Teknologi Budidaya Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng

c. Teknologi Budidaya

Dari hasil wawancara kepada 48 petani tambak semua responden mengatakan sistem tambak yang digunakan adalah sistem tambak tradisional. Namun berdasarkan literatur dengan tetap memperhatikan kondisi daerah penelitian, sistem budidaya yang digunakan di Desa Ambulu adalah perpaduan antara sistem budidaya tradisional atau ekstensif dengan sistem budidaya semi- insentif. Dari sisi padat penebaran tambak di Desa Ambulu memiliki rata-rata padat penebaran sekitar 4.400 nenerhektar yang dikategorikan budidaya tradisional, namun disisi lain budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu telah menggunakan pakan tambahan berupa dedak atau pelet, hal ini merupakan ciri-ciri sistem budidaya semi-intensif. Dilihat dari dasar pengklasifikasian jenis sistem budidaya yaitu berdasarkan padat penebaran benih ikan bandeng. Padat penebaran benih yang akan menjadi acuan selanjutnya dari penggunaan pupuk dan pakan tambahan. Berdasarkan jumlah benih yang ditebar maka sistem budidaya ikan bandeng yang digunakan di Desa Ambulu adalah sistem budidaya tambak tradisional. Penggunaan pupuk dan pakan tambahan pada beberapa tambak adalah salah satu usaha petani agar mendapatkan hasil panen yang maksimal.

d. Proses Budidaya

Tambak akan berfungsi optimal jika syarat lingkungan biologi telah terpenuhi. Salah satu cara agar tambak dapat memenuhi syarat lingkungan biologi adalah dengan melakukan pengelolaan tambak. Pengelolaan tambak meliputi pengolahan lahan dan pemberian unsur tambahan serta pengaturan pengairan. Pengolahan tanah dilakukan setelah proses panen selesai. Pengolahan tanah bertujuan untuk menghilangkan lumpur-lumpur, menghilangkan bahan organik yang merugikan serta menutup lubang-lubang yang bisa menjadi jalan masuk hewan pengganggu, untuk itu yang dilakukan adalah pengeringan tambak dan pembalikan lahan. Perbaikan pH dilakukan dengan dua cara yakni melalui pengeringan dan pemberian kapur. Pemupukan dilakukan setelah proses pengeringan selesai dilakukan. Tujuan pemupukan adalah menumbuhkan makanan alami ikan bandeng yakni klekap serta untuk menjaga kecerahan air tambak. Untuk menumbuhkan klekap maka yang dibutuhkan adalah pupuk kandang dengan dosis 350 kghektar. Selain penggunaan makanan alami ikan bandeng, untuk mempercepat pertumbuhan, perlu diberikan pakan buatan pabrik dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein minimal 25- 28 , Tim Karya Tani Mandiri 2010. Hewan penggangu atau hama tambak terdiri dari hewan pemangsa yaitu ikan liar, kadal dan kepiting, hama pesaing yaitu ikan liar dan siput. Setelah pengolahan tanah selesai, selanjutnya dilakukan proses pemupukan pada lahan tambak. Benih ikan bandeng dikenal dengan nama nener. Banyaknya penebaran benih ikan bandeng sangat disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh petani tambak yang ingin diinvestasikan dalam kegiatan budidaya ini. Penebaran benih bandeng dilakukan setelah proses pengolahan tanah selesai dilakukan. Padat benih penebaran ikan bandeng yang optimal ditentukan oleh luas lahan tambak serta ukuran benih ikan bandeng yang digunakan. Penggunaan benih ikan bandeng berukuran 1-3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2-3 ekorm 2 . Proses pemanenan untuk ikan bandeng dilakukan dua kali dalam satu tahun, dengan rata-rata hasil panen 366 kg per unit tambak. Hasil panen dengan kualitas baik akan didapat, jika proses pemanenan dilakukan saat pagi hari dan ikan bandeng masih dalam keadaan lapar. Ikan bandeng yang dipanen dalam keadaan setelah diberi makan, akan membuat hasil panen lebih cepat busuk. Proses pemanenan untuk usaha budidaya ikan bandeng membutuhkan tenaga bantuan yang cukup banyak, yaitu 5-10 orang disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan dipanen. Tenaga kerja untuk membantu proses pemanenan, 3 orang berasal dari tempat penyewaan alat panen dan sisanya disediakan sendiri oleh petani tambak dengan upah setengah hari kerja atau sekitar Rp 31.000,00 per orang. Simpul pertama hasil panen atau pemasaran usaha budidaya ikan bandeng dilakukan di tepi tambak, karena pada umumnya petani tambak menjual hasil produksi mereka kepada tengkulak yang datang langsung ke tambak, namun demikian ada juga petani tambak yang langsung menjual hasil produksi mereka ke pasar atau ke pos-pos tengkulak. Biaya pengangkutan mulai dari tepi tambak sampai ke tempat tengkulak semua ditanggung oleh pihak tengkulak.

