4.3 Kebudayaan Banyumas
4.3.1 Karakteristik Kebudayaan Banyumas
Menurut hasil wawancara dengan budayawan Banyumas Darwan Arjasentana pada tanggal 8 bulan Agustus tahun 2014, dijelaskan bahwa
Banyumas selain memiliki keunikan berdasarkan faktor antropologis dan historis juga memiliki keistimewaan lain. Pertama, Banyumas merupakan kota yang
dikelilingi bukit kecuali Cilacap yang memiliki laut. Berdasarkan konsep kebudayaan Jawa, kotayang dikelilingi bukit atau gunung disebut Sangsang
Buwanaatau bermakna sebagai “memayungi alam” dilambangkan sebagai tokoh
perwayangan wisnu, danKawula KatubingKalabermakna sebagai “pengharapan
terhadap hilangnya hal- hal negatif”.
Kedua konsep ini mengandung arti bahwa masyarakat Banyumas sebagai masyarakat yang melindungi alam sekitar serta mengharapkan hilangnya hal-hal
yang negatif.Kedua, orang Banyumas memiliki karakter yang meliputi mencari kejayaan dan keemasan, tidak suka memberontak, tidak sering berkonflik, dan
suka bekerja keras. Disamping karakter yang sudah disebutkan, bahwa orang Banyumas
memiliki karakteristik sebagai masyarakat egaliter, orang-orang bebas, orang- orang vulgar dan budaya afirmatif dan kritis. Meski karakter orang Banyumas
tersebut masih dapat diperdebatkan, akan tetapi unsur yang lebih menonjol dalam pemunculan karakter itu adalah unsur historis yang terwujud melalui perilaku para
pejabat yang ada sebelumnya, pada saat maupun sesudah Banyumas berdiri.
Gambar 4.6 Tokoh Pewayangan Bawor Sumber:http:srenggini.wordpress.com
Karakteristik masyarakat Banyumas digambarkan pada tokoh pewayangan bawor. Tokoh Bawor diidentifikasikan dengan sikap dan tingkah laku masyarakat
Banyumas. Bawor digambarkan sebagai tokoh pewayangan yang memiliki sikap “mbentongor” dan “blakasuta”.Mbentongor merupakan gambaran dari ekspresi
muka yang apa adanya atau tidak ada kebohongan di belakangnya. Sedangkan blakasuta merupakan penggambaran bagi sikap masyarakat yang berperilaku apa
adanya, tampak luar dan dalam, depan dan belakang sama saja. Tokoh Bawor dalam wayang Punakawan hampir sama dengan tokoh Bagong lihat gambar 4.6.
Gambar 4.7 Tokoh Pewayangan Bawor di Museum Wayang Sendangmas Banyumas Sumber: Dokumentasi peneliti tahun 2014
Gambar di atas merupakan tokoh Bawor dalam bentuk kaligrafi dari aksara jawa yang terdapat di Museum Wayang Sendangmas Banyumas.Dalam tokoh
bawor ini memiliki aksara jawa yang berbunyi “worsuh irama ing urip, baya sira bosen m
arsudi becik, balik sira beber bagus, bola bali tibagong” yang dapat diartikan; kacau irama hidup jangan kamu bosan mencari kebaikan, kembali kamu
menebar kebaikan terulang selalu mendapatkan keagunganlihat gambar 4.7. Dari kalimat tersebut mempunyai makna yaitu kehidupan yang beraneka
ragam dan dinamika hidup baiknya diterima, masyarakat harus senang prihatin, mengutamakan tindakan yang baik dan walaupun mengalami kegagalan pada
akhirnya akan menerima kebahagiaan atau keagungan.
Makna dari kalimat tersebut memiliki relasi dengan watak masyarakat Banyumas yaitu membebaskan demokrasi dalam segala hal, baik dalam beragama
maupun dalam berinteraksi dengan masyarakat.Serta dalam bertindak masyarakat Banyumas mengutamakan sopan santun serta hormat saling menghormati dengan
orang yang lebih tua.Pada akhir nya masyarakat mengharapkan sesuatu hasil yang baik dari perilakunya yang memang didasari dari hal yang baik pula.
Tokoh bawor dalam pagelaran wayang sering dipadukan dengan senjata tradisonal kabupaten Banyumas yaitu kudi. Kudi oleh masyarakat Banyumas
digunakan untuk kegiatan sehari-hari contohnya membelah kayu maupun bambu lihat gambar 4.8. Kudi selain digunakan untuk kegiatan sehari-hari, digunakan
juga untuk senjata tradisional masyarakat Banyumas. Kudi merupakan cikal bakal terbentuknya kujang yang berkembang di kebudayaan Sunda. Kudi dianggap
sebadai identitas budaya masyarakat Banyumas. Kudi merupakan senjata tradisional masyarkat Banyumas, tidak ada di daerah lain selain di daerah aslinya.
Kudi artiny a ”lakuning budhi” yaitu perilaku berbudi, sebuah harapan dan
semangat agar dimanapun msayarakat Banyumas berada maka perilakunya harus berbudi luhur. Kudi dalam kepercayaan masyarakat Banyumas mempunyai makna
yang sama dengan tokoh Bawor yaitu memiliki sifat yang menunjukan kesederhanaan dan apa adanya. Terlihat dari perut si kudi yang cembung sama
dengan bentuk tokoh bawor menunjukan sifat jujur terhadap masyarakat. Perwujudan tokoh bawor tertuang di dalam struktur kudi. Terlihat dari
struktur kudi yang terdiri dari mustaka berarti kepala dari tokoh bawor, padharan berarti perut dari tokoh bawor, wangkingan berarti pinggang dari tokoh bawor,
dan suku berarti kaki dari tokoh bawor lihat gambar 4.4. Perwujudan tersebut sama kaitannya dengan watak masyarakat Banyumas yang tertuang di dalam
tokoh bawor. Keunikan dari kudi terletak dari struktur pada bagian cembung, bagian cembung di dalam struktur kudi justru merupakan bagian yang tajam.
Keunikan dari bentuk kudi ini tidak dimiliki oleh daerah lain selain di Kabupaten Banyumas.
Gambar 4.8 Kudi senjata tradisional masyarakat Banyumas dan Strukturnya Sumber : http:goedangdjadoel.com
4.3.2 Sebaran Kebudayaan Kabupaten Banyumas