Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan : studi kasus karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sleman.
vi ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DITINJAU DARI USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN
JENIS PEKERJAAN
Studi Kasus Karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562
MULYAMITA TUTIARTA RUNTUT RAHAYU Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia; (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu yang berjumlah 89 orang dan sample yang digunakan berjumlah 50 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia; (2) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
(2)
vii ABSTRACT
THE EFFECTS OF EMOTIONAL INTELLIGENCE TOWARDS THE QUALITY OF SERVICE PERCEIVED FROM AGE,
EDUCATION LEVEL, AND KINDS OF JOB A Case Study of the Employees of Panti Baktiningsih Hospital
Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562
MULYAMITA TUTIARTA RUNTUT RAHAYU Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research aims to know the effetcts of emotional intelligence towards the quality of service perceived from : (1) age; (2) educational level; (3) kinds of job.
This research was conducted at Panti Baktiningsih Hospital, Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562. The population of this research were 89 employees. They are the employees of Panti Baktiningsih Hospital. The samples were 50 employees. This research was conducted in June and July 2007. The data collecting techniques were questionnaire and documentation. The data analysis technique was regression analysis, which was developed by Chow.
The findings of the research show that there are negative effects and significant emotional intelligence towards the quality of service perceived from : (1) age ; (2) education level ; and (3) kinds of job.
(3)
i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL
TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN DITINJAU DARI USIA,
TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS PEKERJAAN
Studi Kasus : Karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sleman SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh : Mulyamita Tutiarta R. R
NIM : 021334036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
MOTTO
Sesungguhnya di mana ada kesulitan di situlah ada kelapangan
(Al Insyirah:5)
Aim the Sun, and you may not reach it, but your arrow will fly
far higher than if aimed at an object on a level with yourself
(Joel Hawes)
Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal
kebajikan mereka itu penghuni syurga, dan mereka kekal di
dalamnya (Al Baqarah:82)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Allah SWT
Bapak Ibuku tercinta
Adik-adikku tercinta
Mas Dion Tersayang
Keponakanku Wisnu...
(7)
(8)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 April 2008 Penulis
(9)
vi ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DITINJAU DARI USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN
JENIS PEKERJAAN
Studi Kasus Karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562
MULYAMITA TUTIARTA RUNTUT RAHAYU Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia; (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu yang berjumlah 89 orang dan sample yang digunakan berjumlah 50 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia; (2) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
(10)
vii ABSTRACT
THE EFFECTS OF EMOTIONAL INTELLIGENCE TOWARDS THE QUALITY OF SERVICE PERCEIVED FROM AGE,
EDUCATION LEVEL, AND KINDS OF JOB A Case Study of the Employees of Panti Baktiningsih Hospital
Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562
MULYAMITA TUTIARTA RUNTUT RAHAYU Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research aims to know the effetcts of emotional intelligence towards the quality of service perceived from : (1) age; (2) educational level; (3) kinds of job.
This research was conducted at Panti Baktiningsih Hospital, Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562. The population of this research were 89 employees. They are the employees of Panti Baktiningsih Hospital. The samples were 50 employees. This research was conducted in June and July 2007. The data collecting techniques were questionnaire and documentation. The data analysis technique was regression analysis, which was developed by Chow.
The findings of the research show that there are negative effects and significant emotional intelligence towards the quality of service perceived from : (1) age ; (2) education level ; and (3) kinds of job.
(11)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DITINJAU DARI USIA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENIS PEKERJAAN dengan baik ini. Terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Bapak Yohanes Hasoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, masukan, dan ilmu kepada penulis. 4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis.
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
6. Bapak dr. Yosafat Suryono, MM., selaku Kepala RSU Panti Baktiningsih Klepu yang telah memberikan ijin kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan penelitian di RSU Panti Baktiningsih tersebut.
(12)
ix
7. Mbak Lami, perwakilan dari sekretariat RSU..makasih buat informasinya yang berkaitan dengan karyawan RSU Panti Baktiningsih.
8. Karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu yang sudah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang penulis bagikan.
9. Orang tuaku, bapak ibu tercinta yang telah memberikan limpahan kasih sayang berupa materi dan doa kepad penulis. Makasih Pak.. Bu..
10.Adikku Mido yang berada di Bali (keep fighter, Bro…), dan adikku Ria dan suaminya Taufik serta keponakanku Wisnu.. cepat gedhe ya… thanks yah…
11.My Lovely Dion… makasih udah memberikan support, kasih sayang dan perhatian yang tiada pernah berhenti.. makasih juga buat doa-doanya, dukungan untuk segera lulus…dan semua yang udah mas Dion beri.. 12.Keluarga di Sagan dari 832 sampai 833.. Pakdhe-Budhe, le Entis-Mb
Tutik, Mb Dhona, Sunu, Rani, Lina, Lia, Zaki, Ihksan…semuanya makasih ya. Buat Bintang dan Bagas cepat besar ya..
13.Keluarga Mbah Harjo.. Pakdhe-Budhe, lan sedherek kabeh..Dhe Besar.. Nuwun nggih, Dhe…buat semuanya…
14.Le Agus n Mb Murti..nuwun ya udah jadi tempat menginap saat ngajar di sekolah.. Mas Iwan, nuwun buat print2annya..buat Nisa koq makin ndut. 15.Keluarga di Bedilan… bapak dan ibu, de Widhi n Shafa, adik-adikku
(13)
x
16.Sahabat-sahabatku yang meski udah jauhan kita tetep saling kasih kabar… Liong, Flora, Desi, Sisil, Lia..duh jeng…kapan kita bisa kumpul-kumpul lagi…
17.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca semua yang bersifat membangun. Akhir kata sekian dari penulis.
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, April 2008
(14)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
MOTTO……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v
ABSTRAK ………. vi
ABSTRACT………... vii
KATA PENGANTAR……… viii
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL……….. xv
DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Batasan Masalah……….. 4
C. Rumusan Masalah……… …… 4
D. Tujuan Penelitian………. 5
E. Manfaat Penelitian……… 5
BAB II LANDASAN TEORETIK A. Kecerdasan Emosional………. 6
(15)
xii
2. Jenis-jenis Emosi……… 7
3. Kecerdasan ………. 8
4. Kecerdasan Emosional……… 8
B. Kualitas Pelayanan (Jasa)………. 10
1. Pengertian Kualitas Pelayanan……… 10
2. Karakteristik Kualitas Pelayanan……… 11
C. Usia……… 14
D. Tingkat Pendidikan………. 15
E. Jenis Pekerjaan………. 17
F. Kerangka Berpikir……… 18
1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Usia………... 18
2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan…………... 19
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Jenis Pekerjaan………. 21
G. Hipotesis……… 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….. 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian……… 24
C. Subjek dan Objek Penelitian……….. 24
(16)
xiii
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya……… 25
F. Teknik Pengumpulan Data……… 30
G. Pengujian Instrumen Penelitian………. 31
1. Uji Validitas………. 31
2. Uji Reliabilitas………. 33
H. Teknik Analisis Data………. 34
1. Analisis Deskriptif……….. 34
2. Pengujian Normalitas dan Linieritas……….. 35
3. Pengujian Hipotesis………... 36
BAB IV GAMBARAN UMUM RSU PANTI BAKTININGSIH A. Sejarah……….. 40
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Moto RSU Panti Baktiningsih……….. 43
C. Struktur Organisasi……….. 44
D. Personalia……… 44
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data……… 45
B. Analisa Data……… 49
1. Pengujian Normalitas……… 49
2. Pengujian Linieritas………. 55
3. Pengujian Hipotesis Penelitian……….. 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian………. 62 1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas
(17)
xiv
Pelayanan Ditinjau dari Usia……… 62
2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan……… 66
3. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Jenis Pekerjaan……….. 70
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan……….. 74
B. Keterbatasan……… 75
C. Saran……… 75
DAFTAR PUSTAKA………. 78
LAMPIRAN………... 80
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lima Dimensi Kualitas Jasa
Bidang Jasa Kesehatan……….. 13
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional………. 25
Tabel 3.2 Skala Likert……… 27
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan……… 27
Tabel 3.4 Skala Likert……… 29
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional 32 Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Pelayanan…. 32 Tabel 3.7 Hasil Pengujian Realibilitas Variabel Penelitian………… 34
Tabel 5.1 Deskripsi Kecerdasan Emosional……… 46
Tabel 5.2 Deskripsi Kualitas Pelayanan………. 47
Tabel 5.3 Deskripsi Usia……… 47
Tabel 5.4 Deskripsi Tingkat Pendidikan………. 48
Tabel 5.5 Deskripsi Jenis Pekerjaan……… 49
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Usia……….. 50
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….. 50
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Pekerjaan……….. 51
(19)
xvi
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kualitas
Pelayanan Ditinjau dari Usia……… 52
Table 5.10 Hasil Pengujian Normalitas Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan……… 53
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Jenis Pekerjaan……….. 54
Tabel 5.12 Hasil Pengujian Linieritas……….. 55
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Hipotesis I……… 56
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Hipotesis II……….. 58
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian……… 80
Lampiran 2. Daftar Data Penelitian……….. 88
Lampiran 3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………. 99
Lampiran 4. Uji Normalitas dan Linieritas………... 106
Lampiran 5. Uji Hipotesis Penelitian………... 123
Lampiran 6. Perhitungan PAP II………. 129
Lampiran 7. Struktur Organisasi………. 133
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian……… 135
(21)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan bisnis yang ketat di antara organisasi jasa penyedia jasa
adalah fakta yang tak dapat dipungkiri pada masa sekarang ini. Dalam
persaingan bisnis yang ketat tersebut, kualitas pelayanan menjadi salah satu
penentu eksistensi bagi sebuah organisasi jasa. Jika kualitas pelayanan baik
hal tersebut dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, memperbesar pangsa
pasar serta meningkatkan volume penjualan produk atau jasa. Subjek yang
menentukan tinggi rendahnya kualitas pelayanan organisasi tersebut adalah
sumber daya manusia (karyawan) yang terlibat di dalamnya. Kualitas jasa ini
menunjukkan ukuran relatif kesempurnaan dari suatu produk atau jasa
(Tjiptono, 2005:110).
