PRODUKSI PATI SAGU TERMODIFIKASI HMT

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PRODUKSI PATI SAGU TERMODIFIKASI HMT

Pati sagu alami dimodifikasi menjadi pati sagu HMT. Untuk mengubah pati sagu alami tersebut menjadi pati sagu HMT, dilakukan beberapa perlakuan terhadap pati sagu. Dari penelitian sebelumnya, ditketahui bahwa perubahan karakteristik pati sagu karena modifikasi HMT dipengaruhi oleh pH, lama pemanasan, dan kadar air Herawati, 2009. Pati sagu alami dapat diubah menjadi pati sagu HMT tipe C dengan kondisi perlakuan pH netral, lama pemanasan empat jam, suhu 110 C, dan kadar air 28. Pati sagu HMT yang telah diperoleh, diuji karakteristiknya dengan menggunakan brabender amilograph dengan profil gelatinisasi pati seperti yang terdapat pada Gambar 7. Gambar 7 . Kurva profil gelatinisasi pati sagu alami dan HMT Dari Gambar 7, terlihat perbedaan profil gelatinisasi pati sagu alami dan pati sagu termodifikasi HMT. Pati sagu termodifikasi memiliki kemampuan pengembangan terbatas yang ditunjukkan dengan tidak adanya viskositas puncak dan viskositas cenderung tidak mengalami penurunan, namun stabil selama pemanasan. Dari profil tersebut, disimpulkan bahwa pati sagu yang diperoleh setelah HMT adalah pati sagu tipe C. Secara umum pati sagu memiliki kemampuan pengembangan yang besar viskositas minimalnya 600 BU dan viskositas breakdown yang 20 40 60 80 100 100 200 300 400 500 600 700 20 40 60 80 100 120 140 SUHU C VI SKOSIT AS BU WAKTU MENIT PATI SAGU ALAMI PATI SAGU HMT PROFIL UMUM SUHU GELATINISASI 38 besar, sehingga pati sagu digolongkan sebagai pati dengan profil gelatinisasi tipe A. Pati sagu HMT tipe C memiliki perbedaan dengan pati sagu alaminya tipe A. Pati sagu yang telah mengalami modifikasi dengan HMT tipe C tidak memiliki titik puncak viskositas, sedangkan umumnya pati sagu alami akan mengalami penurunan viskositas setelah mengalami viskositas puncak. Perubahan yang terjadi selama proses modifikasi HMT dikarenakan energi yang diterima oleh pati selama pemanasan berlangsung dapat melemahkan ikatan hidrogen inter dan intra molekul amilosa dan amilopektin dalam granula pati. Studi Pukkahuta dan Varavinit 2007 menunjukkan bahwa imbibisi air selama modifikasi HMT berlangsung menyebabkan adanya pengaturan kembali molekul amilosa dan amilopektin dalam granula pati. Hal ini menyebabkan perubahan pada profil gelatinisasi pati sagu. Akibat perubahan yang terjadi, pati sagu HMT menjadi pati yang bersifat tahan pemanasan, sehingga dapat memperbaiki mutu tekstur bakso daging sapi. Selain itu, pati sagu HMT juga memiliki gel strength yang tinggi sebesar 50.8gf, dibandingkan dengan pati sagu alami sebesar 8.8gf Herawati, 2009. Gel strength yang tinggi akan membantu pembentukan tekstur bakso daging sapi, terutama pada pengikatan adonan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas tekstur bakso daging sapi.

B. PENENTUAN FORMULA TERBAIK BAKSO DAGING SAPI