Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Menurut Sardiman A.M. 2008:20 belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya, sedangkan mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk proses belajar. Kegiatan beajar mengajar tidak dapat berjalan tanpa adanya guru dan siswa. Unsur-unsur yang ada dalam kegiatan belajar mengajar selain guru dan siswa juga diperlukan adanya kurikulum dan sarana prasarana yang memadai. Kurikulum dan kegiatan belajar mengajar KBM merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya antara satu dengan lainnya. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar, dengan kata lain semua proses KBM senantiasa berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan atau sekolah dan kebutuhan masyarakat serta faktor-faktor lainnya. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah merupakan konsep dasar yang menginspirasi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan berfikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam proses KBM, sehingga pada pelaksanaannya digunakan pendekatan 5M. Pendekatan 5M ini meliputi mengamati, menanya, mengolah informasi, mencoba, dan mengkomunikasikan. Penggunaan pendekatan 5M ini diharapkan dapat memenuhi tujuan dari kurikulum 2013 yaitu menciptakan pembelajaran yang aktif dan mencakup 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Hasil belajar dari pelaksanaan pembelajaraan dengan pendekatan 5M ini akan menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang kegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung Soetjipto dan Raflis Kosasi,2009. Contoh dari sarana pendidikan adalah meja dan kursi, papan tulis, alat peraga, almari, buku-buku, dan media pendidikan, sedangkan yang termasuk prasarana pendidikan antara lain gedung sekolah dan tata tertib sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Adanya sarana pendidikan tanpa adanya prasarana yang memadai akan menganggu kegiatan belajar mengajar, begitu pula sebaliknya. Sarana dan prasana pendidikan akan mendukung kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimanfaatkan secara optimal akan membuat kegiatan belajar mengajar akan berjalan secara maksimal dan akan berpengaruh pada hasil kegiatan belajar mengajar itu sendiri. SMK Negeri 2 Salatiga adalah salah satu SMK Negeri di kota Salatiga. Sarana dan prasarana penunjang cukup memadai diantaranya ruang kelas dan ruang praktik. Ruang kelas biasanya digunakan untuk mata pelajaran normatif dan beberapa mata pelajaran produktif, sedangkan untuk ruang praktik digunakan untuk mata pelajaran produktif saja. Jurusan Bangunan mempunyai ruang praktik yang memadai, diantaranya ruang praktik batu beton, ruang praktik kayu, ruang praktik gambar manual dan gambar autocad. Penggunaan ruang praktik pada jurusan Bangunan digunakan untuk mata pelajaran produktif yang mempunyai kaitan materi terhadap fungsi ruang praktik itu sendiri, seperti penggunaan ruang praktik gambar bangunan untuk mata pelajaran gambar teknik. Observasi awal yang didapatkam serta pendapat dari beberapa guru dan laboran, penggunaan ruang praktik di SMK N 2 Salatiga masih kurang maksimal dibeberapa mata pelajaran. Salah satunya penggunaan ruang praktik pada saat mata pelajaran Gambar Teknik. Penggunaan ruang praktik secara maksimal dimaksudkan agar siswasiswi SMK N 2 Salatiga dapat memanfaatkan alat-alat gambar yang tersedia untuk mengerjakan tugas-tugas gambar teknik, sehingga guru dapat membimbing langsung siswa dalam proses pengerjaan tugas dan dapat diperoleh hasil yang maksimal, namun dalam pelaksanaannya ruang praktik hanya digunakan dalam penyampaian mater ajar dan pengerjaan tugas dilakukan dirumah, sehingga guru tidak dapat membimbing langsung pada saat proses pengerjaan tugas, dan hasil yang diperoleh tidak bisa maksimal. Masih kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana ruang praktik menjadi kendala dalam proses pembelajaran Gambar Teknik 1, dalam penyampaian materi pembelajaran, diharapkan guru sebagai fasilitator mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di ruang praktik gambar bangunan secara maksimal agar siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan secara maksimal adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning PjBL. Metode pembelajaran PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai hasil belajar. PjBL atau pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar. PjBL merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa student centered dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya. Kelebihan dari metode PjBL adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner, menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek berperan sebagai fasilitator. Fasilitator yang dimaksud dalam metode pembelajaran ini adalah, guru berperan sebagai narasumber atau sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber pembelajaran bahan cetak atau eletronik, memantau atau memonitoring proses berjalannya dan berkembangnya proyek yang diberikan, lalu mengevaluasi hasil proyek tersebut. Modifikasi dengan metode pembelajaran PjBL dengan pendekatan ilmiah ini akan menghasilkan kompetensi peserta didik yang diharapkan pada kurikulum 2013. Kompetensi yang diharapkan pada kurikulum 2013 ini mencakup tiga ranah yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Salah satu materi gambar teknik SMK kelas X semester 2 menurut kurikulum 2013 adalah materi identifikasi proyeksi orthogonal dan persyaratan proyeksi orthogonal 2D berdasarkan aturan proyeksi. Pada materi identifkasi proyeksi orthogonal dan persyaratan proyeksi orthogonal 2D berdasarkan aturan proyeksi, siswa dituntut mampu memahami pengertian dan jenis gambar proyeksi orthogonal, serta mampu menyajikan gambar proyeksi orthogonal sesuai persyaratan gambar proyeksi orthogonal. Melalui metode pembelajaran PjBL dan pendekatan scientific sebagai alat evaluasi, maka pada penelitian ini akan diterapkan suatu metode pembelajaran berbasis proyek melalui pendekatan scientific pada pokok bahasan identifikasi proyeksi orthogonal dan persyaratan proyeksi orthogonal 2D berdasarkan aturan proyeksi. Peserta didik diharapkan akan lebih aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran yang menyenangkan. Metode PjBL telah diteliti oleh beberapa penelti sebelumnya diantaranya “Pembelajaran Sains Berbasis Proyek Project Based Learning sebagai Usaha untuk Meningkatkan Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas VII C SMP Muhammadiyah 3 Depok” oleh Warsito 2008, dalam penelitiannya dikatakan bahwa penggunaan metode PjBL dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sebesar 35,42 dalam kategori rendah menjadi 71,88. Didi Kurniadi 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Menigkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA N 1 Bawang Banjarnegara Kelas XI IPA 1 dengan Pendekatan PjBL Project Based Learning Berbasis Bahan Sekitar mengatakan bahwa ketuntasan hasil belajar ranah kognitif sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif sebanyak 25 dari 30 siswa tuntas KKM, dan ranah psikomotorik sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM. Peneliti mengatakan bahwa menerapkan pendekatan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Marinda Ditya Putriatri 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Project Based Learning pada Pencapaian Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas X SMK Materi Progam Linier” menyimpulkan bahwa model PjBL efektif terhadap pencapaian kemampuan masalah peserta didik kelas X SMK Negeri 9 Semarang. Penelitan-penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran PJBL dapat menigkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Metode pembelajaran PjBL diharapkan dapat memaksimalkan sarana dan prasarana pembelajaran serta dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa mudah menerima dan mengingat materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan minimal. Berlatar belakang dari uraian diatas, dan untuk mengetahui pemanfaatan sarana dan prasarana ruang praktik gambar bangunan, keaktifan siswa, dan peningkatan hasil belajar maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Pemanfaatan Sarana Prasarana Ruang Praktik dengan Metode Pembelajaran Project Based Learning pada Mata Diklat Gambar Teknik 1 terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Gambar Bangunan TGB SMK N 2 Salatiga ”.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 3 SEMARANG

3 22 163

PENGARUH MODUL PEMBELAJARAN GAMBAR 3 DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 MAGELANG

0 13 106

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK N 1 STABAT.

0 2 29

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 18

PERSEPSI SISWA TENTANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN KELAS XI SMK N 1 SEYEGAN.

0 2 160

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA RUANG GAMBAR MANUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 2 PALEMBANG.

2 21 148

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK N 1 SEYEGAN PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR DENGAN AUTOCAD.

1 4 130

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN MODEL TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK N 1 KEDUNGWUNI -

0 0 54

TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK

0 1 13