Karyawan dalam suatu organisasi jasa memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Perbedaan sifat dan karakter ini tentu saja akan membawa
dampak pada perbedaan kemampuan karyawan dalam mengelola dan
mengendalikan emosi dalam menyelesaikan pekerjaannya sendiri, bersama
rekan sekerja dan dalam hubungannya dengan konsumen/pelanggan.
Kemampuan seseorang untuk mengelola dan mengendalikan emosi dalam
istilah psikologi populer disebut kecerdasan emosional. Secara definitif
(22)
2
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur
keadaan jiwa (Goleman, 1999:45).
Kecerdasan emosional yang tinggi penting dimiliki oleh orang yang
bekerja. Beberapa riset menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional
seseorang menentukan tingkat keberhasilan seseorang dalam bekerja. Pada
organisasi jasa seperti rumah sakit misalnya, tingkat kecerdasan emosional
dokter, perawat dan pegawai lainnya akan menentukan tingkat kenyamanan
pengguna jasanya. Tingkat kenyamanan yang dirasakan pengguna jasa
selanjutnya akan berdampak pada tingkat loyalitas pelanggan.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan
diduga kuat berbeda pada seseorang yang memiliki usia, tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan yang berbeda. Pada sisi usia, diduga kuat derajat
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan akan tinggi pada
usia dewasa, sementara akan rendah pada usia muda. Hal ini disebabkan
karena karyawan yang berusia dewasa lebih mampu mengelola dan
mengendalikan emosi dalam bekerja. Sementara pada usia muda, diduga
derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan pada
karyawan rendah, hal ini dikarenakan karyawan usia muda masih
berubah-ubah dalam mengelola dan mengendalikan emosi dalam bekerja dan tidak
sebaik pada karyawan usia dewasa.
Pada sisi tingkat pendidikan, fakta menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan dari setiap karyawan rumah sakit berbeda-beda. Perbedaan
(23)
3
keterampilan, keahlian, wawasan yang berbeda-beda. Karenanya, peneliti
menduga bahwa derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas
pelayanan akan lebih tinggi pada karyawan yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi. Hal ini disebabkan mereka memiliki wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas, lebih memiliki keahlian dan keterampilan
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Jenis pekerjaan di rumah sakit pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
jenis pekerjaan medis seperti dokter, paramedis perawat seperti perawat,
paramedis non perawat seperti apoteker, dan non medis seperti administrasi
keuangan, dimana pada setiap jenis pekerjaan tersebut memiliki ciri dan
kewajiban atau tugas yang berbeda. Derajat pengaruh kecerdasan emosional
terhadap kualitas pelayanan diduga kuat berbeda pada jenis pekerjaan yang
berbeda pula. Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas
pelayanan diduga kuat akan lebih tinggi pada karyawan yang bekerja pada
bagian medis. Hal ini disebabkan karena pada jenis pekerjaan medis
menuntut setiap sumber daya manusianya memiliki kompetensi untuk
menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keakuratan diagnosa, keahlian
dalam menangani dan menyembuhkan pasien. Pengaruh kecerdasan
emosional terhadap kualitas pelayanan pada karyawan yang bekerja di bagian
paramedis dan non medis diduga kuat akan lebih rendah dibandingkan
pekerjaan pada karyawan bagian medis. Hal ini disebabkan karena mereka
tidak melakukan pelayanan medis dan tidak bertanggung jawab secara
(24)
4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermaksud meneliti
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia,
tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Penelitian ini selanjutnya dituangkan
ke dalam judul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN DITINJAU DARI USIA, TINGKAT
PENDIDIKAN, DAN JENIS PEKERJAAN”. Penelitian ini merupakan studi
kasus pada RSU Panti Baktiningsih Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman
55562, Telp (0274) 798281.
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan rumah
sakit. Faktor-faktor tersebut antara lain teknologi, peralatan serta kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional sumber daya manusianya. Penelitian ini
memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional. Secara lebih spesifik akan
diselidiki seberapa jauh pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas
pelayanan ditinjau dari segi usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan
karyawan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan
(25)
5
2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan
ditinjau dari tingkat pendidikan ?
3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan
ditinjau dari jenis pekerjaan ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
kualitas pelayanan ditinjau dari usia.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran bagi rumah sakit dalam pemecahan permasalahan, serta dalam
pengambilan keputusan kebijaksanaan peningkatan kualitas pelayanan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
(26)
6 BAB II
LANDASAN TEORETIK
A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin yang berarti movere yang
diartikan bergerak/menggerakkan (Goleman,1999:7). Emosi akan
melibatkan seseorang dalam suatu kegiatan apapun jenis emosi yang akan
dimunculkan, karena emosi menghubungkan sesuatu yang berada di luar
dengan pribadi, maka emosi akan membuat seseorang menaruh perhatian
kepada apa yang dipelajarinya (Hernowo,
http://www.mizan.com/portal/template/bacaartikel/kodeart/930).
Emosi pada dasarnya adalah dorongan dari seseorang untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi (Harmoko,
http://www.binuscarrer.com/articleaspx?id=h103fqu87k631%2FWL86qSq
g%3D%3). Dalam kamus bahasa Inggris Oxford emosi lebih lanjut
diartikan sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu keadaan
biologi dan menjauh, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
Menurut Cooper dan Sawaf (1998:XV), emosi bisa secara sederhana
didefinisikan sebagai penerapan dari ‘gerakan’ baik secara metafora
(27)
7
psikologi mendefinisikan emosi sebagai peristiwa kejiwaan yang dihayati
dengan suka atau tidak suka.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan emosi
adalah gerakan atau peristiwa kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang
yang dihayati dengan suka ataupun tidak suka yang menghubungkan
sesuatu yang berada di luar diri personal dengan pribadi.
2. Jenis-jenis Emosi
Menurut Goleman dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan
Emosional”(http://www.binuscareer.com), jenis-jenis emosi antara lain : a. Amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati, rasa,
terganggu seperti rasa pahit, tersinggung, merasa hebat dan sebagainya.
b. Kesedihan, seperti pedih, sedih, asa, depresi berat.
c. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak
senang, tidak tenang, was-was fobia dan panik.
d. Kenikmatan, seperti bahagia, gembira, riang, puas, terhibur, bangga,
takjub, senang sekali, dan sebagainya.
e. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti hormat, kasih.
f. Jengkel, hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah dan sebagainya.
g Terkejut, takjub, terpana, dan sebagainya.
(28)
8 3. Kecerdasan
Berdasarkan pandangan tradisional, kecerdasan meliputi
kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit
keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal dan
sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang
akademis. Sedangkan pandangan modern menyatakan bahwa perlu ada
yang dikembangkan mengenai kecerdasan lain di luar IQ seperti bakat,
ketajaman, pengamatan, sosial, hubungan sosial, kematangan sosial
(Secapramana, http://dokterindo.net.id/emosi.html).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan membaca, menulis, berhitung dan bakat
yang ada pada seseorang sebagai jalur sempit keterampilan kata dan angka
yang menjadi fokus di pendidikan formal dan untuk mangarahkan
seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis.
