat bagi organisasi. Namun, sebagian alumni diklatpim tidak melanjutkan proyek perubahannya disebabkan proses mutasi jabatan sehingga kelangsungan proyek perubahan menjadi terhambat.

Dengan demikian, evaluasi kemanfaatan diklat pada alumni diklat termasuk diklatpim merupakan hal penting untuk dilakukan agar investasi yang telah dikeluarkan organisasi mampu memberikan outcome dan benefit yang lebih besar bagi organisasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar kemanfaatan diklatpim yang telah diselenggarakan oleh PKP2A III LAN maka perlu dilakukan pemetaan keberhasilan diklatpim melalui penelusuran (tracer study) terhadap para alumni yang sudah kembali bekerja di instansinya masing-masing serta berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pasca diklatpim.

1.2. Rumusan Masalah

Berangkat dari penjelasan diatas, dapat disusun rumusan permasalahan penelitian yang akan diangkat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kontinuitas proyek perubahan alumni PKP2A III LAN?

2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan proyek perubahan alumni PKP2A III LAN?

3. Bagaimana dampak diklatpim terhadap peningkatan performance alumni PKP2A III LAN?

3 BKPSDM Bulungan, BKPSDM KTT, BKPSDM Nunukan, BKPSDM HST, BKPSDM Banjarmasin, BKPSDM Tabalong, BKPSDM Kotawaringin Barat, BKPSDM Palangkaraya,

BKPSDM Kaltim, dan BKPSDM Kalbar

4. Bagaimana Kemanfaatan Proyek perubahan diklatpim yang telah dilakukan oleh alumni PKP2A III LAN bagi unit organisasi tempat alumni bekerja dan stake holders?

1.3. Tujuan

Diklatpim merupakan kewajiban bagi para Pejabat Pimpinan Tinggi di instansi pemerintah dan PKP2A III LAN sebagai bagian dari LAN merupakan lembaga yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan Diklatpim. Oleh karena itu, evaluasi ini merupakan bagian dari upaya penguatan dan perbaikan penyelenggaraan diklatpim khususnya pada fase pelaksanaan evaluasi pasca diklat. Secara lebih rinci, kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa hal, yaitu:

1. Untuk mengetahui kontinuitas Proyek perubahan alumni PKP2A III LAN.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan proyek perubahan alumni PKP2A III LAN.

3. Untuk mengetahui dampak diklatpim terhadap peningkatan performance alumni PKP2A III LAN.

4. Untuk mendiskripsikan Kemanfaatan Proyek perubahan diklatpim yang telah dilakukan oleh alumni PKP2A III LAN bagi unit organisasi tempat alumni bekerja dan stakeholder.

1.4. Manfaat dan Penerima Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil kegiatan ini adalah tersedianya informasi mengenai dampak dan manfaat Diklatpim terhadap alumni, unit organisasinya dan stakeholders. Informasi ini diharapkan bisa menjadi bahan bagi penyempurnaan model dan kurikulum ataupun bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan berkaitan penyelenggaraan Diklatpim ke depan. Sedangkan penerima manfaat dari kegiatan ini adalah LAN dan pemerintah daerah tempat alumni bekerja.

1.5. Metode Penelitian

Kajian ini merupakan kajian deskriptif dengan menggunakan teknis analisis kualitatif. Analisis data dilakukan dengan memadukan antara data survey dan data lapangan yang menjelaskan keberlanjutan proyek perubahan pasca Diklatpim II, III, dan IV pada PKP2A III LAN.

1.5.1. Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu (Zainuddin, 2014:107):

1) Metode Penelitian Kepustakaan Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, jurnal, buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

2) Metode Survey Penelitian ini mengambil semua anggota populasi sebagai sumber data penelitian atau sebagai sampel penelitian. Atau dengan kata lain, peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2008:124) yang menyebutkan bahwa sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.

