C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Jenis Pekerjaan Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
Dan Kualitas Pelayanan Karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis
pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan. Hal ini didukung hasil pengujian statistik yang menunjukkan
bahwa nilai koefisien regresi dari interaksi kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan terhadap kualitas pelayanan adalah negatif
3
β = -0,044 dan nilai signifikansi
ρ = 0,460 lebih besar dari nilai alpha α = 0,05. Artinya pada jenis pekerjaan karyawan apapun, derajat hubungan
kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan adalah sama. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja termasuk juga keberhasilan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Semakin
tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki, semakin besar juga kesempatan untuk mencapai keberhasilan. Hasil ini juga didukung dengan
hasil pengujian statistik yang menunjukkan nilai R
2
sebesar 0.371 yang berarti 37,1 variabel kualitas pelayanan karyawan dijelaskan oleh
variabel kecerdasan emosional. Karyawan dengan jenis pekerjaan non medis menurut hasil penelitian ini memiliki kualitas pelayanan yang baik.
Hal ini terjadi karena dalam melakukan tugasnya mereka berusaha dan berorientasi terhadap pemberian pelayanan kepada pasien walaupun
interaksi dengan pasien sangat minim. Berbeda dengan karyawan pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jenis pekerjaan medis. Mereka harus bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, misalnya dengan menepati janji sesuai jadwal,
memberikan diagnosa dengan akurat, dapat memberikan motivasi yang baik bagi kesembuhan pasien, dapat berinteraksi dengan baik dengan
pasien, memperhatikan masalah serta keluhan pasien dan menindak lanjutinya dengan baik. Selain itu mereka juga mempunyai tanggung
jawab dan menjadi salah satu ujung tombak citra rumah sakit agar tetap dipandang baik dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional sebagian besar karyawan rumah sakit 41 orang
47 dikategorikan sangat tinggi, 45 orang 51 dikategorikan tinggi dan 2 orang 2 dikategorikan sedang. Hal tersebut nampak pada
kesadaran akan adnya keterbatasan dan mempunyai keyakinan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan, mampu memahami orang lain dan
memotivasi siri sendiri maupun orang lain. Karyawan dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi bisa menjunjung tinggi nilai kejujuran
dan kerjasama dalam bekerja, bertanggung jawab atas hasil kerjanya, dapat menyesuaikan diri terhadap situasi dan keadaan di lingkungan kerja,
suka dengan ide dan informasi baru, serta mampu memanfaatkan kesempatan dengan baik serta tulus dalam memberikan palayanan.
Deskripsi kualitas pelayanan sebagian besar karyawan rumah sakit sebanyak 65 orang 74 dikategorikan sangat tinggi dan 23 orang
26 dikategorikan tinggi. Kualitas pelayanan yang tinggi ini tampak pada penyampaian informasi secara jelas, menghargai komitmen terhadap
profesi maupun rekan kerja. Para karyawan juga sungguh-sungguh dalam memperhatikan keluhan dan masalah pasien, memberikan solusi dengan
tepat, memberikan jawaban-jawaban yang tepat atas pertanyaan- pertanyaan pasien, memberikan bantuan, respon, dan tanggapan terhadap
kebutuhan dan keluhan, dan berusaha membuat pasien merasa aman dan nyaman dalam pelayanan. Mereka mengerjakan tugas dengan baik,
berorientasi terhadap pelayanan, serta sensitive dan responsif terhadap terhadap kebutuhan pasien dan rekan kerja. Selain itu, karyawan selalu
berpakaian rapi dan mencerminkan citra profesional, ramah dan penuh respek, serta memiliki kemampuan dalam mengoperasikan peralatan yang
ada dengan baik. Mereka juga mampu memahami sasaran dan tujuan kelompok, memberikan kesempatan pada orang lain dan memberikan
persoalan yang dapat diterima bersama, terbuka pada pendapat orang lain, serta mampu menjadi teladan bagi orang lain.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasaan emosional
dan kualitas pelayanan karyawan. Hal ini dikarenakan untuk dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik pada rumah sakit diperlukan
kecerdasan emosional yang baik pula, tidak terbatas pada jenis pekerjaan tertentu saja. Pada jenis pekerjaan medis, paramedis keperawatan,
paramedis non keperawatan, dan non medis semuanya membutuhkan kecerdasan emosional yang baik untuk memperoleh kualitas pelayanan
yang baik pula. Sehingga dikatakan jenis pekerjaan tidak mempunyai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan.
Hal yang diduga kuat menyebabkan tidak ada pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas
pelayanan antara lain: 1
Semua pelaksanaan jenis pekerjaan baik jenis pekerjaan medis, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis
terikat pada peraturan yang berlaku di rumah sakit. Masing-masing memiliki standar operasional penyelesaian pekerjaan yang berbeda.
Meskipun demikisn hal-hal yang bersifat umum harus diikuti oleh karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang berbeda antara lain
ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan atau pelayanan, tujuan yang sama yaitu kepuasan pelayanan bagi pasien. Karyawan pada semua
jenis pekerjaan harus mempunyai kecerdasan emosional tertentu agar mendukung kualitas pelayanan mereka. Oleh karenanya hubungan
antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan tidak berbeda pada jenis pekerjaan yang berbeda.