4. Kecerdasan Emosional
Cooper dan Sawaf (1998:XV) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi juga
berarti kemampuan untuk tidak melebihkan kesenangan, mengatur suasana
hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
(29)
9
Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan
dapat dikenal melalui lima komponen dasar, yaitu sebagai berikut
(http://ganeca.blogspirit.com/archive/2005/06/23/ge_mozaik_juni_2005_p
entingnya_pendidikan_kecerdasan_emosi_html):
a. Self a awareness (mengenali emosi diri)
Meliputi : mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan, mengetahui
keterbatasan diri, keyakinan akan kemampuan sendiri.
b. Self a regulation (pengelolaan/penguasaan diri)
Meliputi : menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung norma
kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes
terhadap perubahan, terbuka dengan ide-ide serta informasi baru.
c. Self a motivation (memotivasi sendiri)
Meliputi : dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan
sasaran kelompok dan organisasi, kemampuan untuk memanfaatkan
kesempatan, kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan
hambatan.
d. Emphaty (empati)
Meliputi : memahami perasaan orang lain, tanggap terhadap kebutuhan
orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani.
e. Effective relationship (membina hubungan dengan orang lain)
Meliputi : kemampuan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan
(30)
10
jawab, memiliki semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, ada
kemampuan untuk membangun tim.
Komponen-komponen di atas diharapkan mampu membantu setiap
individu untuk dapat menyalurkan emosinya dengan tepat dan
proporsional.
B. Kualitas Pelayanan (Jasa)
1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan salah satu penentu posisi ataupun
eksistensi dari sebuah organisasi jasa. Beberapa ahli memberikan definisi
tentang mutu pelayanan medis. Payne (Lumenta Benyamin, 1989:112)
mendefinisikan mutu pelayanan medis sebagai tingkat kecemerlangan
yang dihasilkan dan dicatat selama proses pemeriksaan pasien hingga
memperoleh diagnosis dan pelaksanaan proses pengobatan. Semuanya
harus pada pengetahuan terbaik yang diperoleh dan terbukti menurunkan
morbiditas dan mortalitas bagi masyarakat.
Pelayanan medis yang baik secara umum dapat diuraikan dan
dijabarkan dalam 8 hal yaitu (Lumenta, Benyamin 1989:113) :
a. Pelayanan medis yang baik terbatas pada pelaksanaan pengobatan
rasional yang didaarkan atas ilmu kedokteran.
b. Pelayanan medis yang baik menekankan pencegahan.
c. Pelayanan medis yang baik menghendaki kerjasama yang wajar antara
(31)
11
d. Pelayanan medis yang baik mengobati seseorang secara seutuhnya.
e. Pelayanan medis yang baik memelihara hubungan pribadi antara
dokter dan pasien secara erat dan berkesinambungan.
f. Pelayanan medis yang baik dikoordinasikan dengan pembinaan
kesejahteraan sosial.
g. Pelayanan medis yang baik mengkoordinasikan semua jenis
(spesialisasi pelayanan medis).
h. Pelayanan medis yang baik berarti memanfaatkan semua pelayanan
yang diperlukan dan yang dapat diberikan ilmu kedokteran modern
kepada masyarakat yang membantunya.
Kualitas pelayanan yang baik akan bermanfaat dalam menciptakan
loyalitas pelanggan dan memperbesar pangsa pasar (Tjiptono, 2005:110).
Kualitas pelayanan dalam organisasi jasa banyak dipengaruhi oleh proses
interaksi dan komunikasi yang berlangsung selama proses penyampaian
jasa. Dalam proses interaksi dan komunikasi ini sikap dan layanan
karyawan menjadi paling berpengaruh terhadap kualitas jasa yang
dihasilkan.
2. Karakteristik Kualitas Pelayanan
Kualitas jasa memiliki beberapa karakteristik. Melalui serangkaian
penelitian terhadap berbagai macam industri jasa, Parasuraman, Zeilthaml,
dan Berry mengidentifikasikan lima dimensi pokok kualitas jasa
(32)
12
a. Reliabilitas (reliability)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan
yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan
menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
b. Daya tanggap (responssiveness)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta
menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat.
c. Jaminan (assurance)
Yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para
pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu
bersikap sopan dan menguasai pengatahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah
pelanggan.
d. Empati (empathy)
Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggan dan bertindak
demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal
(33)
13
e. Bukti fisik (tangibles)
Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material
yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
Berikut ini disajikan contoh cara konsumen menilai lima dimensi kualitas
jasa pada bidang jasa kesehatan (Tjiptono, 2005:134) :
Tabel 2.1
Lima Dimensi Kualitas Jasa Bidang Jasa Kesehatan Bidang
Jasa
Realibilitas Daya Tanggap
Jaminan Empati Bukti Fisik Kesehatan Janji ditepati
sesuai jadwal, diagnosisnya terbukti akurat Mudah diakses, tidak lama menunggu, bersedia mendengar keluh kesah pasien Pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, reputasi Mengenal pasien dengan baik, mengingat masalah (penyakit, keluhan,dll) sebelumnya , pendengar yang baik, sabar Ruang tunggu, ruang operasi, peralatan , bahan-bahan tertulis
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan oleh Kris
Suminar pada skripsinya yang berjudul ‘’Pengaruh Jenis Pekerjaan, Tingkat
Pendidikan dan Locus of Control Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Kualitas Pelayanan Karyawan’’ pada bulan
November-Desember 2006 dengan studi kasus RS Panti Rapih dan RSM Dr. YAP
(2007:74) dinyatakan hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas
pelayanan menunjukkan nilai R2=0,793. Ini berarti 79,3% faktor kualitas
pelayanan karyawan dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, dan sisanya
(34)
14
Dari hasil penelitian tersebut di atas, dapat dilihat bahwa karyawan
yang mampu memberikan kualitas pelayanan yang baik adalah karyawan yang
memiliki kecerdasan tinggi. Hal ini disebabkan karena untuk dapat
memberikan kualitas pelayanan yang baik terutama rumah sakit diperlukan
sumber daya manusia yang baik pula. Sumber daya manusia yang baik adalah
sumber daya yang mampu mengendalikan dan mengelola emosinya,
bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan citra baik rumah sakit,
memiliki pengetahuan, kemampuan dan keahlian dalam bidangnya serta
berorientasi pada pelayanan.
C. Usia
Usia atau umur manusia diartikan sebagai lama waktu hidup dan
tinggal seorang manusia di dunia. Umur selalu berkaitan dengan satuan waktu,
baik hari, bulan atau tahun. Umur manusia umumnya dihitung dengan
menggunakan satuan tahun, seperti 2 tahun, 4 tahun atau 40 tahun. Usia muda
berkisar antara 0-25 tahun sedangkan usia dewasa di atas usia tersebut.
Peneliti Perilaku Organisasi, Susan Rhodes (Kreitner, 2000:219)
menemukan bahwa saat usia bertambah dewasa, kepuasan kerja karyawan,
keterlibatan kerja, motivasi kerja dari dalam dan komitmen terhadap
organisasi kerja meningkat. Dinyatakan juga dalam buku tersebut, bahwa usia
dapat memprediksikan kinerja yang lebih baik, sehingga akan berpengaruh
(35)
15 D. Tingkat Pendidikan
Seringkali di dalam bekerja, faktor pendidikan merupakan syarat atau
pokok untuk memegang fungsi tertentu. Pengertian pendidikan menurut
Heidjirachman (1984:77) adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan
teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Pendidikan juga bisa diartikan sebagai
usaha sadar dan berencana dalam menciptakan suasana belajar agar peserta
didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki
kepribadian, kecerdasan sikap spiritual, keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara, melalui kegiatan bimbingan latihan dan atau
cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Phillip H. Coombs (Muri,Yusuf, 1982;61) seorang ahli perencanaan
pendidikan, mengklasifikasikan bentuk pendidikan menjadi tiga golongan
yaitu :
1. Pendidikan informal ialah merupakan suatu proses yang sesungguhnya
terjadi seumur hidup yang karenanya tiap-tiap individu memperoleh sikap,
nilai, keterampilan dan pengetahuan dari pengalaman sehari-hari dan
pengaruh lingkungan.
2. Pendidikan formal ialah pendidikan yang berstruktur, mempunyai
jenjang/tingkat, dalam periode waktu tertentu berlangsung dari sekolah
(36)
16
juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan teknis dan
profesional.