Pada kajian ini, langkah pengumpulan data dari sampel jenuh tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menyebarkan kuisioner kepada seluruh anggota populasi, atau dalam hal ini adalah alumni diklatpim PKP2A III LAN;

2. Menetapkan batas waktu pengembalian kuisioner tersebut;

3. Jumlah kuisioner yang diterima dalam batas waktu yang ditentukan tersebut kemudian diolah dan dianalisis sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari tahapan pengumpulan sampel tersebut, diperoleh dan ditetapkan jumlah sampel yang dianalisis pada penelitian ini adalah sebanyak 50 responden/ Alumni diklatpim PKP2A III LAN

50 responden/ Alumni diklatpim PKP2A III LAN tersebut relatif dapat mewakili keseluruhan pendapat populasi karena sifat populasi yang sangat homogen. Dalam artian bahwa seluruh alumni 50 responden/ Alumni diklatpim PKP2A III LAN tersebut relatif dapat mewakili keseluruhan pendapat populasi karena sifat populasi yang sangat homogen. Dalam artian bahwa seluruh alumni

3) In-depth interview Selain menyebarkan kuesioner kepada alumni, dilakukan juga pengumpulan data lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang melalui informasi dan pendapat-pendapat dari key informants yang ditentukan secara purposive (bertujuan): • Alumni Diklatpim II, III, dan IV • Mentor • Tim Efektif • BPSDM/BKPSDM • Stakeholders

1.5.2. Objek dan Lokus Penelitian

Objek penelitian ini adalah seluruh alumni diklatpim II, III, IV pada PKP2A III LAN dari tahun 2014-2016. Lokus penelitian ini secara umum adalah semua Provinsi/Kabupaten/Kota di mana alumni diklatpim yang diselenggarakan PKP2A III LAN bekerja. Untuk menjangkau seluruh alumni tersebut dibantu dengan instrumen kuisioner yang dikirimkan ke seluruh alumni diklatpim. Adapun secara khusus lokus pengumpulan data dengan penelitian lapangan di wilayah Kalimantan yang dipilih berdasarkan ketersediaan jumlah alumni yang mewakili Diklatpim II,

III dan IV, yaitu Provinsi Kalimantan Timur (Prov. Kaltim, Kota Balikpapan, Kabupaten Berau), Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan) dan Kalimantan Tengah (Kota Palangkaraya).

1.5.3. Definisi Operasional

• Alumni diklatpim PKP2A III LAN : mereka yang telah lulus diklatpim yang diselenggarakan oleh PKP2A III LAN;

• Proyek perubahan : proyek perubahan yang dilaksanakan oleh alumni diklatpim PKP2A III LAN; • Kontinuitas proyek perubahan : keberlanjutan proyek perubahan yang dijalankan oleh alumni diklatpim PKP2A III LAN pasca mengikuti diklatpim sesuai dengan milestone jangka menengah dan jangka panjang yang telah ditetapkan;

• Pemetaan kemanfaatan : evaluasi kemanfaatan proyek perubahan yang tetap dijalankan oleh alumni diklatpim PKP2A III LAN pasca mengikuti diklatpim;

• Kemanfaatan proyek perubahan : manfaat langsung dan tidak langsung yang dirasakan akibat kehadiran proyek perubahan • Dampak diklatpim : pengaruh pendidikan dan pelatihan kepemimpinan bagi pembentukan karakter, perilaku, atau kinerja alumni dalam pelaksanaan tugasnya

• Mentor : pimpinan atau atasan langsung dari peserta diklatpim; • Tim efektif : pihak-pihak yang turut membantu atau berkolaborasi

dengan alumni diklatpim PKP2A III LAN untuk menjalankan proyek perubahan yang ditetapkan;

• Stakeholders : pengguna layanan atau objek dari proyek perubahan alumni diklatpim PKP2A III LAN; • Kompetensi : apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan, keahlian dan sikap yang dipersyaratkan bagi pekerja untuk mengerjakan pekerjaannya

1.6. Ruang Lingkup

Kajian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan tertentu agar dalam penyajiannya tidak terlalu melebar, dan dapat lebih fokus terhadap apa yang dikaji. Ruang lingkup kajian ini difokuskan pada Alumni Diklatpim II, III, dan IV PKP2A III LAN dari tahun 2014-2016 yang menggunakan diklat pola baru. Adapun pembatasan analisis difokuskan pada kontinuitas dan kemanfaatan proyek perubahan serta performance alumni pasca diklatpim II, III, IV. Pembatasan analisis ini relatif sesuai dengan tingkatan evaluasi Kirkpatrick tahap 3 dan 4 yang berguna untuk menghasilkan informasi yang berfokus pada dampak pelatihan bagi organisasi yang merupakan kondisi pasca pelatihan (Sopacua dan Budijanto, 2007).

