Hasil Pembahasan PDM DiskusiPerbandingan Masing-Masing Metode Perencanaan dan Penjadwalan

136 300 300 SS 45 45 61 45 61 SS 10 55 71 55 71 SS 10 65 95 65 95 SS 10 75 105 75 105 SS PREPARATION 2 300 START 1 FOUNDATION 3 16 TIE BEAM 4 16 COLUMN 5 30 BEAM SLAB 6 30 PEK. STRUKTUR BANGUNAN A LANTAI 1 LANTAI 1 10 5 COLUMN TIE BEAM 6 TION 6 71 297 3 300 364 PREPARATION 255 55 55 FOUNDA- 1 2 45 45 PREPARATION 45 BANGUNAN A 6 65 65 TIE BEAM 10 95 297 10 90 COLUMN BEAM BEAM 7 9 8 75 75 20 11 SLAB SLAB 15 90 15 105 297 PEK. STRUKTUR 61 297 FOUNDATION 10 4

5.2.3. Hasil Pembahasan PDM

Hasil diagram Gambar 5.18 PDM Perbaikan dari Proyek Teaching Hospital Gedung A, Gambar 5.19 PDM Proyek Jalan Demak Bypass, Gambar 5.20 PDM Proyek Graving Dock menunjukkan keseluruhan kegiatan dari penjadwalan dengan metode Bar Chart yang diterapkan dalam metode PDM. Pada dasarnya perhitungan pada PDM ini mempunyai kesamaan dengan CPM, hanya yang membedakannya adalah PDM mempunyai empat hubungan ketergantungan. Sehingga diagram PDM tersebut nampak relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan CPM dikarenakan hubungan overlaping dari kegiatan yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan. Oleh karena itu, metode ini lebih cocok bila digunakan untuk penjadwalan kegiatan yang tumpang tindih atau berulang daripada menggunakan CPM lihat gambar 5.44. Gambar 5.44. Diagram CPM Yang Ditransfer ke PDM Terlihat dari gambar 5.44 di atas, tampilan diagram PDM nampak lebih sederhana bila dibandingkan dengan diagram CPM, dengan item kegiatan yang lebih sedikit. Dari 11 item kegiatan dengan menggunakan CPM bisa menjadi 6 item kegiatan dengan PDM. Oleh karena itu, dari segi tampilannya PDM ini lebih cocok digunakan untuk proyek yang mempunyai kegiatan tumpang tindih atau overlaping daripada CPM. Dari PDM Proyek Teaching Hospital Gedung A gambar 5.18 terlihat item kegiatan yang ada relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan item kegiatan dari CPM, yaitu dari 60 item kegiatan dengan menggunakan CPM gambar 5.12 menjadi 37 item kegiatan dengan menggunakan PDM gambar 5.18. Sedangkan untuk proyek Jalan Demak Bypass, dari 20 item kegiatan dengan menggunakan CPM gambar 5.13 menjadi 16 item kegiatan dengan menggunakan PDM gambar 5.19, kemudian untuk proyek Graving Dock dari dari 14 item kegiatan 137 START SS 1-2 PREPARATION SS 2-3 300 45 FOUNDATION SS 3-4 TIE BEAM SS 4-5 16 10 16 10 COLUMN SS 5-6 BEAM SLAB SS 6-7 30 10 30 15 COLUMN SS 7-8 GIRDER SS 8-9 30 10 30 10 BEAM SLAB SS 9-10 COLUMN SS 10-11 30 15 30 10 GIRDER SS 11-12 BEAM SLAB SS 12-15 30 10 30 3 MASONRY WALL SS 15-16 DOOR WINDOW SS 16-21 80 45 40 7 MASONRY WALL SS 21-22 DOOR WINDOW SS 22-27 80 45 40 7 MASONRY WALL SS 27-28 DOOR WINDOW SS 28-29 80 45 40 5 CEILING FINISHED SS 29-33 MASONRY WALL SS 33-35 40 7 35 25 PAINTING WORK FF 35-37 FINISH 30 = 364 dengan menggunakan CPM gambar 5.14 menjadi 11 item kegiatan dengan menggunakan PDM gambar 5.20. Selain tampilannya yang relatif lebih sederhana, diagram PDM juga dapat menunjukkan hubungan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain secara spesifik. PDM juga dapat menunjukkan lintasan kritis kegiatan proyek sehingga apabila terjadi keterlambatan proyek prioritas pekerjaan yang akan dikoreksi menjadi mudah dilakukan. Adapun lintasan kritis dari proyek Teaching Hospital Gedung A dengan menggunakan diagram PDM gambar 5.18 adalah rangkaian kegiatan yang mengikuti jalur 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12-15-16-21-22-27-28-29-33-35-37 yang ditandai dengan anak panah tebal dengan konstrain sebagai berikut : Gambar 5.45. Rangkaian Kegiatan Kritis Proyek Teaching Hospital Gedung A Terlihat bahwa durasi 364 hari dari rangkaian kegiatan lintasan kritis di atas adalah lebih kecil daripada durasi masing-masing kegiatan kritis bila dijumlahkan 0+300+16+16+30+30+30+30+30+30+30+30+80+40+80+40+80+40+40+35+30+0=1037 lihat gambar 5.43. Hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatan pada proyek Teaching Hospital 138 300 300 SS 45 45 61 45 61 SS 10 55 71 55 71 SS 10 65 95 65 95 SS 10 75 105 75 105 SS 15 90 120 90 120 SS 10 100 130 100 130 SS 10 110 140 110 140 SS 15 125 155 125 155 SS 10 135 165 135 165 SS 10 145 175 145 175 SS 15 160 190 160 190 SS 10 170 200 170 200 PREPARATION 2 300 START 1 FOUNDATION 3 16 TIE BEAM 4 16 COLUMN 5 30 LANTAI 3 LANTAI ATAP BEAM SLAB 6 30 COLUMN 7 30 GIRDER 8 30 BEAM SLAB 9 30 COLUMN 10 30 GIRDER 11 30 BEAM SLAB 12 30 GIRDER 13 30 BEAM SLAB 14 30 PEK. STRUKTUR BANGUNAN A LANTAI 1 LANTAI 2 Gedung A tersebut saling tumpang tindih dan berulang. Sedangkan lintasan kritis pada proyek Jalan Demak Bypass dengan menggunakan PDM gambar 5.19 adalah rangkaian kegiatan yang melalui jalur 1-2-16, kemudian untuk lintasan kritis pada proyek Graving Dock adalah rangkaian kegiatan yang melalui jalur 1-2-4-6-11 gambar 5.20. Dengan demikian prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi mudah dilakukan dengan adanya metode lintasan kritis ini. Namun, selain memiliki beberapa kelebihan di atas, PDM masih tetap belum dapat memperlihatkan perhitungan kecepatan produksi dan hambatan atau gangguan antar kegiatan sehingga untuk kegiatan yang berulang akan dijumpai beberapa waktu mengganggur atau delay seiring meningkatnya jumlah kegiatan dalam network. Misalnya pada item kegiatan Beam Slab pekerjaan struktur lantai 1,2 dan 3 apabila ditranfer ke dalam diagram LoB maka akan terlihat adanya waktu menganggur antara Beam Slab lantai 1 dan 2, kemudian antara Beam Slab lantai 2 dan 3. lihat gambar 5.46 di bawah ini. Gambar 5.46. Diagram PDM Yang Ditransfer ke LoB Beam Slab Delay 139

5.2.4. Hasil Pembahasan Metode PERT