136
300 300
SS 45
45 61
45 61
SS 10
55 71
55 71
SS 10
65 95
65 95
SS 10
75 105
75 105
SS
PREPARATION
2 300
START 1
FOUNDATION
3 16
TIE BEAM
4 16
COLUMN
5 30
BEAM SLAB
6 30
PEK. STRUKTUR BANGUNAN A
LANTAI 1
LANTAI 1
10 5
COLUMN TIE BEAM
6 TION
6 71
297 3
300 364
PREPARATION 255
55 55
FOUNDA- 1
2 45
45 PREPARATION
45
BANGUNAN A
6 65
65 TIE BEAM
10 95
297 10
90 COLUMN
BEAM BEAM
7 9
8 75
75 20
11 SLAB
SLAB 15
90 15
105 297
PEK. STRUKTUR
61 297
FOUNDATION 10
4
5.2.3. Hasil Pembahasan PDM
Hasil diagram Gambar 5.18 PDM Perbaikan dari Proyek Teaching Hospital Gedung A, Gambar 5.19 PDM Proyek Jalan Demak Bypass, Gambar 5.20 PDM
Proyek Graving Dock menunjukkan keseluruhan kegiatan dari penjadwalan dengan metode Bar Chart yang diterapkan dalam metode PDM. Pada dasarnya perhitungan pada
PDM ini mempunyai kesamaan dengan CPM, hanya yang membedakannya adalah PDM mempunyai empat hubungan ketergantungan. Sehingga diagram PDM tersebut nampak
relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan CPM dikarenakan hubungan overlaping dari kegiatan yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan. Oleh karena itu,
metode ini lebih cocok bila digunakan untuk penjadwalan kegiatan yang tumpang tindih atau berulang daripada menggunakan CPM lihat gambar 5.44.
Gambar 5.44. Diagram CPM Yang Ditransfer ke PDM
Terlihat dari gambar 5.44 di atas, tampilan diagram PDM nampak lebih sederhana bila dibandingkan dengan diagram CPM, dengan item kegiatan yang lebih sedikit. Dari 11
item kegiatan dengan menggunakan CPM bisa menjadi 6 item kegiatan dengan PDM. Oleh karena itu, dari segi tampilannya PDM ini lebih cocok digunakan untuk proyek yang
mempunyai kegiatan tumpang tindih atau overlaping daripada CPM. Dari PDM Proyek Teaching Hospital Gedung A gambar 5.18 terlihat item kegiatan yang ada relatif lebih
sedikit bila dibandingkan dengan item kegiatan dari CPM, yaitu dari 60 item kegiatan dengan menggunakan CPM gambar 5.12 menjadi 37 item kegiatan dengan menggunakan
PDM gambar 5.18. Sedangkan untuk proyek Jalan Demak Bypass, dari 20 item kegiatan dengan menggunakan CPM gambar 5.13 menjadi 16 item kegiatan dengan menggunakan
PDM gambar 5.19, kemudian untuk proyek Graving Dock dari dari 14 item kegiatan
137
START SS 1-2
PREPARATION SS 2-3
300 45
FOUNDATION SS 3-4
TIE BEAM SS 4-5
16 10
16 10
COLUMN SS 5-6
BEAM SLAB SS 6-7
30 10
30 15
COLUMN SS 7-8
GIRDER SS 8-9
30 10
30 10
BEAM SLAB SS 9-10
COLUMN SS 10-11
30 15
30 10
GIRDER SS 11-12
BEAM SLAB SS 12-15
30 10
30 3
MASONRY WALL SS 15-16
DOOR WINDOW SS 16-21
80 45
40 7
MASONRY WALL SS 21-22
DOOR WINDOW SS 22-27
80 45
40 7
MASONRY WALL SS 27-28
DOOR WINDOW SS 28-29
80 45
40 5
CEILING FINISHED SS 29-33
MASONRY WALL SS 33-35
40 7
35 25
PAINTING WORK FF 35-37
FINISH 30
= 364
dengan menggunakan CPM gambar 5.14 menjadi 11 item kegiatan dengan menggunakan PDM gambar 5.20.
Selain tampilannya yang relatif lebih sederhana, diagram PDM juga dapat menunjukkan hubungan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang
lain secara spesifik. PDM juga dapat menunjukkan lintasan kritis kegiatan proyek sehingga apabila terjadi keterlambatan proyek prioritas pekerjaan yang akan dikoreksi menjadi
mudah dilakukan. Adapun lintasan kritis dari proyek Teaching Hospital Gedung A dengan menggunakan diagram PDM gambar 5.18 adalah rangkaian kegiatan yang mengikuti
jalur 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12-15-16-21-22-27-28-29-33-35-37 yang ditandai dengan anak panah tebal dengan konstrain sebagai berikut :
Gambar 5.45. Rangkaian Kegiatan Kritis Proyek Teaching Hospital Gedung A
Terlihat bahwa durasi 364 hari dari rangkaian kegiatan lintasan kritis di atas adalah lebih kecil daripada durasi masing-masing kegiatan kritis bila dijumlahkan
0+300+16+16+30+30+30+30+30+30+30+30+80+40+80+40+80+40+40+35+30+0=1037 lihat gambar 5.43. Hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatan pada proyek Teaching Hospital
138
300 300
SS 45
45 61
45 61
SS 10
55 71
55 71
SS 10
65 95
65 95
SS 10
75 105
75 105
SS 15
90 120
90 120
SS 10
100 130
100 130
SS 10
110 140
110 140
SS 15
125 155
125 155
SS 10
135 165
135 165
SS 10
145 175
145 175
SS 15
160 190
160 190
SS 10
170 200
170 200
PREPARATION
2 300
START 1
FOUNDATION
3 16
TIE BEAM
4 16
COLUMN
5 30
LANTAI 3
LANTAI ATAP
BEAM SLAB
6 30
COLUMN
7 30
GIRDER
8 30
BEAM SLAB
9 30
COLUMN
10 30
GIRDER
11 30
BEAM SLAB
12 30
GIRDER
13 30
BEAM SLAB
14 30
PEK. STRUKTUR BANGUNAN A
LANTAI 1
LANTAI 2
Gedung A tersebut saling tumpang tindih dan berulang. Sedangkan lintasan kritis pada proyek Jalan Demak Bypass dengan menggunakan PDM gambar 5.19 adalah rangkaian
kegiatan yang melalui jalur 1-2-16, kemudian untuk lintasan kritis pada proyek Graving Dock adalah rangkaian kegiatan yang melalui jalur 1-2-4-6-11 gambar 5.20. Dengan
demikian prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi mudah dilakukan dengan adanya metode lintasan kritis ini.
Namun, selain memiliki beberapa kelebihan di atas, PDM masih tetap belum dapat memperlihatkan perhitungan kecepatan produksi dan hambatan atau gangguan antar
kegiatan sehingga untuk kegiatan yang berulang akan dijumpai beberapa waktu mengganggur atau delay seiring meningkatnya jumlah kegiatan dalam network. Misalnya
pada item kegiatan Beam Slab pekerjaan struktur lantai 1,2 dan 3 apabila ditranfer ke dalam diagram LoB maka akan terlihat adanya waktu menganggur antara Beam Slab
lantai 1 dan 2, kemudian antara Beam Slab lantai 2 dan 3. lihat gambar 5.46 di bawah ini.
Gambar 5.46. Diagram PDM Yang Ditransfer ke LoB
Beam Slab Delay
139
5.2.4. Hasil Pembahasan Metode PERT