2 Pada jenis pekerjaan yang berbeda, karyawan akan memperoleh
pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya. Hal demikian diharapkan keryawan dapat menyelesaikan pekerjaan atau kewajibannya secara
lebih optimal. Kecerdasan emosional karyawan akan terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh rumah sakit sesuai bidang pekerjaan
karyawan. Hal demikian menyebabkan pada karyawan dengan jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaan yang berbeda, hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan tidak berbeda.
3 Terdapat supervisi pada jenis pekerjaan yang berbeda oleh atasan atau
pihak terkait tentang penyelesaian pekerjaan baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun interaksi karyawan yang bersangkutan
dengan pihak lain atau pasien. Dengan adanya supervisi ini ada standarisasi kualitas pelayanan. Oleh karenanya, pada jenis pekerjaan
yang berbeda hubungan antara jenis kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan tidak berbeda.
2. Pengaruh Usia Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan
Kualitas Pelayanan Karyawan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh usia pada
hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan. Hal ini didukung hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai
koefisien regresi dari interaksi kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan terhadap kualitas pelayanan adalah negatif
3
β = -0,094 dan nilai signifikansi
ρ = 0,501 lebih besar dari nilai alpha α = 0,05. Artinya pada usia berapapun, derajat hubungan kecerdasan emosional
terhadap kualitas pelayanan adalah sama. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Goleman bahwa
dengan dimemilikinya kemampuan mengelola emosi, maka seseorang mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. Membina
hubungan dengan orang lain adalah aspek sosial yang mendukung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keberhasilan dalam berkarier Goleman, 1999:58. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan seseorang
dalam bekerja termasuk termasuk juga dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki
seseorang, semakin besar pula kesempatan untuk mencapai keberhasilan. Hasil ini juga didukung dengan pengujian statistik hubungan antar
kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan yang menunjukkan R
2
sebesar 0,343 yang berarti 34,3 baik atau buruknya kualitas pelayanan dijelaskan oleh tinggi rendahnya kecerdasan emosional.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional sebagian besar karyawan rumah sakit 41 orang
47 dikategorikan sangat tinggi, 45 orang 51 dikategorikan tinggi dan 2 orang 2 dikategorikan sedang. Hal tersebut tampak dari
kesadaran dimilikinya keterbatasan dan keyakinan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan, mampu memahami orang lain dan mampu
memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Karyawan yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi bisa menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran dan keadilan dalam bekerja, bisa membedakan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi secara profesional, bertanggung
jawab atas pekerjaannya, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, menyukai ide atau gagasan baru yang membangun atau yang
bersifat positif, mampu memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik serta tulus dalam melakukan pelayanan.
Deskripsi kualitas pelayanan menunjukkan bahwa kualitas pelayanan sebagian besar karyawan rumah sakit sebanyak 65 orang 74
dikategorikan sangat tinggi dan 23 orang 26 dikategorikan tinggi. Kualitas pelayanan yang tinggi ini tampak pada penyampaian informasi
secara jelas, menghargai komitmen terhadap profesi maupun rekan kerja. Para karyawan juga sungguh-sungguh dalam memperhatikan keluhan dan
masalah pasien, memberikan solusi dengan tepat, memberikan jawaban- jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan pasien, memberikan
bantuan, respon, dan tanggapan terhadap kebutuhan dan keluhan, dan berusaha membuat pasien merasa aman dan nyaman dalam pelayanan.
Mereka mengerjakan tugas dengan baik, berorientasi terhadap pelayanan, serta sensitive dan responsive terhadap terhadap ekbutuhan pasien dan
rekan kerja. Selain itu, karyawan selalu berpakaian rapi dan mencerminkan citra profesional, ramah dan penuh respek, serta memiliki
kemampuan dalam mengoperasikan peralatan yang ada dengan baik. Mereka juga mampu memahami sasaran dan tujuan kelompok,
memberikan kesempatan pada orang lain dan memberikan persoalan yang dapat diterima bersama, terbuka pada pendapat orang lain, serta mampu
menjadi teladan bagi orang lain. Dari hasil penelitian di atas dapat kita lihat bahwa usia karyawan
tidak mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan. Karyawan dengan usia berapapun
membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang tinggi. Pada usia yang tinggi belum tentu
mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan, demikian juga pada usia yang lebih rendah. Pada
semua usia dibutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi untuk mencapai kualitas pelayanan yang tinggi.
Hal yang diduga kuat menyebabkan tidak ada pengaruh usia pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan antara lain
karena pada usia muda maupun tua mempunyai peranan, tugas dan tanggung jawab yang sama. Mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang sama-sama membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi untuk memperoleh kualitas pelayanan yang baik. Peraturan yang ada juga tidak
membedakan tugas dan tanggung jawab antara karyawan dengan usia muda maupun tua. Sebagai contoh seperti jam kerja yang sama atau tugas
yang sama. Usia muda maupun tua tidak dibedakan jam kerjanya atau tugasnya dalam melakukan pelayanan. Semua mendapat perlakuan yang
sama dalam bekerja.keberhasilan pelayanan tidak hanya ditentukan oleh karyawan yang berusia tua saja, tetapi ditentukan oleh semua karyawan
pada semua usia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB VI PENUTUP