3. Pendidikan non formal ialah suatu bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja dan sistematis dengan menyesuaikan
waktu pelaksanaan, materi yang diberikan, proses belajar mengajar yang
dipakai dan fasilitas yang digunakan serta tenaga pengajar dengan
kebutuhan dan keadaan peserta didik dan kebutuhan lingkungan atau
masyarakat sekitarnya.
Menurut Wens Tanlain (2002:28,46) jenjang pendidikan formal ada
empat yaitu :
1. Pendidikan dasar, dengan jalur pendidikan sekolah yang ditempuh melalui
SD dan pra sekolah.
2. Pendidikan lanjutan, dengan jalur pendidikan sekolah meliputi SLTP.
3. Pendidikan menengah, dengan jalur pendidikan sekolah meliputi SLTA,
SMK dan sederajat.
4. Pendidikan tinggi, dengan jalur pendidikan sekolah meliputi universitas,
sekolah tinggi, akademi, dan lain-lain.
Setiap pekerjaan memiliki kriteria tingkat pendidikan yang
bebeda-beda. Tingkat pendidikan yang disyaratkan dalam suatu pekerjaan umumnya
diperoleh dari pendidikan formal mulai dari tingkat pendidikan SD, SLTP,
SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, ataupun S3. Secara garis besar tingkat pendidikan
tersebut di atas dapat diklasifikaikan menjadi tiga yaitu : tingkat pendidikan
(37)
17
tingkatan memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Kemampuan dan wawasan
yang dimiliki karyawan lulusan tingkat pendidikan dasar tentu berbeda dengan
karyawan lulusan tingkat pendidikan di atasnya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan diharapkan semakin tinggi pula kemampuan dan wawasannya.
E. Jenis Pekerjaan
Pada rumah sakit, jenis pekerjaan dibagi menjadi empat yaitu medis,
non medis, perawat, dan non perawat. Pekerjaan medis adalah dokter, baik
dokter umum maupun dokter spesialis sedangkan jenis pekerjaan paramedis
perawat meliputi perawat, paramedis non perawat meliputi apoteker,
karyawan bagian laboratorium dan lain sebagainya yang sejenis, sedangkan
pada jenis pekerjaan non medis meliputi bagian administrasi, bagian
keuangan, dan personalia.
Berbagai jenis pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh
karyawan jika didukung adanya job-description (uraian pekerjaan). Uraian
pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung
jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan
pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Apabila keempat jenis pekerjaan
tersebut sudah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka jenis
pekerjaan tersebut sudah mencapai kualitas pelayanan yang baik.
Pelayanan medis merupakan jasa utama yang disediakan rumah sakit,
oleh karena itu baik buruknya pelayanan medis akan membentuk image rumah
(38)
18
tergantung pada tenaga medisnya yaitu dokter, yang selanjutnya para tenaga
paramedis perawat dan paramedis non perawat. Selain itu para tenaga medis
dan paramedis ini juga dibantu oleh tenaga manajemen di bidang
ketenagakerjaan atau personalia. Selain itu mereka juga dibantu oleh tenaga
kebersihan untuk menjaga ketertiban, kenyamanan, keamanan dan lingkungan
rumah sakit. Dari sekian jenis pekerjaan tersebut, pekerjaan paramedis dan
non medis memang penting, tetapi pimpinan dan tanggung jawab serta baik
buruknya rumah sakit diberikan oleh mereka yang lulusan fakultas
kedokteran.
F. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia.
Kualitas pelayanan jasa dalam suatu organisasi jasa banyak
dipengaruhi oleh proses interaksi dan komunikasi yang berlangsung
selama penyampaian jasa. Dalam proses tersebut, sikap dan perilaku
karyawan akan menjadi penentu kualitas jasa yang diberikan kepada
pelanggan. Sementara kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosinya sendiri
maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang
mempromosikan kerja sama, yang mengacu pada produktivitas bukan pada
konflik. Kecerdasan emosional yang tinggi penting dimiliki oleh orang
(39)
19
yang tinggi mampu mengendalikan emosi dan diharapkan dapat
meningkatkan keberhasilan dalam bekerja.
Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas
pelayanan diduga kuat berbeda pada seseorang yang memiliki tingkat usia
yang berbeda. Dari segi usia, diduga kuat derajat pengaruh kecerdasan
emosional terhadap kualitas pelayanan lebih tinggi pada usia dewasa. Hal
ini disebabkan karena karyawan yang berusia dewasa mampu mengelola
dan mengendalikan emosi dalam bekerja. Secara mendasar, mereka lebih
lama dan berpengalaman dalam menghadapi berbagai karakter dan sifat
pelanggan. Sementara pada karyawan usia muda, diduga derajat
kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan lebih rendah daripada
karyawan usia dewasa. Hal ini disebabkan mereka masih berubah-ubah
dalam mengelola serta mengendalikan emosi dalam bekerja. Seseorang
yang masih baru dalam bekerja dan berusia muda, masih membutuhkan
waktu untuk belajar mengenai lingkungan kerjanya dan dalam menghadapi
berbagai karakter pelanggan. Dengan demikian, diduga derajat pengaruh
kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan pada karyawan usia
muda lebih rendah dibandingkan dengan karyawan usia dewasa.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Kualitas pelayanan memiliki dimensi yang perlu diperhatikan demi
terciptanya keunggulan layanan. Keunggulan layanan ini bisa tercipta
(40)
20
keramahan, dan kenyamanan layanan. Kualitas pelayanan karyawan
ditentukan oleh proses interaksi dan komunikasi yang berlangsung selama
proses penyampaian jasa. Dalam proses interaksi dan komunikasi tersebut
sumber daya manusianya dituntut untuk mampu mengelola emosi dengan
baik dan mampu menerapkan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Pengaruh yang diberikan kecerdasan emosional terhadap kualitas
pelayanan tentu saja memiliki derajat yang berbeda pada karyawan yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi, menengah, dan dasar. Pada karyawan
dengan tingkat pendidikan tinggi, diduga pengaruh kecerdasan emosional
terhadap kualitas pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan
dengan tingkat pendidikan menengah dan dasar. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan kompetensi, keterampilan, keahlian, dan wawasan di
antara ketiganya. Karyawan dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas, lebih memiliki
keterampilan dan keahlian dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih
rendah. Dengan wawasan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang
luas, maka orang akan lebih menghargai diri sendiri dan orang lain.
Maksud dari menghargai diri sendiri adalah mampu mengenali emosional
yang dirasakan dan mampu mengelolanya dengan tepat. Seseorang yang
mampu menghargai serta mengenali keadaan emosional sendiri maka dia
akan terbuka dan menghargai keadaan emosional orang lain. Penghargaan
dan keterbukaan ini selanjutnya akan membuat seseorang mampu menjalin
(41)
21
kerja. Dengan kata lain karyawan tersebut mampu memberikan kualitas
pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Karyawan dengan tingkat
pendidikan menengah dan rendah memang memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan dan keahlian juga namun tidak sebaik
karyawan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Semakin rendah tingkat
pendidikan akan membawa kompetensi yang semakin rendah. Dengan
demikian kemampuan dalam memberikan kualitas pelayanannya pun tidak
sebaik karyawan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.
3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
Pada rumah sakit jenis pekerjaan dibagi menjadi empat yaitu
medis, paramedis perawat, paramedis non perawat, dan non medis.
Karyawan medis meliputi dokter baik dokter umum maupun dokter
spesialis, sedangkan jenis pekerjaan paramedis perawat meliputi perawat
dan asisten perawat. Pada jenis pekerjaan paramedis non perawat meliputi
apoteker, bagian laboratorium dan lain sebagainya yang sejenis, sedangkan
pada jenis pekerjaan non medis meliputi bagian administrasi, personalia,
bagian keuangan dan lain sebagainya yang sejenis.