1.7. Kerangka Pikir

Gambar 1.1 Alur Pikir Kajian Pemetaan Kemanfaatan Proyek Perubahan Pasca Diklat Kepemimpinan

1.8. Hasil yang diharapkan

Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya laporan dan policy brief yang memuat rekomendasi kebijakan.

1.9. Waktu Pelaksanaan dan Tahapan

Kegiatan kajian ini direncanakan dilaksanakan selama enam bulan mulai Januari hingga Juni 2017. Selanjutnya, tahapan pelaksanaan kajian adalah sebagai berikut :

1. Tahapan I : Pengumpulan bahan dan data awal sebagai bahan

penyusunan desain penelitian;

2. Tahapan II : Penyusunan dan penyempurnaan desain penelitian;

3. Tahapan III : Uji petik dan pelaksanaan Survey

4. Tahapan IV : Penggalian data lapangan;

5. Tahapan V : Pengolahan, analisis serta interpretasi terhadap data-data yang diperoleh;

6. Tahapan VI : Penyusunan draft laporan dan rekomendasi kebijakan;

7. Tahapan VII : Pemaparan/Ekspose hasil evaluasi dalam seminar terbuka;

8. Tahapan VIII : Penyempurnaan draft laporan;

9. Tahapan IX : Pencetakan buku dari laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan, Pelatihan dan inovasi

Salah satu cara dalam meningkatkan kinerja aparatur sebagai upaya dalam mengembangkan sumber daya manusia ialah melalui Pendidikan dan Pelatihan atau dikenal sebagai Diklat. Siagian (1995) menyatakan “pentingnya pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu investasi dalam bidang sumber daya manusia (Human Investment) yang harus dilaksanakan oleh setiap organisasi, apabila organisasi yang bersangkutan ingin bukan saja meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerjanya, akan tetapi dalam rangka mempercepat pemantapan perwujudan perilaku organisasi yang diinginkan” (dalam Rusmulyani, 2015:25)

Handoko (2001:103) menyebutkan bahwa ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan pegawai. Pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan pegawai dengan permintaan jabatan. Kedua, program- program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan. Sekali lagi, meskipun usaha-usaha ini memakan waktu dan mahal, tetapi akan mengurangi perputaran tenaga kerja (turn- over) dan membuat karyawan menjadi lebih produktif. Lebih lanjut, latihan dan pengembangan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari “keusangan (obsolescence)” dan melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.

Selanjutnya terdapat dua macam evaluasi yang dikenal secara luas yaitu formative evaluation merupakan metode yang menilai keberhasilan program saat dalam proses dan summative evaluation yaitu metode yang menilai keberhasilan program pada akhir proses, jadi berfokus pada dampak atau pasca pelatihan. Menurut evaluasi 4 tahap dari Kirkpatrick tersebut, pada evaluasi tahap 1 dan 2 akan menghasilkan informasi untuk organisasi tentang penyelenggara pelatihan (formative), sedangkan evaluasi tahap 3 dan 4 menghasilkan Selanjutnya terdapat dua macam evaluasi yang dikenal secara luas yaitu formative evaluation merupakan metode yang menilai keberhasilan program saat dalam proses dan summative evaluation yaitu metode yang menilai keberhasilan program pada akhir proses, jadi berfokus pada dampak atau pasca pelatihan. Menurut evaluasi 4 tahap dari Kirkpatrick tersebut, pada evaluasi tahap 1 dan 2 akan menghasilkan informasi untuk organisasi tentang penyelenggara pelatihan (formative), sedangkan evaluasi tahap 3 dan 4 menghasilkan

