Menurut hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya, variabel terbagi atas beberapa yaitu:
1. Variabel Dependen
Variabel  dependen  dalam bahasa  Indonesia  sering  disebut  sebagai  peubah  tak bebas,  variabel  output,  kriteria,  atau  konsekuen.  Variabel  ini  juga  sering
disebut  sebagai  variabel  terikat.  Variabel  terikat  atau  peubah  tak  bebas  ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel sebab atau peubah bebas. 2.
Variabel Independen Variabel  independen  atau  variabel  bebas,  atau  peubah  bebas  sering  juga
disebut dengan variabel stimulus atau predictor, atau variabel antecedent. Jika diterjemahkan  dalam  bahasa  Indonesia,  variabel  independen  disebut  juga
sebagai  peubah  bebas.  Peubah  bebas  ini  adalah  merupakan  peubah  yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah
tak  bebas.  Atau  yang  menyebabkan  terjadinya  variasi  bagi  peubah  tak  bebas variabel dependen.
2.2 Data
Data  adalah  sesuatu  yang  belum  mempunyai  arti  bagi  penerimanya  dan  masih memerlukan  adanya  suatu  pengolahan.  Data  bisa  berwujud  suatu  keadaan,  gambar,
suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan  sebagai  bahan  untuk  melihat  lingkungan,  obyek,  kejadian  ataupun  suatu
konsep.  Jenis  data  berdasarkan  cara  memperolehnya  dapat  dibagi  atas  dua  bagian, yaitu:
1. Data Primer
Data  primer  adalah  data  yang  secara  langsung  diambil  dari  objek-objek penelitian oleh peneliti baik perorangan maupun organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Data Sekunder
Data  sekunder  adalah  data  yang  di  dapat  secara  tidak  langsung  dari  objek penelitian. Peneliti mendapatkan data  yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh
pihak  lain  dengan  berbagai  cara  atau  metode  baik  secara  komersial  maupun non komersial.
2.3 Belajar 2.3.1 Pengertian Belajar
Belajar  adalah  key  term,  ‘istilah  kunci’  yang  vital  dalam  setiap  usaha  pendidikan, sehingga  tanpa  belajar  yang  sesungguhnya  tak  pernah  ada  pendidikan.  Sebagai  suatu
proses,  belajar  selalu  mendapat  tempat  yang  luas  dalam  berbagai  disiplin  ilmu  yang berkaitan  dengan  upaya  pendidikan,  misalnya  psikologi  pendidikan  dan  psikologi
belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen  psikologi  belajar  pun  diarahkan  pada tercapainya  pemahaman  yang  lebih
luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu, Muhibbin Syah, hal 59.
Pendapat  tentang  pengertian  belajar  ada bermacam-macam.  Pendapat  tersebut lahir  berdasarkan  sudut  pandang  yang  berbeda-beda.  Menurut  Slameto  2003:2
belajar  adalah  suatu  proses  usaha  yang  dilakukan  seseorang  untuk  memperoleh sesuatu  perubahan  tingkah  laku  yang  baru  secara  keseluruhan  sebagai  hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut  Cronbach  dalam  Djamarah  2002:13  belajar  sebagai  usaha  aktifitas yang  ditunjukkan  oleh  perubahan  tingkah  laku  sebagah  hasil  dari  pengalaman.
Menurut Djamarh 2002:13 belajar  juga dapat diartikan sebagai  suatu kegiatan  yang dilakukan  dengan  dua unsur  yaitu jiwa  dan  raga.  Gerak  raga  yang  ditunjukkan  harus
sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
didapatkan  itu bukan  perubahan  fisik,  tetapi  perubahan  jiwa  dengan  sebab  masuknya kesan-kesan  yang baru. Perubahan  sebagai  hasil dari proses belajar adalah perubahan
yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Belajar  adalah  kegiatan  yang  berproses  dan  merupakan  unsur  yang  sangat fundamental  dalam  penyelenggaraan  setiap  jenis  dan  jenjang  pendidikan.  Ini  berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses  belajar  yang  dialami  siswa  baik  ketika  ia  berada  di  sekolah  maupun  di
lingkungan rumah atau keluarganya, Muhibbin Syah, hal 63.
2.3.2 Prinsip – Prinsip Belajar
Proses  belajar  adalah  suatu  hal  yang  kompleks,  tetapi  dapat  juga  dianalisa  dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita ketahui
agar kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah: 1.
Belajar  harus  bertujuan  dan  terarah.  Tujuannya  akan  menuntutnya  dalam belajar untuk mencapai harapan-harapan.
2. Belajar  memerlukan  bimbingan,  baik  dari  guru  maupun  buku  pelajaran  itu
sendiri. 3.