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan tentu
saja memiliki derajat yang berbeda pada jenis pekerjaan medis, non medis,
paramedis perawat dan paramedis non perawat. Pada pekerjaan medis
seperti dokter diduga derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap
(42)
22
perawat, paramedis non perawat, dan non medis. Hal ini disebabkan
karena jenis pekerjaan medis menuntut setiap sumber daya manusianya
memiliki kompetensi untuk menjalin hubungan yang baik dengan pasien,
keakuratan diagnosa, keahlian menangani dan menyembuhkan pasien, dan
sebagainya. Mereka juga harus membuat dan menjaga citra baik dari
rumah sakit dan bertanggung jawab atas kepuasan pasien. Untuk dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut para pekerja medis
seperti dokter harus memiliki ilmu kedokteran yang tinggi, seni
berkomunikasi yang baik, menguasai bimbingan dan konseling serta
mampu mengendalikan emosi agar tidak berdampak pada pasien. Kriteria
jenis pekerjaan medis membuat para pekerjanya memerlukan kecerdasan
emosional yang tinggi agar mampu menciptakan kualitas pelayanan yang
baik dibandingkan tenaga selain medis. Tingkat kecerdasan emosional
mereka tersebut diduga kuat berdampak positif pada kualitas pelayanan
kepada pasien. Pekerjaan paramedis perawat, paramedis non perawat, dan
non medis memang penting dan dituntut memerlukan kecerdasan
emosional juga, namun sebagian besar dari mereka tidak melakukan
kontak langsung dengan pasien sehingga tuntutan dan tanggung jawab
pekerjaan tidak setinggi pekerjaan medis. Paramedis perawat memang
melakukan kontak langsung dengan pasien, namun tugas mereka hanya
membantu dokter sehingga tidak bertanggung jawab langsung atas diri
pasien. Para karyawan non medis dan paramedis non perawat juga tidak
(43)
23
pelayanan medis dan tidak berinteraksi langsung dengan pasien. Dengan
demikian pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan
dalam pekerjaan paramedis perawat, paramedis non perawat dan non
medis diduga lebih rendah dibandingkan pekerjaan karyawan medis.
G. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka berpikir yang dikembangkan di atas, maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau
dari usia.
2. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau
dari tingkat pendidikan.
3. Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau
(44)
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada RSU Panti Baktiningsih, Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562 Telp (0274) 798281. Penelitian ini dengan subjek seluruh karyawan rumah sakit maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada seluruh karyawan pegawai RSU Panti Baktiningsih yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSU Panti Baktiningsih, Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman 55562 Telp (0274) 798281.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2007.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh pegawai karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu.
(45)
25
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, kualitas pelayanan, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
D. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 1995:152). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai atau karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami, mengelola, dan menyalurkan emosi secara tepat. Dimensi-dimensinya antara lain mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain. Kemudian dimensi-dimensi tersebut dijabarkan dalam sejumlah indikator. Setiap indikator dikembangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional :
Pertanyaan
No Dimensi Indikator
Positif Negatif 1 Mengenali
emosi diri
• Mengenali emosi diri
• Mengetahui kekuatan
• Mengetahui keterbatasan 4 2 1
(46)
26
diri
• Keyakinan akan kemampuan sendiri
3 2 Mengelola
emosi
• Menahan emosi dan dorongan negatif
• Menjunjung norma kejujuran dan integritas
• Bertanggungjawab atas kinerja sendiri
• Luwes terhadap perubahan
• Terbuka dengan ide-ide serta informasi baru
5 6 7 8 9 3 Memotivasi diri
• Dorongan untuk menjadi lebih baik
• Menyesuaikan dengan sasaran kelompok dan organisasi
• Kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan
• Kegigihan dalam
memperjuangkan kegagalan dan hambatan 10 11 12 13 4 Mengenali emosi orang lain
• Memahami perasaan orang lain
• Tanggap terhadap kebutuhan orang lain
• Mengerti perasaan orang lain
• Siap sedia melayani
14 17 18 16 5 Membina hubungan dengan orang lain
• Kemampuan persuasi
• Terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas
• Kemampuan menyelesaikan tanggungjawab
• Memiliki semangat leadership
• Kolaborasi dan kooperasi
• Ada kemampuan untuk membangun tim 19, 15 20 21 22 23 24
Untuk mengukur variabel kecerdasan emosional diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang dibagikan. Kuesioner yang digunakan
(47)
27
berbentuk pertanyaan tertutup di mana reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh tersebut kemudian diberi skor dengan menggunakan 4 skala Likert.
Tabel 3.2 Skala Likert
Skor Pertanyaan No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
2. Variabel Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah ukuran baik buruknya suatu hasil kinerja penyedia jasa serta kesesuaian pemberian layanan dengan spesifikasi peranan atau kebutuhan pelanggan. Dimensi-dimensi dari variabel kualitas pelayanan tersebut antara lain reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik. Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam sejumlah indikator, yang kemudian setiap indikator dikembangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan
Pertanyaan
No Dimensi Indikator
Positif Negatif 1 Reliabilitas • Menyediakan jasa sesuai
yang dijanjikan
• Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan
• Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama kali
• Menyampaikan jasa sesuai 2 17, 5
(48)
28
dengan waktu yang dijanjikan
• Menyimpan catatan atau dokumen tanpa kesalahan
24 22 2 Daya
tanggap
• Menginformasikan
pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa
• Layanan yang segera atau cepat bagi pelanggan
• Kesediaan untuk membantu pelanggan
• Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan
3
8 10 20
3 Jaminan • Karyawan yang
menumbuhkan rasa percaya pada pelanggan
• Membuat pelanggan merasa aman sewaktu melakukan transaksi
• Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan
• Karyawan yang mampu
menjawab pertanyaan pelanggan 9, 4 21 14 23
4 Empati • Memberikan perhatian
individual kepada pelanggan
• Karyawan yang
memperlakukan pelanggan secara penuh perhatian
• Sungguh-sungguh
mengutamakan kepentingan pelanggan
• Karyawan yang memahami kepentingan pelanggan
• Waktu beroperasi atau jam kantor yang nyaman
18 15
13
7
25 5 Bukti fisik • Peralatan modern
• Fasilitas yang berdaya tarik visual
• Karyawan yang
berpenampilan rapi dan profesional
• Materi-materi berkaitan dengan jasa yang berdaya tarik visual
1 6 11, 19
(49)
29
Untuk mengukur variabel kualitas pelayanan diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang dibagikan. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup dimana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh tersebut kemudian diberi skor dengan menggunakan 4 skala Likert.
Tabel 3.4 Skala Likert
Skor Pertanyaan No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
3. Variabel Usia
Dalam variabel usia, pengelompokannya sebagai berikut (Siti Partini, 1995:92):
• Usia Remaja : 13-18 tahun skor 1
• Dewasa Dini : 19-40 tahun skor 2
• Dewasa Madya : 41-60 tahun skor 3
• Usia Lanjut : 61 tahun skor 4
4. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian sesuai dengan pendidikan formal terakhir yang dimiliki karyawan yang dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : tingkat pendidikan tinggi, menengah, dan dasar. Pengukuran
(50)
30
dengan menggunakan skala ordinal yaitu untuk tingkat pendidikan tinggi diberi skor 3, menengah diberi skor 2, sedangkan dasar diberi skor 1. 5. Variabel jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dalam penelitian digolongkan menjadi empat, yaitu medis, paramedis perawat, paramedis non perawat, dan non medis. Pengukuran dengan menggunakan skala ordinal yaitu untuk jenis pekerjaan medis diberi skor 4, paramedis perawat diberi skor 3, paramedis non perawat diberi skor 2, dan jenis pekerjaan non medis diberi skor 1.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner dan dokumentasi.
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Dengan cara ini peneliti memperoleh data primer tentang kecerdasan emosional, kualitas pelayanan, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data dari dokumen perusahaan. Dokumentasi peneliti gunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang RSU Panti Baktiningsih Klepu.
(51)
31
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian harus validitas dan realibilitas agar diperoleh item-item soal dalam kuesioner yang sahih dan tidak menyesatkan nantinya dalam pengambilan keputusan.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kehandalan suatu instrumen. Untuk mengukur validitas ini digunakan rumus korelasi Product Moment (Saifudin Azwar, 2004:166) yaitu sebagai berikut:
(
) (
)( )
(
)
(
)
{
2 2}
{
(
2)
( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan:rxy = Kofisien korelasi antara item soal dan total skor
∑X = Jumlah skor item soal
∑Y = Jumlah skor total skor
∑X2 = Jumlah skor item soal yang dikuadratkan
∑Y2 = Jumlah skor total yang dikuadratkan
∑XY = Jumlah hasil kali item soal dan total skor N = Jumlah subjek yang diselidiki
Dalam pengujian korelasi validitas ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur apa yang
diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir
instrumen tidak valid.
Pengujian validitas butir instrumen penelitian dilakukan di RSM Dr. YAP Yogyakarta dengan jumlah responden (karyawan) sebanyak 30 orang. Pengujian ini dilakukan sebelum peneliti mengadakan penelitian. Pengujian validitas dihitung dengan bantuan SPSS 12.00 for windows.
