No Kelas
Persentase Aktivitas Guru Rata-Rata
Pertemuan ke-1  Pertemuan ke-2  Pertemuan ke-3
1 Eksperimen
81,67 80,88
84,72 82.42
2 Kontrol
78,33 83,33
83,33 81,66
Tabel 4.3 Persentase Aktivitas Guru Dilihat  dari  tabel  4.3,  diketahui  bahwa  proses  pembelajaran  pada  kedua
kelas  tidak  timpang.  Gambaran  lengkap  akan  proses  pembelajaran  pada  kedua kelas dapat dilihat  pada  lembar  pengamatan  guru lampiran  25-26.  Selanjutnya
adalah  pembahasan  tentang  hasil  penelitian  yang  digunakan  untuk  menguji hipotesis yang sudah dirancang.
4.2.1  Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kelas Eksperimen
Penelitian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  keefektifan  model  SAVI berbantuan CD pembelajaran pada kemampuan menyelesaikan soal cerita materi
segiempat  kelas  VII.  Dua  buah  hipotesis  telah  ditetapkan  untuk  memberikan asumsi tentang hasil dari penelitian.
Hipotesis  1  menyatakan  bahwa  rata-rata  nilai  siswa  pada  kemampuan menyelesaikan  soal  cerita  setelah mendapat pembelajaran SAVI  berbantuan CD
pembelajaran sama dengan atau lebih dari KKM sebesar 80 dan banyaknya siswa yang  nilainya tuntas KKM melebihi 83.  Berdasarkan  hasil analisis data akhir
pada  uji  ketuntasan  rata-rata  diperoleh  bahwa  rata-rata  kemampuan menyelesaikan  soal  cerita  pada  kelas  eksperimen  telah  mencapai  KKM  yang
ditentukan  sebesar  80.  Pada  uji  ketuntasan  klasikal  yang  telah  dilakukan menunjukkan  bahwa  persentase  banyaknya  siswa  kelas  eksperimen  yang
kemampuan  menyelesaikan  soal  ceritanya  telah  mencapai  KKM  melebihi ketuntasan  klasikal  minimal  sebesar  83.  Dari  hasil  tersebut,  Hipotesis  1  pun
terpenuhi. Pencapaian hasil tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran SAVI.
Model  pembelajaran  SAVI  memaksimalkan  penggunaan  indra  belajar  siswa. Pembelajaran  dengan  model  SAVI  melibatkan  pikiran  dan  tubuh.  Siswa  tidak
hanya  mendengarkan  apa  yang  disampaikan  guru,  akan  tetapi  siswa  juga  aktif untuk  bergerak  dengan  adanya  LKPD  yang  disertai  dengan  model  bangun
segiempat.  Siswa  juga  aktif  untuk  menerapkan  konsep  ke  dunia  nyata  dengan menghitung  luas  dan  keliling  bangun  di  sekitar  mereka  dan  membuat
permasalahan  yang  berkaitan  dengan  apa  yang  pernah  mereka  ketahui.  Dengan demikian siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru tidak
sekedar memberikan materi yang harus dipahami dan dihafalkan oleh siswa, akan tetapi siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dalam pembelajaran. Siswa  yang
tak  hanya  melibatkan  indra  belajarnya  auditori  dan  visual,  namun  melibatkan tubuhnya somatik untuk belajar dapat  memberikan  kesan  yang  lebih  pada  apa
yang dipelajari. Diperkuat dengan unsur intelektual yang dapat dilakukan dengan latihan  memecahkan  masalah  untuk  menambah  kreativitas  dalam  belajar.  CD
pembelajaran  menjadi  media  yang  membantu  memaksimalkan  peranan  indra belajar  pada  siswa.  Selain  itu,  pembelajaran  dengan  bantuan  CD  pembelajaran
dapat membuat siswa lebih fokus pada materi yang disampaikan. Media ini juga dapat  menciptakan  pembelajaran  yang  yang  menyenangkan  dan  tidak  monoton.
Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Pembelajaran yang bermakna dan
ditunjang  dengan  latihan  memecahkan  permasalahan  membuat  siswa  mampu untuk  menyelesaikan  berbagai  permasalahan  termasuk  permasalahan  yang
dikemas dalam bentuk soal cerita.