Belajar  memerlukan  pemahaman  atas  hal-hal  yang  dipelajari  sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
4. Belajar  memerlukan  latihan  dan  ulangan  agar  apa-apa  yang  telah  dipelajari
dapat dikuasainya. 5.
Belajar  adalah  suatu  proses  aktif  dimana  terjadi  saling  pengaruh  secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
6. Belajar  harus  disertai  keinginan  dan  kemauan  yang  kuat  untuk  mencapai
tujuan.
Universitas Sumatera Utara
7. Belajar  dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan ke dalam bidang
praktek sehari-hari. Zainal Aqib 2002, hal 44-45
2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut  Slameto  2003:54  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa  dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa
dan  faktor  ekstern  yang  bersumber  dari  luar  diri  siswa.  Faktor  intern  terdiri  dari motivasi,  perhatian,  senang  terhadap  suatu  materi,  kemampuan  dalam  mengolah
materi  yang  diberikan.  Sedangkan  faktor  esktern  terdiri  dari  lingkungan  keluarga, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa  terhadap  pelajaran  sehingga  siswa dapat meningkatkan mutu belajarnya adalah:
1. Metode pelajaran yang memuaskan dan menyenangkan
Metode  pembelajaran  yang  memuaskan  dan  menyenangkan  mengandung  arti bahwa  metode  yang  dibawakan  oleh  guru  dapat  menyenangkan  siswa  dan
dapat  menarik  perhatian  siswa  sehingga  siswa  dapat  menangkap  pelajaran yang  diberikan  oleh  guru  dengan  mudah.  Metode  yang  baik  dan
menyenangkan  merupakan  faktor  yang  cukup  penting  bagi  pelajaran  siswa. Diharapkan siswa dapat belajar lebih giat dan tidak mudah bosan.
2. Keprihatinan dan motivasi dari orang-orang sekitar yang baik
Keprihatinan  dan  motivasi  dari  orang-orang  sekitar  mengandung  arti  bahwa keprihatinan  orang-orang  di  sekitar  dan  sebagai  motivator  siswa  baik  guru,
orang  tua,  maupun  teman  dekat.  Guru  sebagai  pengajar  tentunya  bisa memperhatikan  siswa  apalagi  siswa  yang  tidak  mempunyai  kemauan  belajar.
Orangtua diharapkan bisa mengontrol anaknya agar bisa belajar di rumah pada saat  waktu  belajar.  Siswa  diharapkan  berteman  dengan  teman-teman  yang
Universitas Sumatera Utara
senang  dan  giat  belajar  sehingga  itu  akan  berdampak  dan  berpengaruh terhadap siswa lain.
3. Fasilitas sekolah yang nyaman
Fasilitas  sekolah  yang  nyaman  mengandung  arti  bahwa  sekolah  tersebut hendaknya mempunyai peralatan termasuk alat peraga semua bidang studi dan
tentunya  juga  memiliki  ventilasi  udara  yang  baik,  kondisi  kelas  yang  nyaman dan jauh dari keributan.
4. Keadaan ekonomi yang cukup
Keadaan  ekonomi  yang  cukup  mengandung  arti  bahwa  suatu  keluarga  sudah bisa mencukupi kebutuhan pokok, sekunder dan biaya sekolah siswa.
5. Hubungan keluarga yang harmonis
Hubungan  keluarga  yang  harmonis  mengandung  arti  bahwa  hubungan  antara tiap personel dalam  keluarga tersebut tidak sedang mengalami persengketaan,
dendam antara satu dengan yang lainnya. 6.
Kesehatan jasmani Siswa  hendaknya memenuhi sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.  Karena
dengan  demikian  berpengaruh  terhadap  daya  tahan  tubuh  saat  siswa  nanti belajar di sekolah.
7. Kemampuan siswa yang baik
Siswa  mempunyai  potensi  dan  kecakapan  dasar  dimana  hal  tersebut berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam memahami pelajaran.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Analisis Diskriminan
Analisis  Diskriminan  merupakan  suatu  analisis  multivariat  yang  digunakan  untuk mengelompokkan  suatu  individu  atau  objek  ke  dalam  suatu  kelompok  yang  telah  di
tentukan  sebelumnya  berdasarkan  variabel-variabel  tertentu.  Analisis  diskriminan dapat  digunakan  jika  variabel  dependen  terdiri  dari  dua  kelompok  atau  lebih
kelompok.  Pengelompokan  pada  analisis  bersifat  apriori,  artinya  seorang  peneliti, sudah  mengetahui  sebelumnya  individu  atau  objek  mana  saja  yang  masuk  ke  dalam
kelompok 1, 2 dan 3.
Analisis  diskriminan  adalah  salah  satu  teknik  analisa  statistika  dependensi yang  memiliki  kegunaan  untuk  mengklasifikasikan  objek  beberapa  kelompok.