Studi empiris terhadap pelaksanaan hasil Kajian Sustanibilitas Inovasi Alumni Diklat Kepemimpinan Tingkat III dan IV yang telah dilaksanakan oleh PKP2A II LAN tahun 2016 bahwa T ingkat sustanibilitas proyek perubahan (inovasi) alumni Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dan III pada umumnya hanya mencapai tingkatan pertama yaitu keberlanjutan proyek perubahan (inovasi) hanya pada tingkat capaian jangka pendek atau berhenti pada saat alumni menjadi peserta Diklat. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah kualitas dari proyek perubahan, keberadaan milestone capaian jangka menengah dan panjang pada proposal rancangan proyek perubahan (inovasi) peserta Diklat 2 kepemimpinan Tingkat IV dan III, dukungan pimpinan (mentor), mutasi alumni, dan keberlanjutan tim efektif.

Adapun evaluasi yang telah dilakukan oleh Bandiklatda Prov. Kalsel tahun 2016 terhadap Diklat Kepemimpinan T ingkat IV menyatakan bahwa faktor utama pendukung proyek perubahan adalah dukungan mentor dalam bentuk dukungan atasan/ mentor berdasarkan pendapat responden melalui Komitmen memberikan dukungan, bimbingan, arahan, masukan, pengawasan, penyediaan anggaran, membuat kebijakan, Menyiapkan SDM / Tim Teknis dan Tim pokja, Tim IT, Menyiapkan Sarana prasarana, atribut dan fasilitas, Koordinasi pihak lain /SK / instruksi kerjasama. Kendala utama proyek perubahan tidak berjalan sesuai milestone jangka menengah dan panjang adalah kurangnya dukungan dana dan sumber daya lain. pihak mana yang paling merasakan manfaat dari proyek Perubahan adalah organisasi secara umum. Dampak Diklat terhadap Peningkatan Kinerja dilihat melalui perilaku kerja yang lebih baik

Inovasi menurut Makmur dan Rohana Tahier (2015 : 9) didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru berkaitan dengan input, proses dan output , serta dapat memberikan manfaat pada manusia. Inovasi secara singkat didefenisikan oleh Fontana (2011, dalam PKP2AIII LAN, 2015 :19) sebagai keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam Inovasi menurut Makmur dan Rohana Tahier (2015 : 9) didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru berkaitan dengan input, proses dan output , serta dapat memberikan manfaat pada manusia. Inovasi secara singkat didefenisikan oleh Fontana (2011, dalam PKP2AIII LAN, 2015 :19) sebagai keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam

Untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas, pemerintah harus mampu melihat kekuatan serta kelemahan yang dimilikinya agar dapat melakukan perubahan di berbagai sektor baik yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan. Inovasi dibutuhkan dalam rangka memperbaiki bahkan meningkatkan kualitas, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan publik, karena melalui inovasi dapat diciptakan sistem, metode, serta teknologi yang dapat menurunkan biaya, mempersingkat waktu layanan, memangkas birokrasi, dan yang terpenting memberikan kepercayaan bagi masyarakat terhadap kinerja pemerintah.

Dari hasil studi literatur dan riset empiris tentang manajemen inovasi di dunia dan hasil studi tentang manajemen inovasi di Asia, ditemukan bahwa cara-cara menata kelola inovasi mengikuti prinsip- prinsip yang berlaku umum di dunia. Ada delapan prinsip manajemen inovasi yang dijelaskan oleh Fontana (2011: 124-136), yaitu:

1. Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan. Inovasi yang berhasil membutuhkan visi yang jelas yang didefenisikan oleh kepemimpinan dalam organisasi dan oleh penciptaan lingkungan yang memungkinkan visi tersebut disebarkan, dibagikan dan dimiliki oleh semua orang dalam organisasi dan semua kolaborator organisasi.

2. Inovasi membutuhkan manajemen risiko yang terkalkulasi. Tantangan inovasi yang kedua adalah mengetahui bagaimana mengelola risiko. Semua inovasi pasti mengandung risiko. Perusahaan perlu mengembangkan sistem untuk mengatasi risiko. Termasuk disini adalah memastikan bahwa para karyawan kunci dalam organisasi bertingkah laku sebagai inovator dan pengusaha, dan mereka dapat menularkan semangat yang sama kepada rekan kerja dan kolaborator organisasi lainnya yang ada di dalam dan di luar perusahaan.