6.1.2 Karakteristik Unit Usaha Terkait

Kegiatan budidaya ikan bandeng membutuhkan peran serta masyarakat untuk beberapa proses pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini memiliki pengaruh yang penting bagi perekonomian masyarakat setempat. Hal ini dapat mendorong masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan budidaya dan mengharapkan manfaat dari adanya usaha budidaya ikan bandeng. Unit usaha terkait yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak empat belas unit usaha. Unit usaha yang dijadikan responden adalah unit usaha yang menjalankan usahanya di Desa Ambulu dengan pemilik usaha adalah penduduk asli Desa Ambulu. Status usaha dari responden unit usaha adalah 64 pelaku usaha menjadikan usahanya sebagai mata pencaharian sampingan dan 36 pelaku usaha menjadikan usahanya sebagai mata pencaharian utama. Pelaku usaha yang menjadikan usahanya sebagai usaha sampingan mayoritas pekerjaan utamanya adalah sebagai petani tambak. Sebagian besar pemilik unit usaha, menjalankan usahanya pada masa usia produktif mereka, 43 pemilik unit usaha berusia antara 36-40 tahun, 22 pemilik unit usaha berusia 46-50 tahun, dan 14 pemilik unit usaha berusia 31- 35 tahun. Pemilik unit usaha dengan selang usia 41-45 tahun sebanyak 14 dan pemilik unit usaha berusia diatas 50 tahun sebanyak 7. Sebaran tingkat usia pemilik unit usaha disajikan pada Gambar 7. Sumber : Data Primer, Diolah 2011 Gambar 7. Tingkat Usia Pemilik Unit Usaha Terkait Jenis usaha yang terdapat di Desa Ambulu diantaranya, sebanyak 43 persen responden memiliki usaha pendederan atau penjualan benih ikan bandeng dalam ukuran osla. Sebanyak 22 persen responden memiliki usaha sebagai penyalur hasil panen dari petani tambak atau biasa disebut bakul, 14 persen membuka usaha penyewaan alat panen atau arad, 14 persen memiliki usaha penjualan pakan dan obat ikan bandeng, dan 7 persen memiliki usaha pembuatan bubu. Sebaran jenis unit usaha yang dijalankan masyarakat Desa Ambulu disajikan dalam Gambar 8. Sumber : Data Primer, Diolah 2011 Gambar 8. Sebaran Jenis Unit Usaha yang Dijalankan Modal awal yang diperlukan masing-masing usaha sangat berbeda. Usaha penjualan benih bandeng membutuhkan modal antara Rp 4.950.000 sampai Rp 9.000.000 tergantung pada jumlah benih ikan bandeng yang ingin di usahakan. Usaha penyalur hasil panen atau bakul membutuhkan modal lebih besar lagi yaitu pada kisaran Rp 40.000.000 hingga mencapai Rp 70.000.000. Usaha penyedia pakan dan obat-obatan untuk ikan bandeng membutuhkan modal sekitar Rp 50.000.000. Penerimaan yang berhasil diperoleh dari hasil usaha yang telah dijalani pemilik unit usaha berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp 5.500.000 perbulan dengan total biaya yang mereka keluarkan untuk usaha berkisar Rp 155.550 hingga Rp 13.035.000. Dari penerimaan dan total biaya tersebut, maka dapat diestimasi besarnya pendapatan bersih yang diterima unit usaha selama satu bulan adalah sebagai berikut : Tabel 9. Pendapatan Bersih Unit Usaha Terkait di Kawasan Budidaya Ikan Bandeng per Bulan Jenis Usaha Total Penerimaan per Bulan Rp Total Biaya Usaha Rp Total pendapatan per Bulan Penerimaan – Biaya Usaha Rp Penjual benih bandeng pendederan 5.200.000 3.191.883 2.008.116 Penjual pakan, pupuk dan obat bandeng 5.500.000 2.912.500 2.587.500 Pembuat bubu 1.000.000 340.000 660.000 Penyewaan Alat Panen 400.000 155.550 244.450 Bakul tengkulak 14.000.000 13.035.000 965.000 Sumber : Data Primer, Diolah 2011 Berdasarkan Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata pendapatan bersih yang diterima unit usaha di kawasan budidaya ikan bandeng, untuk usaha pendederan atau penjual benih bandeng Rp 2.008.116, untuk penjual pakan dan obat bandeng Rp 2.587.500, untuk unit pembuat bubu Rp 660.000, untuk usaha penyewaan alat panen Rp 244.450, dan untuk unit bakul atau tengkulak Rp 965.000. Penjabaran dari Tabel 8 di atas menunjukan keberadaan unit usaha di kawasan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu telah mampu memberikan dampak bagi para pemilik usaha tersebut berupa pendapatan. Hari kerja dari seluruh responden dalam penelitian ini adalah setiap hari, dengan jam kerja hampir sama yaitu antara lima sampai enam jam setiap harinya, kecuali jika saat musim panen tiba. Hampir sebagian besar lokasi usaha yang dijalankan dilaksanakan dirumah mereka sendiri.

