Hubungan dengan Tuhan menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah
masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakkan pada kebenaran dan
keadilan, karena itu orang takwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan. Furqan, 2002:177.
2.1.2.2 Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknnya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan dan sebagainya.
Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun
dalam konteks sosial budaya. Terutama dalam konteks sosial buadaya manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan karena
pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya Bungin,2007:25.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan interaksi dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. http:wartawarga.gunadarma.ac.id201001manusia-sebagai-makhluk-sosial
Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk
hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan Hartomo, 2004: 75.
2.1.2.3 Manusia dan Penderitaan
Berbicara tentang penderitaan ternyata penderitaan tersebut berasal dari dalam dan luar diri manusia. Biasa orang menyebut dengan faktor internal dan
faktor eksternal. Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi
dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya.
Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang dan bahagia Widagdho, 2008:99. Apabila hal tersebut tidak
terpenuhi, manusia akan merasa menderita. Penderitaan, memang tidak hanya terjadi lantaran perang ataupun
tingkah manusia agresif lainnya. Banyak hal sebenarnya yang bisa menjadi
penyebab penderitaan manusia : bencana alam, musibah atau kecelakaan, penindasan, perbudakan, kemiskinan dan lain sebagainya.
Penderitaan merupakan salah satu resiko dalam kehidupan yang telah digariskan oleh Yang Mahakuasa, disamping kesenangan atau kebahagiaan yang
diberikan kepada umat-Nya. Namun, semua itu diberikan bukan tanpa rencana. Tuhan menciptakan keduanya, terutama penderitaan atau kesedihan, dengan
maksud agar manusia dalam keadaan bahagia atau sedih, senang atau menderita, selalu ingat kepada-Nya dan tidak memalingkan dari-Nya. Oleh karenanya, hal itu
lebih bersifat ujian. Namun, Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan manusia. Widyosiswoyo, 2004:103.
Kesimpulan yang kita peroleh bahwa penderitaan itu merupakan siksa, rasanya tidak ada jalan lain kecuali menyesali perbuatan-perbuatan yang tidak
baik yang pernah kita lakukan dengan janji tidak akan mengulanginya lagi serta berserah diri kepada Tuhan dan menyerahkan semua urusan duniawi kepada Sang
Pencipta Alam Semesta.
2.1.3 Kepasrahan kepada Tuhan