3. Inovasi dipicu oleh kreatifitas. Inovasi mulai dengan kreatifitas. Banyak anggota organisasi 3. Inovasi dipicu oleh kreatifitas. Inovasi mulai dengan kreatifitas. Banyak anggota organisasi

4. Inovasi membutuhkan integrasi organisasi. Untuk melaksanakan inovasi dengan berhasil, seluruh organisasi harus memiliki inovasi, jiwa dan spirit inovasi mendarah-daging dalam tubuh organisasi. Inovasi tidak dapat didelegasikan hanya ke fungsi-fungsi tertentu. T im manajemen puncak dan tim operasional dalam organisasi harus bergerak bersama sejak tahap awal proses inovasi hingga tahap akhir proses inovasi, dalam suatu rantai nilai inovasi.

5. Keberhasilan dalam inovasi membutuhkan keunggulan dalam manajemen proyek. Tantangan berikutnya dalam inovasi adalah implementasi. Keunggulan dalam manajemen proyek berkaitan dengan sisi implementasi inovasi.

6. Informasi adalah sumber daya penting untuk efektivitas inovasi. Manajemen informasi dalam manajemen proyek ditekankan secara khusus, sebagai salah satu prinsip manajemen inovasi. Jika inovasi dilihat sebagai sebuah proses produksi maka informasi dan ide adalah bahan baku yang akan ditransformasi menjadi produk (barang dan/atau jasa) yang baik.

7. Hasil dari upaya kreatif perlu dilindungi. Organisasikan cara anda memperoleh penghasilan, imbal jasa dan penghargaan atas hasil inovasi organisasi anda. Untuk itu anda perlu melakukan proteksi atas produk (barang dab/atau jasa) inovatif anda.

8. Inovasi yang berhasil berakar pada pemahaman yang baik tentang pasar. Kemampuan tingkat tinggi dalam berkomunikasi dengan konsumen serta pelanggan potensial, serta pihak-pihak lain yang mempengaruhi keputusan membeli merupakan faktor fundamental keberhasilan dalam berinovasi.

Wigyantoro (dalam PKP2A III LAN, 2007 hal 35) menyatakan bahwa Inovasi berkaitan dengan knowledge yang dapat digunakan untuk menciptakan produk dan proses dan layanan baru guna meningkatkan competitive advantage dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang selalu berubah. Menurut Winardi (2006 dalam PKP2A

III LAN: 2007) Inovasi merupakan suatu proses dimana organisasi memanfaatkan keterampilan dan sumber sumber daya mereka untuk mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru, atau untuk mengembangkan produk dan system-sistem pengoperasian baru sehingga mereka lebih baik dapat bereaksi terhadap kebutuhan pelanggannya. Fontana (2011: 19-20) juga memaparkan beberapa definisi-definisi Inovasi dari berbagai sumber , yang dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Definisi-definisi Inovasi

Sumber : Goswani dan Mathew (2005); PDMA (2008); De Meyer dan Garg (2005); Senge dkk. (2008) dalan Fontana 2011:19-20.

Secara lebih rinci kebutuhan akan inovasi dalam pelayanan publik disebabkan oleh beberapa hal berikut: 1

1. Masyarakat Indonesia makin terdidik mengalami peningkatan pendidikan dari masyarakat pendapatan rendah ke pendapatan menengah, mengalami proses demokratisasi sehingga makin memahami hak-hak mereka. Implikasinya, masyarakat akan semakin demanding untuk mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas dari pemerintah;

2. Pemerintah diharapkan lebih akuntabel dalam menggunakan dana publik. T idak hanya berkaitan dengan pertanggungjawaban penggunaannya yang memenuhi kaidah administrasi keuangan, akan tetapi juga yang berkaitan dengan value for money;

3. Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara efektif dan efisien, sehingga secara terus menerus diharapkan mampu melakukan perubahan;

4. Pemerintah diharapkan mampu memecahkan persoalan-persoalan baru yang muncul sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan modern yang makin kompleks dimana masyarakat tidak lagi dapat bergantung pada mekanisme-mekanisme lama untuk menyelesaikan masalah mereka dengan makin terkikisnya keberadaan institusi tradisional;