(52)
32
Hasil pengujian validitas instrumen penelitian untuk variabel kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan adalah sebagai berikut (lamp. 3, hal. 104-105) :
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional
No. Butir Corrected Item-Total Correlation R tabel Keterangan
KE1 0.4000 0.239 Valid
KE2 0.3782 0.239 Valid
KE3 0.3787 0.239 Valid
KE4 0.4384 0.239 Valid
KE5 0.4185 0.239 Valid
KE6 0.4413 0.239 Valid
KE7 0.5888 0.239 Valid
KE8 0.7190 0.239 Valid
KE9 0.4460 0.239 Valid
KE10 0.4341 0.239 Valid
KE11 0.5812 0.239 Valid
KE12 0.7224 0.239 Valid
KE13 0.4595 0.239 Valid
KE14 0.4063 0.239 Valid
KE15 0.3891 0.239 Valid
KE16 0.4104 0.239 Valid
KE17 0.3654 0.239 Valid
KE18 0.6046 0.239 Valid
KE19 0.3991 0.239 Valid
KE20 0.5090 0.239 Valid
KE21 0.4791 0.239 Valid
KE22 0.4376 0.239 Valid
KE23 0.4783 0.239 Valid
KE24 0.5404 0.239 Valid
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Pelayanan
No. Butir Corrected Item-Total Correlation R tabel Keterangan
KP1 0.4712 0.239 Valid
KP2 0.4700 0.239 Valid
KP3 0.4739 0.239 Valid
KP4 0.6970 0.239 Valid
KP5 0.3617 0.239 Valid
KP6 0.4411 0.239 Valid
KP7 0.3545 0.239 Valid
KP8 0.6114 0.239 Valid
KP9 0.4076 0.239 Valid
KP10 0.4624 0.239 Valid
(53)
33
KP12 0.3868 0.239 Valid
KP13 0.4953 0.239 Valid
KP14 0.7695 0.239 Valid
KP15 0.6502 0.239 Valid
KP16 0.6830 0.239 Valid
KP17 0.5111 0.239 Valid
KP18 0.5148 0.239 Valid
KP19 0.4356 0.239 Valid
KP20 0.3929 0.239 Valid
KP21 0.3942 0.239 Valid
KP22 0.5569 0.239 Valid
KP23 0.6001 0.239 Valid
KP24 0.6067 0.239 Valid
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa seluruh butir instrumen penelitian variabel kecerdasan emosional adalah valid. Hal ini ditunjukkan dari nilai
corrected item total correlation masing-masing butir soal lebih besar dari rtabel =0,239. Demikian halnya dengan tabel 3.6 yang menunjukkan bahwa
seluruh butir instrumen penelitian variabel kualitas pelayanan adalah valid. Hal ini ditunjukkan dari nilai corrected item total correlation masing-masing butir soal lebih besar dari rtabel =0,239
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Rumus yang akan digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah rumus koefisien Alpha Cronbach. Rumus ini hanya mempergunakan satu instrumen untuk satu kali pengukuran untuk dapat mengukur taraf reliabilitas (ru = α). Suatu
instrumen dengan rumus koefisien Alpha Cronbach diperlukan data hasil pengukuran sebagai berikut (Arikunto, 1996:90):
(54)
34 ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ =
=
∑
22 1 1 t b u σ σ k-k r α Keterangan:
ru = Reliabilitas
k = banyaknya item soal
∑
2 bσ = jumlah varians item 2
t
σ = varians total
Dalam pengujian koefisien reliabilitas ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung > 0,60 (Imam Ghozali, 2006:41) maka suatu butir instrumen
tersebut cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena suatu butir instrumen tersebut sudah baik atau tidak bersifat tendensius (reliabel). Sebaliknya, jika r hitung < 0,60 maka suatu butir instrumen tidak
reliabel.
Hasil penghitungan nilai koefisien Alpha Cronbach (rt) berdasarkan rumus Alpha Cronbach, disimpulkan jika nilai koefisien rhitung lebih besar dari
pada 0,60 maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas variabel kualitas pelayanan, kecerdasan emosional adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Hasil Pengujian RealibilitasVariabel Penelitian
Variabel r hitung (Alpha) Alpha Keterangan
Kecerdasan Emosional 0,8926 0,60 Reliabel
(55)
35
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menyajikan data variabel kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan ditinjau dari usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan dalam bentuk tabel-tabel. Dalam analisis deskriptif ini akan dihitung mean, median, modus, dan standar deviasi.
2. Pengujian Normalitas dan Linieritas a) Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov
(Arikunto, 1996:406), yaitu:
( )
( )
[
1 1]
max Fo x Sn x
D= −
Keterangan:
D = Deviasi max
Fo(x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn(x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai F hitung < F tabel pada taraf signifikan 5%, maka distribusi data
dikatakan normal, sebaliknya jika nilai F hitung < F tabel, maka distribusi
data dikatakan tidak normal. b) Uji Linieritas
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dengan
(56)
36
variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan uji F, dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996:332):
2 2
E TC
S S F =
Keterangan:
F = Harga bilangan F untuk garis regresi 2
TC
S = Varians tuna cocok
2 E
S = Varians kekeliruan
Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien F hitung diperoleh dari SPSS
11.00. Jika nilai F hitung > F tabel, maka hubungan antara variabel bebas
dengan terikat adalah linier dan sebaliknya jika nilai nilai F hitung <
F tabel, maka hubungan antara variabel bebas dengan terikat adalah
tidak linier. 3. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1
1) Rumusan hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari usia.
2) Pengujian hipotesis 1
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut :
(57)
37
Yi = α0 + β1X1 + β2X2 + β3(X1X2) + ui
Keterangan:
Yi = Variabel kualitas pelayanan
α0 = Konstanta
X1 = Variabel kecerdasan emosional
X2 = Variabel usia
X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel usia
β1/β2/β3 = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
ui = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisiensi regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi
(β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05. b. Hipotesis 2
1) Rumusan hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Ha =Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan.
2) Pengujian hipotesis 2
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut :
(58)
38
Keterangan:
Yi = Variabel kualitas pelayanan
α0 = Konstanta
X1 = Variabel kecerdasan emosional
X2 = Variabel tingkat pendidikan
X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel tingkat pendidikan
β1/β2/β3 = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
ui = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisiensi regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi
(β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05. c. Hipotesis 3
1) Rumusan hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.
2) Pengujian hipotesis 3
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut :
Yi = α0 + β1X1 + β2X2 + β3(X1X2) + ui
Keterangan:
(59)
39
α0 = Konstanta
X1 = Variabel kecerdasan emosional
X2 = Variabel jenis pekerjaan
X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan variabel jenis pekerjaan
β1/β2/β3 = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
ui = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisiensi regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α)
yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.
(60)
40 BAB IV
GAMBARAN UMUM RSU PANTI BAKTININGSIH
A. Sejarah
Dalam rentang waktu tahun 1961-1965, Pemerintah Kelurahan
Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, bercita-cita mendirikan sebuah pusat pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah ini yang memadai.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah berwujud poliklinik
dan rumah sakit bersalin. Namun keinginan luhur ini selalu dirintangi oleh
aktivis PKI, yang senantiasa tidak sependapat dalam usaha-usaha
peningkatan kesejahteraan rakyat. Sehingga keinginan luhur ini
mengalami kemacetan/terhenti beberapa waktu yaitu sebagai puncak
kemacetan itu meletus G 30 S/PKI tahun 1965. Tetapi pada tahun 1966,
seiring dengan konsensus nasional, Bangsa Indonesia membasmi PKI.
Antara tahun 1966-1970, Pemerintah Kelurahan Sendangmulyo
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Kelurahan Gotong Royong
(DPRKGR) memutuskan untuk tetap melanjutkan cita-cita yaitu
mendirikan pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang berwujud
Poliklinik dan Rumah Sakit Bersalin. Kemudian untuk pengelolaannya,
karena pemerintah Kelurahan Sendangmulyo dan pihak lain tidak bersedia,
maka pemerintah Kelurahan dan DPRKGR menyerahkan kepercayaan
kepada pihak Proki Klepu. Dalam hal ini Paroki Klepu menerima
(61)
41
Pemerintah Kelurahan Sendangmulyo menyediakan tanah Kas Desa yang
terletak di sebelah utara Pastoran Katolik Klepu seluas 3000 m2.
Penyerahan tanah Kas Desa kepada Yayasan terjadi pada hari Jumat,
tanggal 5 Mei 1967, Nomor : 2/P/V/’67, dari Bapak Martawidjana selaku
Lurah Pemerintah Kelurahan Sendangmulyo, Bapak H.J. Hardjawardaja
selaku ketua DPRKGR Kelurahan Sendangmulyo, yang diketahui oleh
Bapak R. Prodjosastramihardja selaku Camat Minggir.