Pengelompokan dengan analisis diskriminan ini terjadi karena ada pengaruh satu atau lebih  variabel  lain  yang  merupakan  variabel  independen.  Kombinasi  linier  dari
variabel-variabel  ini  akan  membentuk  suatu  fungsi  diskriminan,  Tatham  et.  Al., 1998.
Analisis  diskriminan  adalah  teknik  multivariat  yang  termasuk  dependence method,  yakni adanya  variabel dependen dan  variabel independen. Dengan demikian
ada  variabel  yang  hasilnya  tergantung  dari  data  variabel  independen.  Analisis diskriminan  mirip  regresi  linier  berganda  multivariabel  regression.  Perbedaannya
analisis  diskriminan  digunakan  apabila  variabel  dependennya  kategoris  maksudnya kalau  menggunakan  skala  ordinal  maupun  nominal  dan  variabel  independennya
menggunakan  skala  metrik  interval  dan  rasio.  Sedangkan  dalam  regresi  berganda variabel  independennya  harus  metrik  dan  jika  variabelnya  independen,  bisa  metrik
maupun nonmetrik.
Universitas Sumatera Utara
Sama  seperti  regresi  berganda,  dalam  analisis  diskriminan  variabel  dependen hanya  satu,  sedangkan  variabel  independennya  banyak  multiple.  Analisis
diskriminan  merupakan  teknik  yang  akurat  untuk  memprediksi  seseorang  termasuk dalam kategori apa, dengan catatan data-data yang dilibatkan terjamin akurasinya.
2.4.1 Tujuan Analisis Diskriminan
Adapun tujuan analisis diskriminan secara umum adalah:
1. Ingin  mengetahui  apakah  ada  perbedaan  yang  jelas  antar  grup  pada
variabel dependen. 2.
Jika ada perbedaan, variabel independen manakah pada fungsi diskriminan yang membuat perbedaan tersebut.
3. Membuat fungsi atau model diskriminan, yang pada dasarnya mirip dengan
persamaan regresi. 4.
Melakukan  klasifikasi  terhadap  objek    dalam  terminology  SPSS  disebut baris,  apakah  suatu objek  bisa  nama  orang,  nama  tumbuhan,  benda  atau
lainnya termasuk pada grup 2, atau lainnya.
2.4.2 Proses Dasar Analisis Diskriminan
Adapun proses dasar dari analisis diskriminan adalah: 1.
Memisah  variabel-variabel  menjadi  variabel  dependen  dan  variabel independen
2. Menentukan  metode untuk  membuat  fungsi  diskriminan.  Pada prinsipnya
ada dua metode dasar untuk itu, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Simultaneous  Estimation,  dimana  semua  variabel  dimasukkan  secara
bersama-sama kemudian dilakukan proses analisis diskriminan. b.
Step-Wise  Estimation,  dimana  variabel  dimasukkan  satu  persatu kedalam  model  diskriminan.  Pada  proses  ini,  tentu  ada  variabel  yang
tetap  ada  pada  model,  dan  ada  kemungkinan  satu  atau  lebih  variabel independen yang ‘dibuang’ dari model.
3. Menguji  signifikansi  dari  fungsi  diskriminan  yang  telah  terbentuk
menggunakan Wilk’s Lambda, Pillai, F test lainnya. 4.
Menguji  ketepatan  klasifikasi  dari  fungsi  diskriminan,  termasuk mengetahui  ketepatan  klasifikasi  secara  individual  dengan  Casewise
Diagnostics. 5.
Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut. 6.
Melakukan uji validitas fungsi diskriminan.
2.4.3 Asumsi Dalam Analisis Diskriminan
Adapun  berikut  ini  asumsi  yang  harus  dipenuhi  agar  model  diskriminan  dapat digunakan:
1. Multivariat  Normality,  atau  variabel  independen  seharusnya  berdistribusi
normal,  hal  ini  akan  menyebabkan  masalah  pada  ketepatan  fungsi  model diskriminan.  Regresi  Logistik  Logistic  Regression  bisa  dijadikan  alternatif
metode jika memang data tidak berdistribusi normal. Tujuan uji normal adalah ingin  mengetahui,  apakah  distribusi  dengan  bentuk  lonceng  bell  shapped.
Data  yang  ‘baik’  adalah  data  yang  mempunyai  pola  seperti  distribusi  normal, yakni  distribusi  data  tersebut  tidak  menceng  ke  kiri  atau  menceng  ke  kanan.
Uji  normalitas  pada  multivariat  sebenarnya  sangat  kompleks,  karena  harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa juga
dilakukan  pada  setiap  variabel  dengan  logika  bahwa  jika  secara  individual masing-masing  variabel  memenuhi  asumsi  normalitas,  maka  secara  bersama-
Universitas Sumatera Utara
sama  multivariat  variabel-variabel  tersebut  juga  bisa  dianggap  memenuhi asumsi normalitas. Adapun kriteria pengujiannya adalah:
a. Angka  signifikansi  Sig    0,05,  maka  data  tersebut  berdistribusi
normal. b.
Angka signifikansi Sig  0,05, maka data tidak berdistribusi normal. 2.
Matriks kovarians dari semua variabel independen seharusnya sama.
3. Tidak ada korelasi antara dua variabel independen.
4. Tidak adanya data yang sangat ekstrim pada variabel independen.
Jika  sebuah  variabel  mempunyai  sebaran  data  yang  tidak  normal,  maka  perlakuan yang di mungkinkan agar menjadi normal, Santoso, 2010:
1. Menambah  jumlah  data.  Seperti  pada  kasus,  bisa  dicari  20  atau  30  atau
sejumlah  data  baru  untuk  menambah  ke  75 data  berat  badan  konsumen  yang sudah  ada.  Kemudian  dengan  jumlah  data  yang  baru,  dilakukan  pengujian
sekali lagi. 2.
Menghilangkan  data  yang  di  anggap  penyebab  tidak  normalnya  data.  Seperti pada  variabel  berat,  jika  dua data  yang  ekstrim  dibuang,  yakni  berat  100 dan
120,  kemudian  diulang  proses  pengujian,  mungkin  data  bisa  menjadi  normal, ulangi  pengurangan  data  yang  dianggap  penyebab  ketidaknormalan  data.
Namun  demikian,  pengurangan  data  harus  dipertimbangkan,  apakah  tidak mengaburkan  tujuan  penelitian  karena  hilangnya  data-data  yang  seharusnya
ada.
3. Dilakukan transformasi data, misal mengubah data ke logaritma atau ke bentuk
natural ln atau bentuk lainnya, kemudian dilakukan pengujian ulang.
Universitas Sumatera Utara
4. Data  diterima  apa  adanya,  memang  dianggap  tidak  normal  dan  tidak  perlu
dilakukan  berbagai  treatment.  Untuk  itu,  alat  analisis  yang  dipilih  harus diperhatikan,  seperti  untuk  multivariat  mungkin  faktor  analisis  tidak  begitu
mementingkan  asumsi  kenormalan.  Atau  pada  kasus  statistik  univariat,  bisa dilakukan alat analisis nonparametrik, Santoso, 2010.
2.4.4 Model Analisis Diskriminan
Model  dasar  analisis  diskriminan  mirip  regresi  berganda.  Perbedaannya  adalah  kalau variabel  dependen  regresi  berganda  dilambangkan  dengan  Y,  maka  dalam  analisis
diskriminan  dilambangkan  dengan  D.  Model  analisis  diskriminan  adalah  sebuah persamaan  yang  menunjukkan  suatu  kombinasi  linier  dari  berbagai  variabel
independen, yaitu : =
+ +
+ +  …+
+  …+
Dengan: D
i
= nilai skor diskriminan dari responden objek ke-i. i = 1, 2, …, n. D  merupakan variabel tak bebas.
X
ij
= variabel atribut ke-j dari responden ke-i b
j
= koefisien atau timbangan diskriminan dari variabel atau atribut ke j. b
k
= koefisien atau timbangan diskriminan dari variabel atau atribut ke k X
i
=  variabel  bebas  atau  prediktor  ke  j  dari  responden  ke  i,  juga  disebut  atribut, seperti disebutkan diatas.
X
ik
= variabel atribut ke-k dari responden ke-i.
Universitas Sumatera Utara
Yang diestimasi adalah koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup sedapat mungkin berbeda.  Ini  terjadi  pada  saat  rasio  jumlah  kuadrat  antargrup  between  group  sum  of
squares terhadap jumlah kuadrat dalam grup within grup sum of square untuk skor diskriminan  mencapai  maksimum.  Berdasarkan  nilai  D  itulah  keanggotaan  seseorang
diprediksi.
2.4.5 Fungsi Diskriminan
Fungsi Diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linear peubah-peubah asal yang akan  menghasilkan  cara  terbaik  dalam  pemisahan  kelompok-kelompok.  Fungsi  ini
akan  memberikan  nilai-nilai  yang  sedekat  mungkin  dalam  kelompok  dan  sejauh mungkin antar kelompok Dillon dalam Solikhan, 2003.
Dengan  kata  lain  Analisis  Diskriminan  digunakan  untuk  mengklasifikasikan individu ke dalam salah  satu dari dua kelompok atau lebih. Suatu fungsi diskriminan
layak  untuk  dibentuk  bila  terdapat  perbedaan  nilai  rataan  di  antara  kelompok- kolompok  yang  ada.  Oleh  karena  itu  sebelum  fungsi  diskriminan  perlu  dilakukan
pengujian terhadap perbedaan vektor nilai rataan dari kelompok-kelompok tersebut.
Pada  data  pengamatan  ke-i  yang  berukuran  n  i  =  1,  2,  3,  …,  n  yang  terdiri atas j buah variabel yaitu X
1
, X
2
, X
3
, …, X
j
. Data pengamatan tersebut dapat disajikan dalam bentuk matriks-matriks berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Matriks Pengamatan
Variabel X
1
X
2
…          X
j
Data Pengamatan X
11
X
12
…          X
1j
X
21
X
22
…          X
2j
…         …         …          … …         …         …          …
…         …         …          … X
n1
X
n2
…           X
nj
Untuk Variabel X
j
yang dihitung adalah variansnya, diberi lambang S
ij
, dengan rumus:
=
∑ –
∑
Semuanya  ada  j  buah  varians,  yaitu  S
11
,  S
22
,  …,  S
ij
yang  masing-masing  merupakan varians untuk variabel X
1
, X
2
, …, X
j
. Untuk variabel X
1
dan X
2
dimana i ≠ j terdapat
kovarians, diberi lambang S
ij
yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
=
∑ –
∑ ∑
Semuanya  ada  j
2
–  1  buah  kovarians,  dimana  untuk  i  =  j  maka  S
ij
=  S
ji
diberi lambang  S
ij
.  Varians  dan  kovarians  ini  disusun  dalam  sebuah  matriks  yang  disebut dengan matriks varians-kovarians S
ij
dengan bentuk sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
=
⎝ ⎜
⎜ ⎛
⋯ ⋯
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
⋯ ⋮ ⋯ ⋮
⋯ ⋯ ⋯
⋮ ⋯
⎠ ⎟
⎟ ⎞
Misalkan ada dua grup yang memiliki variabel masing-masing j buah yaitu X
111
, X
121
, …,  X
1jk
dalam  grup  I  dan  X
211
,  X
222
,  …,  X
2jk
dalam  grup  II.  Perhatikan  bahwa  X
ijk
menyatakan grup ke-I, dengan i = grup I dan grup II, variabel ke-j dan kelompok ke-k. Variabel dalam setiap  grup dapat pula dituliskan  dalam bentuk  vektor kolom sebagai
berikut:
=
⎝ ⎜
⎜ ⎛ ⋯
⋯ ⋯
⎠ ⎟
⎟ ⎞
=
⎝ ⎜
⎜ ⎛ ⋯
⋯ ⋯
⎠ ⎟
⎟ ⎞
X
1jk
= menyatakan grup – 1, variabel X ke - j dan kelompok ke - k
X
2jk
= menyatakan grup – 2, variabel X ke - j dan kelompok ke - k
Dari  setiap  grup  berukuran  n
1
dari  grup  ke-1  dan  berukuran  n
2
dari  grup  ke-2.  Data pengamatan akan berbentuk matriks yang bentuknya seperti di bawah ini:
Tabel 2.2 Matriks Data Pengamatan dari Grup I
Variabel X
11
X
12
…          X
1j
Data Pengamatan X
111
X
121
…          X
1j1
X
112
X
222
…          X
2j2
…         …           …          … …         …           …          …
…         …           …          … …
Rata – rata …
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Matriks Data Pengamatan dari Grup II
Variabel X
21
X
22
…          X
2j
Data Pengamatan X
211
X
221
…          X
2j1
X
212
X
222
…          X
2j2
…         …           …          … …         …           …          …
…         …           …          … …
Rata – rata …
Hasil  pengamatan  ini  menghasilkan  rata-rata  untuk  tiap  variabel  yang  dalam  bentuk vektor bisa ditulis:
= ⎝
⎜ ⎛ ⋯
⋯ ⋯
⎠ ⎟
⎞ dan
= ⎝
⎜ ⎛ ⋯
⋯ ⋯
⎠ ⎟
⎞
Dengan: = grup ke – 1, variabel X ke-j yang berukuran n
1
= grup ke - 2, variabel X ke-j yang berukuran n
2
= rata-rata variabel ke-j dalam grup ke-1 = rata-rata variabel ke-j dalam grup ke-2
Dari  masing  masing  rata-rata  dari  grup  I  dan  rata-rata  dari  grup  II,  selanjutnya  akan dihitung  varians  dan  kovariansnya  tersebut  dalam  matriks  S
1
dan  S
2
,  masing-masing dari grup ke-1 dan grup ke-2, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
=
⎝ ⎜
⎜ ⎛
⋯ ⋯
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
⋯ ⋮ ⋯ ⋮
⋯ ⋯ ⋯
⋮ ⋯
⎠ ⎟
⎟ ⎞
dan
=
⎝ ⎜
⎜ ⎛
⋯ ⋯
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
⋯ ⋮ ⋯ ⋮
⋯ ⋯ ⋯
⋮ ⋯
⎠ ⎟
⎟ ⎞
Dengan: S
1
= matriks varians kovarians dari grup ke-1 S
2
= matriks varians kovarians dari grup ke-2 Meskipun  dalam  S
1
dan  S
2
digunakan  S
ij
yang  sama  namun  jelas  besarnya  berlainan antara  S
ij
dalam  S
1
dan  S
ij
dalam  S
2
,  kedua  datanya  juga  berlainan  yaitu  S
1
diambil dari grup I dan S
2
diambil dari grup II. Kedua buah matriks varians-kovarians ini bisa dihitung matriks varians-kovarians gabungan, diberi lambang S dengan rumus:
S =
Matriks varians-kovarians gabungan ini mempunyai invers, yaitu .