6.1.3 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal

Keberlangsungan usaha budidaya ikan bandeng tidak terlepas dari peran serta masyarakat lokal dalam setiap proses pelaksanaanya, mulai dari tahap rehab pematang pasca panen hingga distribusi hasil panen. Hal ini dikarenakan usaha budidaya ikan bandeng membutuhkan keterlibatan masyarakat desa sebagai tenaga kerja lokal. Selain itu hal ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat desa dalam sektor ekonomi. Tenaga kerja yang terlibat di sektor usaha budidaya ikan bandeng, seluruhnya merupakan penduduk asli setempat. Sebanyak 45 responden menyatakan telah bekerja di sektor usaha budidaya ikan bandeng antara 6-10 tahun, 22 responden telah menjalani pekerjaan di sektor usaha budidaya ikan bandeng selama 11-15 tahun, 22 responden lagi telah menjalani pekerjaannya di sektor usaha budidaya ikan bandeng ini selama 2-5 tahun, dan 11 responden telah menjalani pekerjaannya selama lebih dari 15 tahun. Sebaran lama bekerja dari tenaga kerja lokal disajikan dalam Gambar 9. Sumber : Data Primer, Diolah 2011 Gambar 9. Sebaran Lama bekerja Tenaga Kerja Lokal Seluruh tenaga kerja lokal yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka merasakan adanya manfaat dengan adanya usaha budidaya ikan bandeng berupa peningkatan pendapatan. Meskipun sebagian besar pekerjaan mereka ini bukanlah mata pencaharian utama, namun pekerjaan di sektor budidaya ikan bandeng sudah menjadi keseharian mereka, dan usaha budidaya ikan bandeng ini tidak bisa dipisahkan dari peran serta tenaga kerja lokal. Tenaga kerja lokal di sektor usaha budidaya ikan bandeng ini diantaranya terdiri dari pekerja rehab pematang atau pembodem, pengangkut hasil panen, dan pengoperasi alat panen arad. Pendapatan perbulan untuk pekerja rehab pematang atau pembodem berkisar antara Rp 125.000 – Rp 350.000, sedangkan untuk pekerja pengangkut hasil panen pendapatan sebesar Rp.400.000 dan Rp 120.000 untuk pekerja pengoperasi alat panen. Seluruh tenaga kerja, memiliki hari kerja dua sampai tiga hari dalam seminggu dengan jumlah jam kerja rata-rata tidak lebih dari enam jam sehari, kecuali pada saat musim panen.

6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng

Model fungsi produksi yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi ikan bandeng adalah model fungsi Cobb- Douglas. Usaha budidaya ikan bandeng ini diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel dengan menggunakan taraf nyata 5 meliputi luas tambak X 1 , benih penebaranX 2 , pupuk X 3 , obat X 4 , dan pakan tambahan X 5 serta diolah dengan menggunakan perangkat lunak Minitab 14. Model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng di Desa Ambulu dapat diduga dengan persamaan berikut : Ln Y = Ln a + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + b 4 D 4 + b 5 D 5 + ε Berdasarkan hasil analisis regresi variabel bebas dan jumlah produksi ikan bandeng, dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : Ln Y = Ln 0,34 - 0,024 LnX 1 + 0,586 Ln X 2 + 0,220 Ln X 3 - 0,064 D 1 + 0,318 D 2 Keterangan: Y = Jumlah produksi ikan bandeng Kg a = Intercept b 1 ..,b 5 = Koefisien regresi X 1 = Luas tambak m 2 X 2 = Benih penebaran ekor X 3 = Penggunaan pupuk Kg D 1 = Dummy pemakaian obat menggunakan = 1; tidak menggunakan = 0 D 2 = Dummy pemakaian pakan tambahan menggunakan = 1; tidak = 0 ε = Galat atau error Berdasarkan hasil uji statistik dapat dinyatakan bahwa model yang dihasilkan telah memenuhi kriteria. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R-Sq adjusted sebesar 72,4 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel- variabel luas tambak, benih penebaran, penggunaan pupuk, obat dan pakan tambahan dapat menjelaskan sebesar 72,4 variasi produksi ikan bandeng dan sisanya sebanyak 27,6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Uji F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui pengaruh seluruh variabel bebas terhadap produksi ikan bandeng. Nilai F hitung sebesar 25,68 dengan P-value 0,000 lebih kecil dari taraf nyata α = 5 menunjukan bahwa variabel-variabel bebas luas tambak, benih penebaran, pupuk, obat, dan pakan tambahan dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ikan bandeng. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng terlihat pada Tabel 10. Secara rinci hasil regresi pengaruh variabel tak bebas terhadap hasil produksi dari aktivitas budidaya ikan bandeng dengan menggunakan Minitab 14 disajikan dalam Lampiran 2. Tabel 10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng Variabel Koefisien regresi Standar d Eror Nilai t hitung Peluang VIF Konstanta Luas tambak Benih penebaran Pupuk Obat Pakan tambahan 0,399 -0,0238 0,5858 0,2204 -0,0641 0,3177 1,218 0,2134 0,1435 0,1005 0,2398 0,1175 0,28 -0,11 4,08 2,19 -0,27 2,70 0,782 0,912 0,000 0,034 0,791 0,010 4,1 4,0 2,4 1,1 1,0 Koefesian determinasi R-Sq 75,4 R-Sqadj 72,4 α0,01 α0,05 Analysis of Variance Source Regression Residual Eror Total Durbin Watson DF 5 42 47 2,38227 SS 19,6323 6,4216 26,0539 MS 3,9265 0,1529 F 25,68 P 0,000 Sumber : Hasil Output Minitab 14 2011 Model fungsi Cobb-Douglas digunakan untuk mencari model produksi terbaik dari usaha budidaya ikan bandeng dan untuk menjelaskan pengaruh faktor produksi terhadap produksi ikan bandeng. Dalam model fungsi produksi Cobb- Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, penjumlahan dari nilai-nilai koefisien dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Dari model produksi usaha budidaya ikan bandeng yang diduga, menunjukan bahwa jumlah-jumlah nilai koefisien regresi adalah 1,036. Jumlah elastisitas produksi lebih besar dari satu menunjukan bahwa skala usaha budidaya ikan bandeng pada skala kenaikan hasil meningkat increasing return to scale. Fungsi produksi usaha budidaya ikan bandeng pada penelitian ini termasuk kedalam daerah produksi satu karena mempunyai elastisitas lebih dari satu sehingga berada di daerah irrasional. Daerah produksi satu mencerminkan hasil panen ikan bandeng belum optimal sehingga keuntungan maksimal belum tercapai. Variabel - variabel yang diduga mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah sebagai berikut : a Luas Tambak Rata-rata luas tambak di Desa Ambulu untuk setiap unitnya adalah satu hektar atau 10.000 m 2 . Dalam penelitian ini luas tambak berpengaruh positif terhadap produksi ikan bandeng. Meskipun memiliki pengaruh positif, namun secara