Tanah Kas Desa persil no.226, K1.II itu kemudian ditukar dengan
sebidang tanah lain milik Paroki Klepu. Pengesahan penggunaan tanah kas
desa untuk YKKR dari Dinas Agraria DIY nomor : 27/PD/Agr./1969,
tertanggal 15 Desember 1969. Untuk memperkuat penggunaan status
tanah, selanjutnya Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, lewat Surat Keputusan (SK) No. 1/1970, tertanggal
2 Januari 1970, mengukuhkan tanah Kas Desa yang sudah ditukar tersebut
untuk tempat membangun sebuah Poliklinik dan Rumah bersalin.
Untuk mengelola Poliklinik dan Rumah Bersalin, Paroki Klepu
berupaya mendirikan Yayasan. Pada tanggal 16 Juli 1969, di hadapan
Notaris R.M Soerjanto Partaningrat., SH secara resmi berdirilah sebuah
Yayasan. Nama Yayasan dipilihnya : ‘’YAYASAN KESEJAHTERAAN
KESEHATAN RAKYAT (YKKR) SANTO FRANSISKUS’’. Yayasan
berkedudukan di Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Yogyakarta.
Setelah pembangunan gedung poliklinik dan rumah bersalin
(62)
42
Aloysia, F.Ch, Sr. M. Bernarda, F.Ch sebagai Bidan, pada bulan Februari
1971 sudah datang di Klepu untuk bertugas. Dua petugas paramedis untuk
cikal bakal di Klepu itu, dikirim oleh Pimpinan Kongregasinya yang
Induknya di Palembang Sumatera Selatan. Suster-suster itu diutus ke
Tanah Jawa, khususnya ke Klepu yang jaraknya dari ibukota Propinsi DIY
kurang lebih 19 km ke arah barat. Selain bertugas melayani kesehatan
masyarakat, juga sekaligus mengembangkan Charitas di Klepu.
Pada tahun 1971, bangunan gedung sudah mendekati selesai,
permohonan ijin pelayanan kesehatan mulai diproses. Kemudian pada hari
Selasa 16 Maret 1971 BPH Seksi II dan DPRD Kabupaten Sleman
meninjau Gedung calon Poliklinik dan Rumah Bersalin Klepu. Lalu pada
hari Selasa Wage, 6 April 1971, Yayasan menerima Nota Dinas dari
Bapak Kepala Dinas kesehatan Rakyat (DKR) Sleman yang
ditandatangani oleh Bapak dr. Sugiyatmo, yang isinya bahwa ‘’Ijin buka
Poliklinik dapat dikabulkan”. Selanjutnya pada hari Senin Kliwon, 12
April 1971 Panitia Peresmian pembukaan poliklinik terbentuk. Panitia
meliputi unsur pengurus Yayasan dan Pengurus Harian Paroki (PHP)
Klepu. Panitia memutuskan Nama Poliklinik dan Rumah Sakit Bersalin
adalah Panti Baktiningsih. Namun, dengan terbitnya Surat keputusan (SK)
Menteri kesehatan RI No.: 920/MEN.KES/PER/XII/86, tertanggal 17
Desember 1986, tentang upaya pelayanan kesehatan Swasta di Bidang
Medik, kemudian dilengkapi dengan SK Dirjen Pelayanan Medik No. :
(63)
43
pelaksanaan peraturan Menteri Kesehatan RI No. :
920/MEN.KES/PER/XII/1986; seperti status BP-BKIA-RB Panti
Baktiningsih Klepu, mau tidak mau harus mengikuti dan mentaati SK
Menteri Kesehatan. Dengan demikian status BP-BKIA-RB berubah status
menjadi Rumah Sakit Klas Pratama sampai sekarang.
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RSU Panti Baktiningsih Klepu
1. Visi
Atas dasar cinta kasih memberikan pelayanan kesehatan yang
manusiawi, profesional, berkinerja tinggi, bermutu, sesuai dengan
harkat dan martabat manusia.
2. Misi
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, demi
memuliakan nama Tuhan, dalam kegembiraan, kesederhanaan, dan
terutama cinta kasih.
b. Mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia.
c. Memberikan dan meningkatkan pelayanan yang optimal.
3. Tujuan
Tujuan dari RSU Panti Baktiningsih adalah Mewujudkan cinta kasih
melalui pelayanan terhadap sesama tanpa membedakan suku, bangsa,
agama, golongan, dan budaya bertdasarkan semboyan ‘Layanilah
Sesamamu dengan Sabar dan Penuh Kasih’.
(64)
44
• Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
• Menciptakan iklim kerja yang mendukung pengembangan kinerja dan kesejahteraan karyawan.
4. Moto
Deritamu Deritaku, Kesembuhanmu Kebahagiaanku.
C. Struktur Organisasi
Dalam perkembangannya, RSU Panti Baktiningsih selalu membenahi
struktur organisasinya sehingga diperoleh struktur organisasi yang efektif
dan efisien. Bagan struktur organisasi RSU Panti Baktiningsih dapat
dilihat pada lampiran 7 (hal.133).
D. Personalia
RSU Panti Baktiningsih memiliki karyawan sebanyak 89 orang dengan 44
karyawan tetap dan 45 sisanya terbagi sebagai karyawan kontrak, dan
paruh waktu. Tabel distribusi sumber daya manusia RS Panti Baktiningsih
berdasarkan profesi/jenis pekerjaannya dapat dilihat pada lampiran 7 (hal.
(65)
45
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2007 sampai dengan bulan Juli 2007. Subyek penelitian adalah karyawan Rumah Sakit Umum Panti Baktiningsih Klepu Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian adalah 89 orang (responden). Dari jumlah tersebut hanya sejumlah 65 karyawan yang bersedia diteliti. Masing-masing responden mengisi kuesioner penelitian yang mencakup variabel kualitas pelayanan, kecerdasan emosional, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 65 kuesioner yang disampaikan kepada responden jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 56 (86,15%). Dari jumlah yang kembali sebanyak 50 kuesioner (89,3%) diisi secara lengkap sehingga dapat menjadi sumber data penelitian sedangkan 6 kuesioner (10,7%) tidak diisi dengan lengkap sehingga tidak dapat dijadikan sumber data penelitian ini. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian ini :
1. Kecerdasan Emosional
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai mean=75,10; median=73; modus=71; dan standar deviasi=7,437. Deskripsi data tentang kecerdasan emosional secara lebih rinci disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 5, hal. 125):
(66)
46
Tabel 5.1
Deskripsi Kecerdasan Emosional
Skor Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Kategori KE
82-96 12 24 Sangat Tinggi
72-81 23 46 Tinggi
64-71 13 26 Sedang
57-63 1 2 Rendah
24-56 1 2 Sangat Rendah
N 50 100
Table 5.1 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional RSU Panti Baktiningsih Klepu sebanyak 12 orang (24%) dikategorikan sangat tinggi, 23 orang (46%) dikategorikan tinggi, 13 orang (26%) dikategorikan sedang, 1 orang (2%) dikategorikan rendah, dan 1 orang (2%) dikategorikan sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean=75,10; median=73; dan modus=71 yang berada pada interval kategori kecerdasan emosional tinggi.
2. Kualitas Pelayanan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai mean=73,20; median=73,50; modus=68; dan standar deviasi=7,778. Deskripsi data tentang kualitas pelayanan secara lebih terinci disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 5, hal 125) :
(67)
47
Tabel 5.2
Deskripsi Kualitas Pelayanan
Skor Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Kategori KP
82-96 7 14 Sangat Baik
72-81 19 38 Baik
64-71 19 38 Cukup
57-63 4 8 Buruk
24-56 1 2 Sangat Buruk
N 50 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan karyawan RS Panti Baktiningsih Klepu sebanyak 7 orang (14%) dikategorikan sangat baik, 19 orang (38%) dikategorikan baik, 19 orang (38%) dikategorikan sedang, 4 orang (8%) dikategorikan buruk, dan 1 orang (2%) sangat buruk. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan RSU Panti Baktiningsih memiliki kualitas pelayanan yang baik/cukup. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean=73,20; median=73,50; dan modus=68 yang berada pada interval kategori kualitas pelayanan baik.
3. Usia
Deskripsi data tentang usia karyawan rumah sakit disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 5, hal 124):
Tabel 5.3 Deskripsi Usia
Usia Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Usia Remaja (13-18 th) 0 0
Dewasa Dini (19-39 th) 43 86 Dewasa Madya (40-60 th) 7 14 Usia Lanjut (60<) 0 0
(68)
48
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 50 karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu tidak ada karyawan berusia remaja atau 0 orang (0%), 43 orang (86%) tergolong dalam usia dewasa dini, 7 orang (14%) tergolong dalam usia dewasa madya, dan tidak ada karyawan yang berusia lanjut (0%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu tergolong dalam usia dewasa dini.
4. Tingkat Pendidikan
Deskripsi data tentang tingkat pendidikan karyawan rumah sakit disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 5, hal 124):
Tabel 5.4
Deskripsi Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%) Pendidikan Dasar (SD-SMP) 8 16
Pendidikan Menengah (SLTA) 17 34 Pendidikan Tinggi (D1-S2) 25 50
50 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 50 karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu sebanyak 8 orang (16%) berpendidikan dasar, 17 orang (34%) berpendidikan menengah, dan 25 orang (50%) berpendidikan tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu berpendidikan tinggi.
(69)
49
5. Jenis Pekerjaan
Deskripsi data tentang jenis pekerjaan karyawan rumah sakit disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 5, hal 124):
Tabel 5.5
Deskripsi Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
Non Medis 15 30
Paramedis Non Perawat 15 30 Paramedis Perawat 14 28
Medis 6 12
50 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 50 karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu sebanyak 15 orang (30%) tergolong tenaga non medis, 15 orang (30%) tergolong tenaga paramedis non perawat, 14 orang (28%) tergolong tenaga paramedis perawat, dan 6 orang (12%) tergolong tenaga medis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu tergolong dalam tenaga non medis dan paramedis non perawat.
B. Analisa Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a) Pengujian Normalitas
(70)
50
Tabel 5.6
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Usia
Kecerdasan Emosional 19-40 tahun 41-60 tahun
N 43 7
Normal Parametersa,b Mean 74,79 77,00 Std. Deviation 7,689 5,745
Most Extreme Differences Absolute ,148 ,237 Positive ,127 ,237 Negative -,148 -,141 Kolmogorov-Smirnov Z ,972 ,626 Asymp. Sig. (2-tailed) ,301 ,828
a. Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (ρ) pada usia dewasa dini (19-40) sebesar 0,301 dan nilai asymptotic significance (ρ) pada usia dewasa madya (41-60) sebesar 0,828. Nilai asymp.sig tersebut lebih besar dari nilai α=5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel kecerdasan emosional ditinjau dari usia karyawan rumah sakit adalah normal (lampiran 4, hal 107-108).
2) Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Tabel 5.7
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Kecerdasan Emosional
SD SLTP SLTA D1-D3 S1 S2 N 4 4 17 10 10 5 Normal Parametersa,b Mean 78,50 73,50 78,06 71,90 74,80 70,60 Std. Deviation 8,737 8,347 7,146 9,539 4,131 4,278 Most Extreme Differences Absolute ,227 ,321 ,268 ,321 ,177 ,428
(71)
51
Positive ,156 ,321 ,166 ,122 ,177 ,287 Negative -,227 -,179 -,268 -,321 -,096 -,428 Kolmogorov-Smirnov Z ,454 ,643 1,104 1,015 ,559 ,958
Asymp. Sig. (2-tailed) ,986 ,803 ,175 ,254 ,913 ,318
a. Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat SD sebesar 0,986 ; nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat SLTP sebesar 0,803; nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat SLTA sebesar 0,175 ; nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat D1-D3 sebesar 0,254 ; nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat S1 sebesar 0, 913 ; dan nilai asymptotic significance (ρ) pada tingkat S2 sebesar 0,318. Nilai asymp.sig tersebut lebih besar dari nilai α =5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel kecerdasan emosional ditinjau dari tingkat pendidikan karyawan rumah sakit adalah normal (lampiran 4, hal 109-114).
3) Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Tabel 5.8
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Pekerjaan
Kecerdasan Emosional Non
Medis
Prmds Non Perawat
Prmds Prewt
Medis
N 15 15 14 6
Normal Parametersa,b Mean 78,33 73,87 73,79 73,17 Std. Deviation 7,518 9,687 5,323 1,472
Most Extreme Differences Absolute ,241 ,184 ,131 ,378 Positive ,200 ,125 ,131 ,378 Negative -,241 -,184 -,113 -,214
(1)
Mengesahkan, Klepu, 01 Nopember 2003
Ketua Yayasan Direktur,
Drs. A. Salim Ir. Yosafat Suryono, MM
YAYASAN DIREKTUR KOMITE MEDIK BIDANG PELAYANAN MEDIK DAN PERAWATAN SUB. BIDANG PELAYANAN MEDIK INSTALASI LABORATORIUM INSTALASI RADIOLOGI INSTALASI FARMASI INSTALASI GIZI INSTALASI REHABILITASI MEDIS MEDICAL RECORD SUB. BIDANG PEL. PERAWATAN INSTALASI RAWAT JALAN INSTALASI RAWAT INAP INSTALASI GAWAT DARURAT INSTALASI OK INSTALSI KB/KIA PEL. KESEHATAN LUAR RS BAGIAN KESEKRETARIATAN, SDM, INFORMASI TATA USAHA SDM
INFORMASI - HUMAS
BAGIAN KEUANGAN DAN LOGISTIK SUB. BAGIAN KEUANGAN SUB. BAGIAN LOGISTIK BENDAHARA AKUNTANSI DAPUR UMUM PENG. PSRS KENDARAAN, TELP & PERLISTRIKAN RUMAH TANGGA &
KEAMANAN
PASTORAL CARE
(2)
135
135
Lampiran 8
(3)
Nomor : .../Pnlt/Kajur/.../.../... Lampiran : ...
Hal : Permohonan Ijin Penelitian
Kepada Yth:
Direktur Pimpinan RSU Panti Baktiningsih Di tempat
Dengan Hormat,
Dengan ini kami memohonkan ijin kepada mahasiswa kami, Nama : Mulyamita Tutiartha Runtut Rahayu
No. Mhs : 021334036
Program Studi : Pendidikan Akuntansi
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Semester : X (sepuluh)
Untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan Skripsi, dengan ketentuan sebagai berikut:
Lokasi : RSU Panti Baktiningsih Klepu - Yogyakarta Waktu : Juni-Juli 2007
Topik/Judul : Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kualitas Pelayanan Ditinjau Dari Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan
Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Juni 2007 Dekan,
u.b. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(Drs. Sutarjo Adisusilo JR) NIP/NPP : 130935784
Tembusan Yth: 1. ... 2. Dekan FKIP
Mrican, Tromol Pos 29.Yogyakarta 55002. Telp (0274) 513301. 515352. Fax. (0274)562383
(4)
137
137
Lampiran 9
(5)
138
Distribusi Personalia RSU Panti Baktiningsih
Jumlah seluruh karyawan RSU Panti Baktiningsih Klepu adalah 89 orang. Dari 89 orang karyawan tersebut terdiri dari karyawan tetap, karyawan kontrak, karyawan paruh waktu, karyawan penuh waktu, dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang sudah diangkat oleh pihak rumah sakit untuk menjadi pegawai tetap sampai masa pensiun dan mempunyai ikatan dinas. Karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja dengan batas waktu tertentu sesuai masa kontraknya. Karyawan paruh waktu adalah karyawan yang tidak mempunyai ikatan terhadap pihak rumah sakit. Karyawan penuh waktu adalah karyawan yang bekerja pada rumah sakit dan mempunyai ikatan, penuh waktu, setelah selesai boleh pulang, sampai masa pensiun. Contohnya dokter. Pendistribusiannya adalah sebagai berikut :
• Dokter : 17 orang, terdiri dari 2 dokter tetap, 3 dokter tidak tetap, 12 penuh waktu.
• Perawat : 17 dan Bidan, terdiri dari 11 karyawan tetap, 6 karyawan kontrak.
• Ass. Perawat : 8 orang karyawan tetap semua.
• Radiologi : 2 orang, 1 karyawan kontrak, 1 paruh waktu.
• Laborat : 3 orang, 2 karyawan tetap, 1 karyawan kontrak.
• Farmasi : 4 orang, karyawan tetap semua.
(6)
139
139
• Fisioterapi : 1 orang, karyawan kontrak.
• Keuangan : 4 orang, 3 karyawan tetap, 1 karyawan kontrak.
• SDM : 3 orang, 1 karyawan tetap, 1 paruh waktu, 1 kontrak.
• Sarana dan prasarana : 4 orang, 3 karyawan tetap, 1 karyawan kontrak.
• Dapur/gizi : 7 orang, 2 karyawan tetap,1 paruh waktu, 3 kontrak, 1 penuh waktu.
• Cucian : 5 orang, 1 karyawan tetap, 3 paruh waktu, 1 kontrak.
• Cleaning Service : 7 orang, 2 karyawan tetap, 3 paruh waktu, 2 kontrak.