Dengan  adanya  vektor  rata-rata dan
dan  juga  matriks  varians-kovarians gabungan S bersama dengan persyaratan bahwa data variabel  independen seharusnya
berdistribusi  normal  multivariat  disingkat  multinormal  dan  matriks  varian-kovarians kedua relatif sama maka rumus fungsi diskriminan untuk ini adalah:
Y = −
X adalah vektor pengamatan yaitu X = ⎝
⎜ ⎛⋯
⋯ ⋯
⎠ ⎟
⎞
Fungsi  diskriminan  ini  dapat  digunakan  untuk  membuat  aturan  klasifikasi  yang  kita cari berdasarkan salah satu dari kedua aturan di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Aturan I Jika Y
−
+
klasifikasi objek dengan data pengamatan X Dimasukkan ke dalam grup I
Jika Y ≤
−
+
suatu objek diklasifikasi ke dalam grup II
Aturan  II Fungsi  ini  akan  memberikan  nilai-nilai  yang  sedekat  mungkin  dalam  kelompok  dan
sejauh  mungkin  antar  kelompok  Dillon  dalam  Solikhan,  2003.  Fungsi  diskriminan untuk hal ini adalah menggunakan statistik W Wuld Anderson, 1998:
W = −
− −
+
Dengan: X
: Vektor pengamatan : vektor rata-rata variabel independen
: invers matriks varians kovarian dalam kelompok gabungan Yang  akan  menghasilkan  model  atau  fungsi  analisis  diskriminan  berkenaan  dengan
kombinasi linear sebagai berikut: =
+ +
+ +  …+
+  …+
Dengan: D
i
= nilai skor diskriminan dari responden objek ke-i. i = 1, 2, …, n. D  merupakan variabel tak bebas.
X
ij
= variabel atribut ke-j dari responden ke-i b
j
= koefisien atau timbangan diskriminan dari variabel atau atribut ke j. b
k
= koefisien atau timbangan diskriminan dari variabel atau atribut ke k X
i
= variabel bebas atau prediktor ke j dari responden ke i, juga disebut atribut, seperti disebutkan diatas.
X
ik
= variabel atribut ke-k dari responden ke-i.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Algoritma dan Model Matematis
Secara ringkas, langkah-langkah dalam analisis diskriminan adalah sebagai berikut: 1.
Pengecekan  adanya  kemungkinan  hubungan  linier  antara  variabel  penjelas. Maka  dilakukan  dengan  bantuan  matriks  korelasi  pembentukan  matriks
korelasi  sudah  difasilitasi  pada  analisis  diskriminan.  Pada  output  SPSS, matriks korelasi bisa dilihat pada Pooled Within-Groups Matrices.
2. Uji vektor rata-rata kedua kelompok
H : µ
1
= µ
2
H
1
: µ
1
≠ µ
2
Angka signifikan: H
: Jika Sig  0,05 berarti tidak ada perbedaan antar grup H
1
: Jika Sig  0,05 berarti ada perbedaan antar grup Diharapkan  dalam  uji  ini  adalah  hipotesis  nol  ditolak,  sehingga  diperoleh
informasi  awal  bahwa  variabel  yang  sedang  diteliti  memang  membedakan kedua  kelompok.  Pada  SPSS,  uji  ini  dilakukan  secara  univariate  yang  diuji
bukan berupa vektor, dengan bantuan tabel Test of Equality of Group Means. 3.
Dilanjutkan  pemeriksaan  asumsi  homoskedastisitas  dengan  uji  Box’s  M. Diharapkan dalam uji ini hipotesis nol tidak ditolak H
: ∑
1
= ∑
2
= ∑
3
= ∑
4
= ∑
5
. Hipotesis: H
: Matriks kovarians grup adalah sama H
1
: Matriks kovarians grup adalah berbeda secara nyata Keputusan dengan dasar signifikansi lihat angka signifikan
H : Jika Sig  0,05 berarti H
diterima H
1
: Jika Sig  0.05 berarti H ditolak
Universitas Sumatera Utara
Sama  tidaknya  grup  kovarian  matriks  juga  bisa  dilihat  dari  tabel  output  Log Determinant.  Jika  dalam  pengujian  ini  H
ditolak  maka  proses  selanjutnya seharusnya tidak bisa dilakukan.
4. Pembentukan model diskriminan
Kriteria Fungsi Linier Fisher a.
Pembentukan fungsi linier teoritis Fisher  mengelompokkan  suatu  observasi  berdasarkan  nilai  skor  yang
dihitung dari suatu fungsi linier Y = λX dimana λ menyatakan vektor yang berisi  koefisien-koefisien  variabel  penjelas  yang  membentuk  persamaan
linier terhadap variabel respon, λ = [λ
1
, λ
2
, …, λp]
X =
X
k
menyatakan matriks data pada kelompok ke-k X
k
=
… …
… …
⋱
…
⋯
i = 1, 2, …, n j = 1, 2, …, p
k = 1 dan 2 X
ijk
menyatakan observasi ke-i variabel ke-j pada kelompok ke-k. Dibawah asumsi X
k
~ N µ
k
, ∑
k
maka : µ =
= µ
µ
dan ∑
k
= E X
k
- µ
k
X
k
- µ
k
’ ;
µ
k
=
µ .
.
∙
µ
;
Universitas Sumatera Utara
µ
k
adalah vektor rata-rata tiap variabel X pada kelompok ke-k.
∑ = ⎣
⎢ ⎢
⎢ ⎡
∙ ∙ ∙ ∙
∙ ∙
∙ ∙
∙ ∙
∙ ∙
∙ ⎦
⎥ ⎥
⎥ ⎤
Σ
j1j2
=
=
≠
b. Pembentukan Fungsi Linier dengan bantuan SPSS
Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel  yang masuk dalam model dapat  dilihat  pada  tabel  Canonical  Discriminant  Function  Coefficient.
Tabel ini akan dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian Unstandardized diaktifkan.
c. Menghitung Discriminant Score
Setelah  dibentuk  fungsi  liniernya,  maka  dapat  dihitung  skor  diskriminan untuk tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.
d. Menghitung Cutting Score
Untuk  memprediksi  responden  mana  masuk  golongan  mana,  kita  dapat menggunakan  Optimum  Cutting  Score.  Memang  dari  computer  informasi
ini  sudah  diperoleh.  Sedangkan  cara  mengerjakan  secara  manual  Cutting score m dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan
untuk  dua  grup  yang  mempunyai  ukuran  yang  sama  cutting  score dinyatakan dengan rumus, Simamora, 2005.
=
Dengan : Z
ce
= cutting score untuk grup yang sama ukuran Z
A
= centroid grup A Z
B
= centroid grup B
Universitas Sumatera Utara
Apabila  dua  grup  berbeda  ukuran,  rumus  cutting  score  yang  digunakan adalah:
=
Dengan : Z
CU
= Cutting score untuk grup tak sama ukuran N
A
= Jumlah anggota grup A N
B
= Jumlah anggota grup B Z
A
= Centroid grup A Z
B
= Centroid grup B Kemudian  nilai-nilai discriminant  score  tiap  observasi  akan  dibandingkan
dengan cutting score, sehingga dapat diklasifikasikan suatu observasi akan termasuk  ke  dalam  kelompok  yang  mana.  Suatu  observasi  dengan
karakteristik  x  akan  diklasifikasikan  sebagai  anggota  kelompok  kode  1 jika:  Y  =  µ
1
-  µ
2
’ ∑
-1
x ≥ m, selain itu dimasukkan dalam kelompok 2
kode  nol  perhitungan  m  dilakukan  secara  manual,  karena  SPSS  tidak mengeluarkan  output  m.  Namun,  dapat  dihitung  nilai  m  dengan  bantuan
tabel Function at Group Centroids dari output SPSS.
e. Perhitungan Hit Ratio setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya,
dapat  dihitung  Hit  Ratio,  yaitu  rasio  antara  observasi  yang  tepat pengklasifikasiannya  dengan  total  seluruh  observasi.  Misalkan  ada
sebanyak  n  observasi,  akan  dibentuk  fungsi  linier  dengan  observasi sebanyak  n-1. Observasi  yang tidak disertakan dalam pembentukan  fungsi
linier  ini  akan  diprediksi  keanggotaannya  dengan  fungsi  yang  sudah dibentuk  tadi.  Proses  ini  akan  diulang  dengan  kombinasi  observasi  yang
berbeda-beda, sehinggga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut dengan metode Leave One Out.