4.2.2  Membandingkan  Pencapaian  Kelas  Eksperimen  dan  Kelas  Kontrol pada Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pada  hipotesis  2,  peneliti  mengasumsikan  bahwa  model  pembelajaran SAVI berbantuan CD pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih
baik  dibandingkan  dengan  pembelajaran  ekspositori  yang  diterapkan  pada  kelas kontrol  dalam  kemampuan  menyelesaikan  soal  cerita.  Hipotesis  ini  dilihat  dari
dua  hal.  Pertama,  dengan  membandingkan  rata-rata  kemampuan  menyelesaikan soal  cerita  kedua  kelas.  Kedua,  dengan  membandingkan  banyaknya  siswa  yang
tuntas KKM pada kedua kelas. Analisis  data  akhir  yang  digunakan  untuk  menguji  hipotesis  2  adalah  uji
perbedaan  dua  rata-rata  dan  uji  kesamaan  dua  proporsi.  Rata-rata  kemampuan menyelesaikan soal  cerita  pada  kelas eksperimen  adalah  85,96. Sedangkan  pada
kelas kontrol rata-ratanya adalah 80,42. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh  bahwa  rata-rata  kemampuan  menyelesaikan  soal  cerita  pada  kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Selanjutnya dari  hasil tes soal cerita diperoleh bahwa  ketuntasan  klasikal
kelas  eksperimen  adalah  95,83.  Sedangkan  ketuntasan  klasikal  pada  kelas kontrol  adalah  62,5.  Berdasarkan  uji  kesamaan  dua  proporsi  diperoleh bahwa
ketuntasan klasikal dalam menyelesaikan soal cerita pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Dua uji yang dilakukan menunjukkan bahwa pencapaian kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
SAVI berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada pembelajaran ekspositori. Dengan demikian hipotesis 2 pun terpenuhi.
Kelas  ekperimen  yang  memperoleh  pembelajaran  dengan  model  SAVI berbantuan CD pembelajaran memperoleh hasil yang lebih dalam menyelesaikan
soal  cerita  dikarenakan  siswa  pada  kelas  tersebut  lebih  mampu  menyelesaikan permasalahan yang ada. Siswa pada kelas eksperimen lebih mampu menganalisis
soal dalam bentuk soal cerita. Siswa pada kelas kontrol lebih banyak melakukan kesalahan dalam menganalisa permasalahan dari soal cerita.
Faktor-faktor  yang  dapat  menjadi  penyebab  pembelajaran  dengan  model SAVI  berbantuan  CD  pembelajaran  lebih  baik  dari  pembelajaran  ekspositori
adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran  dengan  model  SAVI  membimbing  siswa  untuk  memanfaakan
indra  belajar  semaksimal  mungkin.  Pembelajaran  yang  memaksimalkan seluruh  indra  dan  melibatkan  tubuh  memberikan  hasil  yang  lebih  maksimal
daripada  hanya  mendengar  materi  yang  disampaikan  oleh  guru.  Pada pembelajaran  ekspositori  siswa  lebih  dominan  dalam  mendengarkan  materi
yang disampaikan oleh guru. 2 Pembelajaran  SAVI  memberikan  kesempatan  lebih  pada  siswa  untuk  aktif
berdiskusi dalam kelompok. Di dalam kelompok, siswa dapat bertukar ide dan berdiskusi  untuk  mendapatkan  solusi  dari  permasalahan  yang  diberikan
maupun  mendapatkan  pengetahuan  baru.  Pada  pembelajaran  ekspositori,
kegiatan  pembelajaran  berlangsung  satu  arah.  Guru  mendominasi  kegiatan pembelajaran.
3 Pembelajaran  SAVI  memberikan  kesempatan  pada  siswa  untuk  berkreasi dalam pembelajaran sehingga materi yang diajarkan menjadi lebih bermakna.
Siswa tidak hanya mengkonsumsi materi pelajaran. Dengan hal tersebut, siswa pada kelas eksperimen lebih mampu mengaitkan pengetahuan yang diperoleh
untuk menyelesaikan permasalahan.
4.2.3  Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran