3. Prinsip penggunaan
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu:
a. penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan
mikrobiologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera,
pemberian antibiotika dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman.
Pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess.
b. faktor pasien. Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam
pemberian antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi status imunologis, daya tahan terhadap obat,
beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui, dan lain-lain Anonim, 2000a.
4. Resistensi
Resistensi adalah suatu sifat terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Bakteri bisa resisten karena obat tidak mencapai target tempat obat
harus bekerja Anonim, 2000b. Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat
sasaran, dan tidak tepat dosis. Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara
seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena
itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan. Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan
justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten terhadap antibiotika tidak dapat dicegah lagi Anonim,
2007b. Resistensi terhadap antibiotika bisa didapat atau bawaan. Pada kasus
bawaan, semua jenis bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan antibiotika tersebut. Sebagai contoh, Pseudomonas aeruginosa
selalu resisten terhadap flukloksasilin. Yang paling serius secara klinis adalah resistensi didapat, di mana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu antibiotika
menjadi resisten. Mekanisme yang bertanggung jawab terjadinya resistensi oleh bakteri terhadap antibiotika adalah sebagai berikut ini.
a. Menginaktivasi enzim yang merusak antibiotika, misalnya
β-laktamase yang dihasilkan oleh banyak stafilokokus menginaktivasi sebagian besar
penisilin dan banyak sefalosporin. b.
Mengurangi akumulasi antibiotika. Resistensi tetrasiklin terjadi bila membran sel bakteri menjadi impermeabel terhadap antibiotika atau
terdapat peningkatan refluks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Perubahan tempat ikatan. Aminoglikosida dan eritromisin terikat pada
ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein. Pada bakteri yang resisten, tempat ikatan dengan antibiotika mengalami modifikasi sehingga
tempat ikatan tersebut tidak lagi memiliki afinitas terhadap antibiotika. d.
Perkembangan jalur metabolik alternatif. Sulfonamid dan trimetoprim, antibiotika ini masing-masing secara kompetitif menghambat enzim
dihidropteroat sintetase dan dihidrofolat reduktase pada bakteri. Bakteri dapat menjadi resisten terhadap jika memproduksi enzim dihidropteroat
sintetase dan dihidrofolat reduktase termodifikasi sehingga mempunyai sedikit afinitas terhadap antibiotika atau tidak mempunyai afinitas Neal,
2006. Populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotika dapat berkembang
dengan beberapa cara, yaitu: a.
Seleksi. Dalam suatu populasi akan terdapat beberapa bakteri dengan resistensi yang didapat kemudian antibiotika mengeliminasi bakteri yang
sentsitif, sedangkan bakteri yang resisten mengadakan proliferasi. b.
Resistensi yang ditransfer. Populasi bakteri yang resisten terjadi karena gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari satu bakteri ke
bakteri lain. Gen resistensi antibiotika kemungkinan dibawa dalam plasmid yang merupakan potongan kecil DNA ekstrakromosomal yang
bereplikasi secara otonom dalam bakteri. Plasmid yang membawa gen resistensi antibiotika, dapat ditransfer melalui konjugasi pembentukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suatu tabung di antara bakteri-bakteri. Banyak bakteri Gram negatif dan beberapa Gram positif dapat melakukan konjugasi Neal, 2006.
D. Infeksi