Batas kontrol yang dibentuk merupakan batas keseragaman data. Sebuah data dikatakan seragam bila berasal dari sebab yang sama yaitu
berada diantara kedua batas kontrol. Jika data berada di luar batas kontrol, maka dapat dikatakan data tidak berasal dari sistem sebab yang berbeda
atau tidak seragam Sutalaksana, 1979.
3.6.2. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh telah cukup mewakili populasi yang diamati. Jumlah data yang
dibutuhkan N’ secara teoritis dapat dihitung dengan rumus Sutalaksana , 1979 sebagai berikut.
N’ =
2 2
2
20 ⎥
⎥ ⎦
⎤ ⎢
⎢ ⎣
⎡ Σ
Σ −
Σ
i i
i
X X
X N
............................................................. 17 Rumus tersebut adalah untuk tingkat keyakinan 95 persen, dimana N
adalah jumlah data dari pengukuran yang dilakukan, Xi adalah nilai dari data dan i adalah pengukuran ke-i yang telah dilakukan. Jika N N’ maka
jumlah data yang diperoleh telah cukup mewakili populasi yang diamati. 3.6.3.
Uji Distribusi Data
Setelah data yang diambil sudah cukup mewakili populasi kemudian dilakukan uji distribusi terhadap kelompok data yang sudah diambil.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jenis distribusi dari kelompok data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan alat analisis yang akan
dipakai. Jika distribusi data yang diperoleh memenuhi asumsi model antrian baku yaitu mengikuti distribusi poisson atau eksponensial maka
digunakan rumus antrian baku dengan bantuan program Waiting Line POM-QM for Windows 3. Namun, jika data tidak berdistribusi poisson
atau eksponensial, maka permasalahan antrian yang terjadi dapat diselesaikan dengan teknik simulasi. Uji distribusi data ini menggunakan
program SPSS Statistical Problem and Service Solution versi 13.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit PMI Bogor
Rumah Sakit PMI Bogor pertama kali didirikan pada tahun 1931 di kota Bogor atas prakarsa kelompok sosial orang-orang Belanda di kota
Bogor. Pada tahun 1938 rumah sakit ini dikelola oleh NERKAI Nederlansch Rode Kruis Afdeling Van Indonesie dan kemudian pada
tahun 1942-1945 dikuasai oleh penguasa Jepang. Ketika Jepang mengalami kekalahan dalam perang, pengelolaan rumah sakit ini kembali ke tangan
NERKAI. Tahun 1948 rumah sakit tersebut dihibahkan kepada Pengurus PMI
Cabang Bogor dan diberi nama Rumah Sakit Kedung Halang. Pada tahun 1951 diserahkan kepada Markas Besar PMI. Pada tahun yang sama, Rumah
Sakit Kedung Halang ditunjuk sebagai Rumah Sakit Umum serta berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia.
Rumah Sakit PMI Bogor dikelola oleh Yayasan Rumah Sakit Umum PMI Bogor yang berinduk pada Markas Besar PMI pada tahun 1964. Tahun
1965 RS PMI Bogor bekerjasama dengan RS Cipto Mangunkusumo dan pada tahun 1966 Yayasan Pembina Rumah Sakit Umum PMI dibubarkan.
Hingga saat ini RS PMI Bogor telah ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B dan menjadi rumah sakit rujukan untuk pelayanan medis di wilayah Bogor
dan sekitarnya. Visi Rumah Sakit PMI Bogor adalah “Menjadi Rumah Sakit yang
Memberikan Pelayanan Medis Bermutu Tinggi” dengan keunggulan dalam bidang diagnostik dan traumatik serta dapat mengantisipasi
perubahan-perubahan global. Misi RS PMI Bogor adalah senantiasa menjunjung tinggi azas perikemanusiaan melalui pelayanan kesehatan
profesional yang selalu mengikuti perkembangan IPTEK dan alih teknologi kedokteran aktual serta menyelenggarakan pendidikan bidang
kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, berperan sebagai pusat rujukan, pusat diagnostik dan pusat rehabilitasi medik yang melayanii
segala lapisan masyarakat, dan juga aktif dalam mengelola Bank Darah serta