menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran dan perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya
Suriamiharja dkk 1996: 1-2. Menulis naskah drama sebagai keterampilan menulis kreatif mulai
diajarkan di tingkat SMP. Melalui pembelajaran keterampilan tersebut, diharapkan siswa tidak hanya mampu menulis naskah drama, tetapi juga terampil
dalam menulis naskah drama dan menghasilkan karya yang baik. Keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara banyak
berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang
telah dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa.
2.2.2.1 Tujuan Menulis Naskah Drama
Tujuan menulis naskah drama secara khusus menurut Foley dan Bloom 1971:767 yaitu untuk menggali dan menyampaikan gagasan yang ada ke dalam
bentuk drama. Berhubungan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan mengalami perubahan dalam pembelajaran menulis, maka tujuan pembelajaran
menulis agar siswa dapat berpikir, berbuat, dan merasakan tentang dirinya, tentang orang lain, tentang lembaga sosial tempat mereka bermasyrakat, dan
masih ada lagi yang lain. Hipple Hartig dalam Tarigan 1983:24-25 mengungkapkan tujuan
menulis, yaitu untuk 1 penugasan atau bukan karena kemauan sendiri, 2 altruistik yaitu untuk menyenangkan para pembaca, 3 persuasif yaitu
meyakinkan pembaca dan kebenaran gagasan yang diutamakan, 4 informasional yaitu untuk memberi informasi, 5 pernyataan yaitu untuk
memperkenalkan diri sebagai pengarang pada pembaca, 6 pemecahan masalah yaitu mencerminkan atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh
pengarang, dan 7 pencapaian nilai-nilai artistik atau seni. Hal ini diperkuat dengan pendapat Tarigan 1983:3-4 Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan. Disebut sebagai
kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca.
2.2.2.2 Kaidah Menulis Naskah Drama
Menulis naskah drama pada dasarnya, seperti menulis karya sastra yang lain, namun ada kaidah atau pedoman khusus yang harus digunakan dalam
penulisan naskah drama, yaitu menulis dialog yang mempunyai rangkaian cerita, memberi nama tokoh dalam setiap dialog, dan menambahkan narasi berupa latar,
suasana, dan lakuan tokoh. Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama
menurut Be Kim No dalam Waluyo 2001:174 antara lain sebagai berikut:
a. Masalah yang jelas
Masalah yang akan ditulis dalam naskah drama harus jelas supaya mudah dipahami oleh pembaca.
b. Tema dan tujuan yang jelas
Tema atau tujuan drama harus jelas karena tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Jika tema jelas dan kuat maka pembaca akan
lebih cepat menangkap dan mudah menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang.
c. Wataknya cukup meyakinkan
Tokoh-tokoh yang disebutkan harus memiliki watak yang meyakinkan dan watak para tokoh juga harus konsisten dari awal sampai akhir. Watak tokoh
protagonis dan antagonis harus memungkinkan keduanya menjalin pertikaian dan pertikaian itu berkemungkinan berkembang menjadi klimaks. Kedua tokoh
ini harus memiliki watak yang kuat dan keduanya memiliki kepentingan yang sama, saling berebut sesuatu, saling bersaing, dan sebagainya.
d. Ada kejutan yang tepat
Dalam menulis drama, penulis harus meletakkan kejutan yang tepat yang sebelumnya tidak bisa ditebak oleh pembaca.
e. Bertolak dari gagasan murni penulis
Gagasan yang ditulis dalam drama harus berasal dari penulis. f.
Mempergunakan bahasa yang baik Bahasa yang digunakan dalam menulis drama harus baik dan menarik supaya
dapat diterima dan dinikmati oleh pembaca. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kaidah yang perlu
diperhatikan dalam menulis naskah drama antara lain adalah sebagai berikut.
a. Pada setiap dialog atau setiap penggantian peran pelaku, ditulis nama
pelakunya. b.
Ucapan-ucapan pelaku merupakan kalimat-kalimat langsung tetapi tidak dibubuhkan tanda petik “.
c. Keterangan penjelas dari pengarang petunjuk teknis pementasan ditulis
dalam tanda kurung. d.
Keterangan penjelas yang lebih bersifat penceritaan, ditulis tanpa nama pemeran.
Hampir sama dengan Be Kim No, Hasanuddin 1996:74 juga mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis naskah
drama, di antaranya sebagai berikut. a.
Prolog keterangan penjelas yang disampaikan sebelum suatu pertunjukan atau pementasan dimulai ditulis tanpa nama pemeran.
b. Setiap dialog dalam pergantian peran, nama pelakunya ditulis dengan jelas.
c. Tanda baca ditulis secara tepat.
d. Huruf kapital ditulis sesuai dengan penggunaannya.
e. Petunjuk pementasan petunjuk teknis ditulis dalam tanda kurung atau dapat
ditulis dengan huruf miring. f.
Memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis.
2.2.3 Hakikat Media