5. Pemerintah dituntut memapu menciptakan pelayanan publik yang mampu mendorong competitivenes masyarakat dalam menghadapi tantangan global sehingga masyarakat mampu

1 Penerapaan Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Pusat Kajian Manajemen Pelayanan Lembaga Administrasi negara, 2012 1 Penerapaan Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Pusat Kajian Manajemen Pelayanan Lembaga Administrasi negara, 2012

6. Pemerintah menghadapi tantangan makin terbatasnya anggaran, sementara kompleksitas dan tuntutan masyarakat terus berkembang sehingga dituntut untuk makin kreatif mencari sumber- sumber pendanaan dalam memberikan pelayanan publik.

2.2. Diklat Kepemimpinan Tingkat II, III, IV

Selanjutnya adalah dengan dilahirkannya Pola Baru Diklatpim oleh LAN yang efektif diberlakukan mulai tahun anggaran 2014 yang selanjutnya disebut Diklatpim Pola Baru. Model pembelajaran Diklat Pim ini merupakan perubahan dari paradigma pembelajaran behavioristik dan kognitivistik yang berbasis perilaku dan berorientasi pada guru (teacher centered learning) menjadi pembelajaran konstruktivistik yang berbasis pengalaman dan berorientasi pada peserta didik (student centered learning). Perubahan ini dapat dimaknai sebagai suatu inovasi yang mencakup dua perspektif yaitu: pertama, Inovasi kebijakan sektor publik yang bertujuan menciptakan pemimpin masa depan yang berintegritas dan berkarakter; dan kedua, inovasi metode pembelajaran yang menekankan pada aspek belajar secara langsung dari pengalaman peserta didik pada saat merancang dan mengerjakan proyek perubahan (Budiati, 2015:212).

“Inovasi adalah suatu perubahan baru menuju kearah perbaikan, yang sifatnya lain atau berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, spesifik dan unik, yang direncanakan dengan sengaja secara sitematis berdasarkan konsep berbasis pengetahuan dan/atau teknologi”. Inovasi dijalankan secara terencana dan sistematis untuk mencapai hasil yang lebih besar (greater outcome), manfaat yang lebih besar (greater benefit), pengaruh yang lebih besar (greater impact), biaya yang lebih murah (cost effective), risiko yang lebih kecil (lesser risk), sumber daya yang lebih kecil (lesser resources) dan kinerja yang lebih baik (greater performance) (Budiati, 2015:214)

Tabel 2.2 Perbandingan Diklat Pola Lama dan Diklat Pola Baru

Sumber : Budiati, 2015.

Budiati (2015:219) menjelaskan bahwa perbedaan substansial antara Diklat Pim Pola Lama dengan Diklat Pim Pola Baru adalah pada faktor inovasinya yang mencakup dua aspek yaitu: (i) inovasi kebijakan berupa penetapan “proyek perubahan” sebagai objek pembelajaran Diklat Pim Pola Baru; (ii) inovasi pembelajaran berupa penerapan penerapan pendekatan dan/atau teori pembelajaran konstruktivistik berbasis pengalaman dalam merancang dan melaksanakan proyek perubahan sebagai strategi pembelajaran. Makna strategis Diklat Pim Pola Baru ditujukan untuk menciptakan pemimpin birokrasi yang memiliki kompetensi kepemimpinan adaptif, yang mampu mendorong dan menggerakkan orang lain di dalam organisasi dan organisasinya agar selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan dengan cara berinovasi secara terus menerus dan berkolaborasi membentuk jejaring kerja.