f. Kriteria Posterior probability
Aturan pengklasifikasian  yang ekivalen dengan model linier Fisher adalah berdasarkan nilai peluang suatu observasi dengan karakteristik tertentu x
Universitas Sumatera Utara
berasal  dari  suatu  kelompok.  Nilai  peluang  ini  disebut  Posterior probability  dan  bisa  ditampilkan  pada  sheet  SPSS  dengan  mengaktifkan
option probabilities of group membership pada bagian Save di kotak dialog utama.
| =
∑
Dengan : Pk adalah prior probability kelompok ke-k dan
f
k
x =
| ∑|
exp
− −
µ
∑ −
µ   ; = 0.01
Suatu  observasi  dengan  karakteristik  x  akan  diklasifikasikan  sebagai  anggota kelompok  0  jika  p    k  =  0|x    p  k  =  1|x.  Nilai-nilai  posterior  probability
inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS.
g. Akurasi  statistik,  dapat  diuji  secara  statistik  apakah  klasifikasi  yang
dilakukan dengan menggunakan fungsi diskriminan akurat atau tidak. Uji statistik  tersebut  adalah  press-Q  statistik.  Ukuran  sederhana  ini
membandingkan  jumlah  kasus  yang  diklasifikasi  secara  tepat  dengan ukuran  sampel  dan  jumlah  grup.  Nilai  yang  diperoleh  dari  perhitungan
kemudian  dibandingkan  dengan  nilai  kritis  critical  value  yang  diambil dari  tabel  Chi-Square  dan  tingkat  keyakinan  sesuai  yang  diinginkan.
Statistik Q ditulis dengan rumus : Press-Q =
[ ]
Dengan: N
= ukuran total sampel n
= jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat K
= jumlah grup
Universitas Sumatera Utara
2.4.7  Pengujian Hipotesis
Intepretasi  hasil  analisis  diskriminan  tidak  berguna  jika  fungsinya  tidak  signifikan. Hipotesis  yang  diuji  adalah  H
yang  menyatakan  bahwa  rata-rata  semua  variabel dalam  semua  grup  adalah  sama.  Dalam  SPSS,  uji  dilakukan  dengan  menggunakan
Wilks’λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, stttistik Wilks’λ adalah hasil λ univariat untuk setiap fungsi.
Kemudian,  tingkat  signifikasi  dietimasi  berdasarkan  chi-square  yang  telah ditransformasi  secara  statistik.  Setelah  analisis  diketahui,  kemudian  dilihat  apakah
Wilks’λ berasosiasi dengan fungsi diskriminan. Selanjutnya, angka ini ditransformasi menjadi  chi-square  dengan  derajat  kebebasan  df  yang  akan  digunakan  dalam
pengambilan kesimpulan dengan uji kriteria hipotesis berikut: Jika F hitung  F tabel maka H
ditolak dan H
1
diterima Jika F hitung
≤ F tabel maka H diterima dan H
1
ditolak
Selanjutnya  dengan  menggunakan  nilai  F,  dapat  diambil  keputusan  untuk menerima  atau  menolak  H
.  Jika  H diterima,  akan  memberikan  kesimpulan  bahwa
tidak  ada  perbedaan  pada  faktor  yang  mempengaruhi  indeks  ranking  siswa. Sebaliknya jika H
ditolak maka terdapat perbedaan faktor yang mempengaruhi indeks ranking  siswa,  dengan  nilai  signifikan    α,  H
ditolak.  Sehingga  proses  analisis diskriminan dapat digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer  bersumber  dari  hasil  wawancara  terstruktur  terhadap  responden  dengan
menggunakan  kuesioner. Responden dalam penelitian  ini adalah siswa siswi  kelas III SMA  Sw  Cr  Van  Duynhoven  Saribudolok.  Sedangkan  data  sekunder  berupa  laporan
hasil belajar mulai dari semester I sampai semester V.
3.1.2 Populasi
Populasi  adalah  sekelompok  individu  atau  subjek  yang  memiliki  satu  atau  lebih karakteristik,  Williams  dan  Highiter,  1978.  Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah
siswa  SMA  Van  Duynhoven  Saribudolok  dengan  jumlah  siswa  kelas  III  SMA  Van Duynhoven  adalah  100  siswa.  Populasi  diketahui  bersifat  homogen  dan  tersebar
secara  proporsional  merata  ke  setiap  kelas  dan  juga  diasumsikan  bahwa  populasi berdistribusi  normal,  sehingga  peneliti  mengambil  keseluruhan  populasi  dalam
penelitian ini. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas III SMA Van Duynhoven Saribudolok
No Kelas
Jumlah Siswa 1
III IPA 1 34 Orang
2 III IPA 2
33 Orang 3
III IPS 33 Orang
Jumlah 100 Orang
3.2 Analisis Data