statistik luas tambak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan bandeng pada taraf nyata α = 5 karena memiliki nilai P sebesar 0,912. b Benih Penebaran Benih penebaran merupakan jumlah benih ikan bandeng yang ditebar per hektarnya. Jumlah benih penebaran yang diberikan petani tambak untuk setiap hektarnya tergantung pada modal yang dimiliki petani tersebut. Rata-rata jumlah penebaran untuk satu hektar lahan tambak adalah sekitar 4.400 benihhektar. Dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil regresi, benih berpengaruh nyata terhadap produksi ikan bandeng dengan nilai P sebesar 0,000 artinya benih penebaran s ignifikan pada taraf nyata α = 5. Hal ini dikarenakan produksi ikan bandeng dapat meningkat dengan penggunaan benih yang lebih banyak. Berdasarkan hasil analisis Cobb-Douglas, faktor produksi benih memiliki koefisien sebesar 0,586 artinya setiap peningkatan 1 pada penggunaan benih ikan bandeng atau Osla diduga rata-rata akan meningkatkan produksi ikan bandeng sebesar 0,586 dengan asumsi variabel lain tetap cateris paribus. c Pupuk Penggunaan pupuk memiliki hubungan positif terhadap produksi tambak. Dalam penelitian ini hasil regresi menunjukan penggunaan pupuk berpengaruh n yata pada α=5 karena memiliki P sebesar 0,034. Hal ini disebabkan, penggunaan pupuk akan memacu tumbuhnya pakan alami untuk ikan bandeng alga, sehingga pada lahan tambak yang diberi pupuk dengan porsi yang cukup, akan membuat ikan bandeng tumbuh dengan optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil panen ikan bandeng. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, pupuk memiliki koefisien regresi sebesar 0,220 berarti setiap kenaikan 1 pada penggunaan pupuk untuk tambak, maka diduga rata- rata akan meningkatkan produksi ikan bandeng sebesar 0,220 dengan asumsi variabel lain tetap cateris paribus. . d Obat Obat biasa digunakan para petani tambak untuk membunuh hama atau hewan lain didalam tambak yang dapat menghambat pertumbuhan ikan bandeng mereka. Dalam penelitian ini obat merupakan Dummy 1, hasil regresi menunjukan penggunaan obat tidak berpengaruh nyata pada α = 5 , karena memiliki P sebesar 0,791, artinya secara statistik variabel obat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan bandeng. Hal ini diduga penggunaan obat yang dilakukan untuk membunuh hama penyakit atau hewan-hewan pengganggu yang akan menghambat pertumbuhan ikan bandeng ternyata tidak terlalu berpengaruh. Hama penyakit atau hewan-hewan pengganggu ternyata banyak yang telah mati atau hilang saat proses rehab pematang dan pengeringan lahan tambak dilakukan, oleh karena itu penggunaan obat tidak memiliki pengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan bandeng. e Pakan Pakan tambahan tidak dilakukan oleh semua petani tambak. Pakan tambahan biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki modal cukup banyak, hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan hasil panen dan membuat ikan bandeng yang dihasilkan memiliki ukuran cukup besar. Pakan memiliki hubungan positif terhadap hasil produksi ikan bandeng karena pemberian pakan yang cukup akan membantu pertumbuhan bandeng sehingga hasil produksi ikan bandeng dapat meningkat. Dalam penelitian ini pakan tambahan merupakan Dummy 2, hasil regresi memperlihatkan bahwa pakan tambahan berpengaruh nyata terhadap produksi ikan bandeng dengan nilai P sebesar 0,010 artinya pakan tambahan signifikan pada taraf nyata α = 5. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas faktor produksi pakan memiliki koefisien regresi sebesar 0,318 yang artinya setiap peningkatan 1 penggunaan pakan tambahan maka diduga rata-rata akan meningkatkan produksi ikan bandeng sebesar 0,318 dengan asumsi variabel lain tetap cateris paribus. Uji Kriteria Ekonometrika a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linier antara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai dari VIF. Apabila nilai ini lebih dari 10 berarti pada model terdapat multikolinearitas. Nilai VIF yang terdapat pada Tabel 9 untuk analisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng berkisar antara 1,0 sampai 4,1 yang berarti bahwa pendugaan model yang diperoleh tidak menunjukan terjadinya multikolinearitas.

b. Uji Normalitas