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) adalah diklat yang memberikan wawasan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku dalam bidang kepemimpinan aparatur, sehingga mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu. Diklat Kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Sedangkan yang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) adalah diklat yang memberikan wawasan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku dalam bidang kepemimpinan aparatur, sehingga mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu. Diklat Kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Sedangkan yang

1) Tahap Diagnosa Kebutuhan Perubahan Organisasi; 2) Tahap Taking Ownership; 3) Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim; 4) Tahap Laboratorium Kepemimpinan; dan 5) Tahap Evaluasi (Rusmulyani, 2015:30)

Diklatpim Pola baru menekankan pada kompetensi kepemimpinan, dimana mengadopsi pemikiran Ronald Heifets dalam bukunya “adaptive Leadership”. Seorang pemimpin, seharusnya memiliki kemampuan beradaptasi terhadap nilai-nilai perubahan. Di samping itu, Indonesia juga memerlukan pejabat struktural yang profesional agar kinerja unit organisasi yang dipimpinnya dapat berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi tuntutan global. Untuk memenuhi standar kompetensi kepemimpinan tersebut, rancang bangun kurikulum Diklat Kepemimpinan telah menetapkan fokus kompetensi pada masing-masing jenjang jabatan struktural (Syukur, 2014)

Untuk memenuhi tuntutan standar kompetensi jabatan tersebut, kompetensi kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi dan mengajak stakeholder stratejik untuk bersama- sama bekerja dan mencapai tujuan unit organisasi yang telah Untuk memenuhi tuntutan standar kompetensi jabatan tersebut, kompetensi kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi dan mengajak stakeholder stratejik untuk bersama- sama bekerja dan mencapai tujuan unit organisasi yang telah

Dalam Diklat Pola baru terdapat beberapa syarat Tenaga kediklatan sesuai dengan PERKA LAN thn 2015 no 18, 19 dan 20 tentang : Persyaratan Tenaga Kediklatan diantaranya:

1. Pembimbing ( Coach) adalah widyaiswara/ pegawai lainnya yang memiliki kompetensi dalam menggali potensi peserta untuk melaksanakn proyek perubahan

2. Pembimbing (mentor) adalah atasan langsung peserta yang memiliki kompetensi dalam memberikan dukungan, bimbingan dan masukan kepada peserta untuk melakukan proyek perubahan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Diklatpim adalah stakeholder dan juga tim efektif. Pengertian tim efektif menurut Herawati (2015:26):

1. Tim Efektif : Unsur utama untuk dijadikan tim efektif adalah adanya komitmen dan mempunyai kompetensi dalam pelaksanaan proyek perubahan.untuk mendapatkan komitmen diawali dengan adanya pengertian dari calon anggota tim efektif tentang manfaat proyek perubahan sehingga calon anggota tim efektif memberikan dukungan sesuai dengan perannya masing-masing.

2. Stakeholder : Unit-unit instansi yang akan terkena dampak langsung ataupun tidak langsung serta siapa saja baik institusi maupun perorangan yang akan menerima manfaat dari proyek perubahan tersebut. Stakeholder tersebut kemudian dipetakan dan dbuat Analisa kira-kitra siapa saja yang kira-kira mendukung maupun yang kira-kira kontra terhadap proyek perubahan, hal ini dilakukan untuk memudahkan proyek perubahan itu sendiri.

2.2.1. Proyek Perubahan

Pelaksanaan Diklatpim pola baru mewajibkan semua peserta diklat untuk melakukan suatu Proyek Perubahan. Diklat Pim pola baru Pelaksanaan Diklatpim pola baru mewajibkan semua peserta diklat untuk melakukan suatu Proyek Perubahan. Diklat Pim pola baru

yaitu Prof. Agus Dwiyanto kepada tim adalah 2 :

1. Tujuan dari diklatpim ialah membentuk pemimpin perubahan

2. Pembelajaran harus berbasis eksperensial sehingga setiap peserta pelatihan harus melakukan inovasi dalam yurisdiksinya masing- masing

3. Pembelajaran tidak hanya dikelas Karena yang lebih utama justru yang di luar kelas ketika peserta mengelola inovasinya

4. Pembaruan diklatpim harus memiliki kontribusi terhadap terwujudnya “tata kelola yang baik” pada setiap lembaga penyelenggara diklat (good training-center governance)

Berikut beberapa perbedaan pelaksanaan diklatpim pola lama dengan diklatpim pola baru ada yang disebut diklatpim pemimpin perubahan ,seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Perbedaan diklatpim pola lama dengan diklatpim pemimpin perubahan

2 Agus Dwiyanto (2016:163).

Sumber: Dwiyanto (2016:164)